Aisha baru saja selesai sarapan dengan keluarganya ketika mendengar pemberitahuan dari bibi bahwa ada seseorang di luar menunggunya. Karena penasaran bukan hanya Amran kedua mamanya pun ikut melihat siapa yang datang pagi-pagi.
"Maaf Tante, mengganggu waktunya."
"Sama sekali tidak, masuklah." Mashel mempersilahkan tamu putrinya masuk. "Saya panggilkan Aisha dulu."
Nyatanya gadis itu tidak perlu dipanggil, ia berdiri dengan jarak beberapa langkah di belakang ibunya. Kira-kira untuk apa Nolan datang pagi-pagi ke rumahnya?
"Eh ini dia, tamumu Aisha?"
Aisha tidak mengangguk ataupun menggeleng dan lebih jelasnya dia tidak mengundang laki-laki itu ke sini.
"Kalau tidak buru-buru ambilkan kopi di belakang." Mashel memberi perintah yang tidak bisa ditolak oleh putrinya.
Nolan ingin mengumpat tapi masih ada orang tuanya di antara mereka. "Sohib aku Ma."
Nolan tersenyum tipis ketika Amran memperkenalkannya sebagai teman.
"Oh, jadi kenapa diam saja dari tadi?" Mashel terkekeh. Perasaan kopi sudah ada tinggal dituangkan ke gelas, lantas kenapa Aisha lama? "Mama cek ke dapur dulu." teman Amran tapi bibi bilang pria itu mencari Aisha, mana yang benar?
Nolan mengangguk sopan. "Kamu tinggal bilang calon kakak ipar, susah?" serangnya begitu mama meninggalkan mereka.
"Baik dari kamu maupun mba Aisha belum ada konfirmasi apapun, Jadi maklumin saja."
Nolan menggaruk tengkuknya.
"By the way mau ke mana se-rapi ini?"
"Jemput ayang."
Aisha mendengar dua kata yang baru saja diucapkan Nolan, ia tidak begitu menggubrisnya Dan meletakkan sebuah nampan di meja tepat di hadapan tamu pagi ini dan mempersilakannya minum.
"Aku datang karena ingin mengantarmu."
Hanya ada Aisha dan Amran di sana dari tatapan sudah diketahui untuk siapa kalimat itu ditujukan.
"Aku bisa berangkat sendiri."
"Kamu tidak menolakku semalam, lalu apa sekarang?"
Semalam? Memangnya apa yang terjadi di antara kakak dan sahabatnya itu? "Apa maksudnya ini?"
Aisha menjadi salah tingkah gara-gara kalimat yang bermakna ambigu yang diucapkan Nolan. Orang lain bisa saja salah paham dengan kalimat tersebut.
"Biasanya berangkat jam berapa, aku bisa stay di sini selama menunggu kamu."
Aisha melirik adiknya yang masih menatap bingung pada Nolan. "Sebentar lagi, aku ke kamar dulu."
"Aku tunggu."
Aisha mengenal dengan baik raut penasaran adiknya semoga saja Nolan tidak melebihkan kata-kata andai saja Amran bertanya tentang mereka.
"Jadian sama mba Aisha?"
Nolan membalas tatapan temannya dengan raut serius yang sama. "Gimana bilangnya ya," kata pria itu sambil memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan seperti apa hubungan yang baru dimulai semalam.
Flashback kelanjutan video call semalam.
"Maaf tadi aku jeda karena telepon klien." Nolan kembali menghubungi gadis itu sekitar jam 09.00 malam.
"Tidak apa-apa."
Karena sudah waktunya istirahat Nolan meminta maaf sekali lagi karena menghubungi gadis itu tapi Aisha bilang tidak apa-apa dan mereka melanjutkan obrolan yang awalnya tidak memiliki arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasrat Yang Tertunda
Romance(cerita lengkap di PDF. Harga 70k) "Kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini." Empat tahun pacaran akhirnya mereka harus putus dengan alasan yang terpaksa diterima Aisha. Yang lebih sadis adalah pria itu memutuskannya tepat satu hari sebelum hari ul...