Hasrat Yang Tertunda - 3

3.6K 543 39
                                    

 vote dulu sayang 😘

....

"Alasan gue ngajak kalian berkumpul di sini untuk ngasih tau sesuatu."

Adalah Prisca yang mengirimkan pesan kepada teman-temannya untuk berkumpul di cafe biasa, semua menunggu pengumuman dari gadis itu.

"Berhubung udah beberapa kali reuni gue nggak pernah bawa pasangan, kali ini gue---"

"Lo nyewa seseorang buat pasangan?"

"Ish." Prisca mendelik pada Berta. "Lo kira gue nggak laku Ber?"

Uli malah berpikir sebaliknya, tapi dia tidak ingin menebak seperti Berta, ia akan menunggu pemberitahuan dari Prisca.

"Gue punya pacar."

Kan, benar? Walaupun Uli tidak tahu beneran pacaran atau kagak.

"Serius lo, emang ada yang mau?"

Prisca tidak meladeni tanya Berta. "Kalian nggak mau ngucapin selamat atau wow gitu?"

Ketiga temannya menggeleng. 

"Nggak ada tanda-tanda kalau lo jadi seorang pacar, muka lo biasa aja." Raksa yang berkomentar.

"Udah kayak ibu ambil aja ada tanda-tandanya!"  

Berta tertawa. "Orang itu kalau punya pacar bukan kayak gitu, senyum atau tersipu dengan roda rona merah-merah gitu di pipi."

"Gue pacaran Njir! Ngapain harus malu-malu."

"Ya seenggaknya pas bikin pengumuman lo bahagia."

"Serah deh!"

Uli belum juga memberi tanggapannya. Kalau memang benar temannya itu sudah memiliki pacar dia turut bahagia, seenggaknya salah satu di antara mereka sudah laku.

"Karena aku udah ngasih tahu, sekarang aku mau ngenalin doi ke kalian."

Oke, mereka akan melihatnya. "Memangnya dia ada di sini?"

Prisca mengangguk, lalu menghubunginya.

Ketiga temannya memperhatikan cara Prisca bicara dengan seseorang yang dikatakan kekasihnya. Menurut Uli terlalu biasa, ia menahan senyumnya.

Uli membayangkan dirinya jika suatu saat nanti memiliki kekasih. Sering teleponan, berbalas pesan yang tidak ada penghujung lalu mengucapkan selamat malam dan esok paginya pesan dari si doi yang pertama kali dibuka.

Seseorang yang dimaksud pacar oleh Prisca menghampiri mereka.

"Selamat sore."

Mereka bertiga serempak melihat pada seorang pria berkemeja putih yang memamerkan kulit sawo matang, mengenakan kacamata minus dan tas samping. Jika dilihat sekilas sepertinya seperti pegawai Bank, lalu sosok pria itu tidak asing bagi Berta.

"Mas Tama?"

Berta melihat laki-laki yang berdiri di antara mereka, kini Prisca yang terkejut, Berta mengenalnya?

"Lo pacaran sama dia?" 

Prisca mengangguk.

"Terus lo tahu dia duda?"

Prisca mengangguk lagi.

"Oh, syukur kalau lo tahu." seluas ini Indonesia kenapa Prisca malah jatuh ke tangan kakak sepupunya.

Jika Berta sudah puas dengan pertanyaannya kini gantian Prisca yang bertanya, mereka berteman menjadi lebih baik jelas sekarang daripada bermasalah di kemudian hari.

Hasrat Yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang