Hasrat Yang Tertunda -11

3.1K 579 100
                                    


Selamat membaca
Dan jangan lupa Vote

.

Sekarang tidak ada penjelasan untuk kedua temannya mengenai sikap Bima, di tengah obrolan pria itu mengajaknya pulang bahkan sampai mereka sudah bangun Bima masih menggenggam tangan Uli.

Anda usianya masih hitungan belasan tahun ini tidak akan menjadi pemandangan aneh tapi sekarang mereka sudah sama-sama dewasa apakah patut genggaman ini?

"Kupikir kamu tidak bisa tersenyum." Bima menyinggung pemandangan yang dilihatnya ketika tiba di cafe beberapa saat lalu. "Ternyata salah, dengan pria itu kamu bisa tertawa."

Pria yang dimaksud adalah Raksa, Uli sudah memperkenalkan kakaknya itu pada kedua temannya minus Berta.

"Tapi saat aku bergabung kamu kembali menjadi pendiam, kamu tidak nyaman denganku?"

"Bukan begitu."

"Kalau bukan begitu, ekspresikan dirimu di hadapanku, aku tidak mendiamkanmu." iya, sejak kembali ke tanah air tepatnya ketika mereka pulang liburan dari puncak Bima mulai menyapa bahkan sekarang dia terang-terangan membuka diri pada gadis itu.

"Kalau boleh, jangan tidur lagi di kamarku."

Permintaan itu dikatakan dengan sopan dan tatapan Uli juga tertuju pada Bima.

"Kenapa?"

"Tidak baik." cukup itu, semoga saja Bima tidak menanyakan lagi.

"Aku hanya tidur dan tahu batasan."

"Kalaupun Mas ingin ke kamarku harus mengetuk lebih dulu."

Bima tidak suka mendengar batasan yang diberikan Uli padanya. "Alasanmu cuma itu?"

"Kita saudara dan sikap Mas keliru."

"Artinya kamu tidak nyaman denganku." Bima sedikit kesal tapi tidak diperlihatkan. "Berbeda sekali."

Jelas berbeda. Sayang, selain keduanya tidak sedarah sepertinya Bima juga lupa bahwa dialah yang membuat Uli seperti ini. Sebagai anak angkat, meskipun diperlakukan baik oleh orang tua dan adiknya Uli tetap tahu diri dengan statusnya di keluarga itu.

Di tahun kedua Bima pergi ke luar negeri komunikasi mereka putus tapi Uli sering mendengar dari Fadia bahwa Bima sering menghubungi adiknya itu sedangkan Uli tidak pernah dihubungi sejak saat itu.

"Aku tidak mau mama dan papa salah paham." selama ini Uli tidak pernah mengecewakan kedua orang tuanya, walaupun pernah menolak untuk bekerja di perusahaan keluarga Uli membuktikan bahwa dia mampu menjadi seorang dosen berbakat dan berprestasi.

Ia lebih senang disibukkan dengan tugas mahasiswa dan nilai-nilai ketimbang tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan harga saham yang anjlok atau menghadapi klien dengan sejuta drama.

"Aku seremeh itu ya."

"Begitu cara Mas mengartikan maksudku?" Uli tidak lagi melihat ke arah Bima, tapi selang satu menit pria itu menghentikan mobil di sisi trotoar.

"Kamu takut ketahuan atau mama salah paham, sementara aku bisa menjawab jika itu sampai terjadi dan aku juga bisa bertanggung jawab."

Hasrat Yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang