Hasrat Yang Tertunda -13

3.1K 584 95
                                    


Bima sudah tiba di Jogja namun nomor Uli belum juga aktif, ia percaya begitu saja ketika adiknya mengatakan sedang ada di Jogja padahal Uli ada di Jakarta tepatnya di apartemen.

Pria itu masih sabar menunggu nomor Uli aktif, beberapa jam lagi sudah menjelang pagi Bima sudah berada di hotel sementara menunggu kabar dari Uli.

"Bima ke Jogja?"

Naka mengangguk. "Pak Bagas yang mengambil mobil di bandara.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Dia tidak memberitahu pak Bagas. Aku pikir kamu sudah tahu."

Aisha menggeleng. Apakah Bima marah padanya? Aisha melihat suaminya dan memikirkan pembicaraannya dengan Bima tiga hari yang lalu. Tidak, ia tidak akan memberitahu Naka.

"Uli nginap di rumah Berta ada acara apa?"

"Anniversary mama papanya" jawab Aisha.

"Oh."

"Mas."

"Iya?"

"Mas nggak ada seseorang yang Mas kenal?" Aisha mengulum bibir, ia tidak ingin terlihat gugup. "Laki-laki yang baik untuk Uli."

"Kenapa bertanya seperti itu?"

Aisha tampak bingung. "Lupakan."

"Kamu terlihat bingung, katakan ada apa." Naka menarik lembut tangan istrinya.

"Pengen aja nimang cucu. Bima juga belum tentu sama Salima." Aisha merasa sangat bersalah atas jawabannya itu.

Tawa Naka melegakan, Aisha ikut tersenyum masih dengan raut kaku.

"Aku juga mau, tapi sulit melepaskannya. Rasanya tidak tega kalau ada yang melamarnya." Naka mengatakan alasannya. "Aku merawatnya dari bayi, bagiku dia tetap gadis kecil yang manja."

Aisha juga menyayangi Uli, kalau begini jadi serba salah. Apakah sebaiknya ia paksakan saja Bima menikah dengan Salima?

"Kalau suatu hari ada yang melamarnya nanti, aku akan cari tahu asal usul laki-laki itu dan perjanjian hitam di atas putih dengannya."

Aisha merasa bersalah setelah mendengar jawaban Naka.

Di Jogja Bima berhasil mendapatkan nomor salah satu teman Uli. Tak lain adalah Prisca, ia menyuruh pak Bagas mencari alamat wanita itu. Marah? Tentu, ketika ia mengetahui bahwa tidak ada teman mereka di Jogja. Saat Bima bertanya keberadaan Uli gadis itu mengatakan tidak tahu ia juga memberitahu Bima bahwa temannya itu sering bersama Raksa.

Oke, sekarang nomor Raksa juga sudah ada. Ia langsung menghubungi laki-laki itu dan tanpa basa-basi menanyakan keberadaan Uli.

"Uli tidak pulang?"

Respons Raksa sama terkejutnya seperti Prisca tapi Bima tidak ingin percaya begitu saja dan terus mengulik informasi tentang keberadaan Uli.

"Aku tidak tahu, aku akan ke kampusnya sekarang."

Panggilan dimatikan sepihak, artinya Raksa juga tidak tahu dan Bima tidak suka mendengar nada khawatir Raksa. Memangnya siapa dia?

Oke jam satu dini hari landing di Jogja dan pagi ini ia kembali ke Jakarta, luar biasa kan? Kurang dari 24 jam ia sudah PP ke dua kota besar tersebut.

Ketika tiba di Jakarta baik nomor Prisca maupun Raksa tidak bisa dihubungi lagi dan tidak ada jalan lain selain menyusuri kampus tempat si gadis mengajar. Bima tidak sungkan bertanya pada mahasiswa saat mereka tidak tahu ia menuju ke ruangan dosen.

"Bu Uli baru masuk Rabu depan."

Ouh, dia sedang cuti rupanya. Bima tidak mungkin menanyakan biasanya di mana gadis itu sering menghabiskan waktu, ia akan mencari sendiri.

Hasrat Yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang