Hasrat Yang Tertunda -19

3.5K 512 148
                                    

.
.

Bima tidak bisa memenuhi syarat neneknya karena Uli tidak mau pergi, sementara besok Uli akan berangkat jadi sejak sore tadi dia ada di kamar gadis itu.

"Kamu tidak perlu pergi jauh-jauh kalau tidak mau bertunangan denganku."

"Hentikan omong kosong itu." dan Uli menyuruh laki-laki itu keluar dari kamarnya.

"Aku akan di sini, kalau kamu masih menolak terpaksa aku hamilin."

Bima tidak ingin putus asa meskipun ia sudah berada di ambang pintu yang siap membawanya pada ruang bernama kecewa.

"Tugasku masih banyak, salah satunya aku belum membanggakan orang tua setelah apa yang mereka lakukan untukku." tidak perlu menanggapi secara frontal layaknya kata-kata Bima.

"Mereka sudah bangga kalau kamu jadi anak sekaligus menantu di rumah ini, apalagi dengan anak-anak kita yang menggemaskan."

"Mas bisa melanjutkan cita-cita itu dengan Salima." Uli sama sekali tidak tertarik.

Bima meraup wajahnya, yang sedang dibahas Uli kenapa gadis itu menyebut nama Salima? "Katakan bagaimana caranya agar hatimu luluh?"

"Aku tidak menyimpan dendam, bagiku Mas selamanya akan menjadi kakak."

"Itu pemanis saja." Bima tidak terpesona. "Kamu tidak keberatan kalau aku hamilin?"

"Mas akan berhadapan dengan papa."

"Tentu, sebelumnya aku akan meminta arahan papa untuk menunjukkan wali hakim lalu aku menjabat tangannya."

Uli tidak terkesan. Ia tengah membalas chat dari beberapa mahasiswanya yang mengucapkan selamat atas prestasinya hingga berhasil melanjutkan S2 ke Amerika.

"Uli."

"Eum."

"Uli sayang," panggil Bima lagi.

"Keluar deh Mas. Sebentar lagi isya, aku mau tidur." Uli meletakkan ponselnya. Ia tetap tidak nyaman dan tidak bisa menikmati waktunya kalau Bima masih ada di sini.

"Aku tidur di sini."

Baiklah, Uli akan tidur di kamar Fadia.

"Mau ke mana?"

Uli tidak menjawab, ia mengambil ponsel dan keluar dari kamar.

"Pintu tidak kukunci, kalau kangen balik ya." Bima tidak akan pergi ke mana-mana, ia pernah pergi jauh dan cukup lama meninggalkan gadis itu sekarang dia akan menunggu di sini.

Yang perlu dilakukan laki-laki itu adalah membatalkan keberangkatan Uli, oke. Pikirkan sebuah cara.

Berbicara dan minta restu bapak itu gampang, yang sulit meluluhkan hati Uli.

Sedang memikirkan cara brilian mata Bima tertuju pada koper Uli. Kira-kira apa isi koper tersebut?

******

Pagi di kediaman Naka dihebohkan dengan paspor, tiket juga dompet Uli hilang. Lalu semua baju-baju di koper juga sudah tersusun kembali di lemari.

Aisha ikut bingung. Sementara Uli tak bisa berkata apa-apa.

Gadis itu bisa saja mengatakan siapa pelakunya tapi ia tidak ingin membuat papa juga Fadia bertanya-tanya.

"Terus gimana ini?" tanya Aisha.

Uli tidak percaya Bima tega melakukannya. Gadis itu sudah menghabiskan setengah tenaganya untuk packing, tapi Bima dengan mudah mengacaukannya.

Aisha sempat menduga bahwa ini kelakuan Bima tapi pagi-pagi kemarin Bima izin keluar kota, lalu siapa yang melakukannya?

Apakah suaminya? Kini tatapan Aisha tertuju pada Naka, tapi sama halnya seperti Aisha pria itu juga bingung.

"Saking semangatnya pergi kamu nghalu udah packing kadang," kata Naka.

Uli nghalu?

Uli menunjukkan jari yang tertusuk jarum ketika memasangkan kancing kemeja kesayangannya. "Ini ketusuk kemarin, pas masangin kancing kemeja."

"Kan Papa sering bilang hati-hati."

Uli tidak menyambung.

Yang ada di pikirannya sekarang adalah Bima, ke mana laki-laki itu pergi? Dia sengaja melakukannya karena tahu bahwa Uli tidak akan berani menyebut namanya, begitu kan?

******

Aku baru tahu ada pria dewasa dengan sikap kekanakan seperti ini, harusnya lebih bijak kalau perasaannya ditolak.

Ini chat pertama Uli untuk Bima, lalu memblokir nomor pria itu. Dia kecewa dengan cara Bima.

Berkat koneksi papa Uli berhasil terbang ke Amerika, ia tidak sendiri tapi ditemani oleh papanya.

Karena ini pertama kalinya Uli ke luar negeri Naka ingin mendampingi dan memastikan tempat tinggal anak gadisnya di sana.

Sejak keluar dari rumah kenangan masa kecilnya Uli mengucapkan selamat tinggal dalam hati, ia sudah memutuskan untuk berdikari. Bekal yang cukup sudah diberikan oleh kedua orang tua, Uli yakin dia bisa menjadi orang sukses.

Uli pergi dengan tekad bulat, ia tidak membiarkan satu hal pun menjadi halangan untuk langkahnya, tanpa disadari ia mulai meneguhkan prinsip dalam hidupnya.

"Dia sudah pergi?" Bima melihat baju yang disusunnya tadi malam tak ada lagi.

"Iya." Aisha tidak begitu memperhatikan raut putranya, hingga Bima meletakkan dokumen berikut dompet Uli.

"Kamu!" Aisha geram melihat putranya.

"Dia tetap pergi padahal ini salah satu dokumen yang paling penting."

Aisha ingin marah. "Kenapa dokumen Uli ada di kamu, bukannya kamu keluar kota?"

Bima tidak menjawab juga tidak merasa perlu menjelaskan. Sebelum gadis itu pergi dia sudah berusaha berbicara dan membuatnya mengerti tapi akhirnya dia tetap pergi setelah meninggalkan sebuah pesan.

"Dia menolakku." berkali-kali hingga Bima merasa sudah cukup menggadaikan harga dirinya untuk wanita itu, ia juga sudah berjuang tapi Uli sama sekali tidak menganggapnya.

"Aku gagal." dari dulu sudah gagal, saat ia tidak bisa menolak permintaan anak untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Ia gagal menjaga dan melanjutkan kebersamaan mereka hingga Uli merasa asing dengan kehadirannya.

"Sekarang aku menyerah."

Setelah meyakinkan nenek bahwa dia bisa membawa Uli ke rumah nenek juga membuat gadis itu tinggal di sana selama satu bulan.

"Sepertinya sudah benar dengan mengikuti keinginan nenek." karena Bima tidak pernah merasakan ada halangan saat dirinya menuruti permintaan nenek, terbukti sekarang ia bisa menjadi orang yang sukses. Lalu saat memperjuangkan keinginannya ada saja halangan, salah satu mengejar cinta adik angkatnya.

"Aku akan bertemu dengan orang tua Salima." tidak ada yang salah dengan Salima, tentang rasa mereka akan belajar sama-sama.

Aisha diam.

"Sekarang Mama tidak perlu khawatir lagi, aku akan berhenti mencintai Uli. Aku memilih Salima."

Bima meninggalkan dokumen juga dompet milik Uli, ia masuk ke kamarnya. Pesan dari Uli bisa dipahami.

Bukan karena nomornya sudah diblokir tapi ia menghapus nomor gadis itu karena akan fokus pada jodoh pilihan nenek.

Cerita lengkap di karyakarsa

Hasrat Yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang