Hasrat Yang Tertunda -17

3.4K 550 98
                                    

 "Ada yang mau Mama bicarakan." Aisha sudah memikirkan dengan matang tidak ada salahnya ia mencoba bicara dengan putrinya.

Uli bersikap sebiasa mungkin di hadapan mama, ia sudah memutuskan pulang mau tidak mau harus menghadapi mama maupun papa.

"Ada seorang pria baik-baik, anak teman Mama. Kebetulan sedang mencari calon istri."

Sampai di sini Uli mengerti, tapi ia masih diam   menunggu mama menyelesaikan kalimatnya.

"Mama senang kalau kamu mau berkenalan dulu dengannya, kalau tidak cocok tidak perlu dilanjutkan." Aisha memperhatikan wajah putrinya. "Bagaimana?"

Karena mama sudah bertanya Uli akan memberikan jawabannya.

"Maaf sebelumnya Ma." Uli menyayangi orang yang selama ini sudah tulus mencintai dan menyayanginya. "Aku baru saja ingin memberitahu Mama, tapi duluan Mama." Uli tersenyum. 

"Tentang apa?"

Uli tidak terlalu teliti dengan ekspresi mama, sedangkan Aisha tampak was-was kira-kira apa yang ingin dikatakan gadis itu.

"Aku ingin melanjutkan S2, ikut program kampus untuk dosen berprestasi."

Apa? Aisha terkejut. "Bukannya dulu kamu tidak mau?"

Senyum Uli mengembang. "Aku dengar Prisca juga mau lanjut, siapa tahu kami memilih universitas di negara yang sama."

Aisha meneguk ludahnya. Apakah Uli akan pergi jauh? Ia tidak rela melepaskan gadis itu. Selama ini dia menjaga Uli, ia selalu mengkhawatirkan putrinya.

"Bukan di sini?"

"Stanford."

Wajah Aisha pucat. "Itu jauh sekali," katanya terbata. 

"Maaf kalau aku belum bisa mewujudkan keinginan Mama."

"Tidak, bukan seperti itu."

Aisha tidak tahu kalau Bima sudah memberitahu Uli semuanya.

"Sebenarnya sudah terpikirkan sejak satu bulan terakhir ini, tapi baru yakin saat Prisca juga bilang mau lanjut S2."

Amerika itu jauh....dan Uli anak perempuan. Aisha tidak tega melepaskannya.

Uli sama sekali tidak ingin mengecewakan orang tuanya tapi ia juga akan mampu melewati beberapa kejadian yang dialaminya selama beberapa hari terakhir ini. Sebenarnya ia sudah cukup kaget dengan tingkah Bima, sekarang ditambah permintaan ibu. Sepertinya Uli mengambil keputusan yang tepat.

"Bagaimana kalau Mama tidak setuju?" Aisha menatap putrinya yang terdiam. "Mama tidak keberatan kalau kamu melanjutkan S2 di sini."

Uli maunya di sana, lebih jauh lebih baik bukan karena standar pendidikan yang elit. Tuhan lebih tahu apa yang dipikirkan oleh gadis itu.

"Kamu tidak pernah jauh dari kami."

"Apa bedanya kalau aku menikah, bukannya aku juga akan dibawa oleh suamiku?"

Aisha tidak bisa menjawab, ia semakin merasa bersalah ketika maksud dari pertanyaannya diketahui Uli.

Uli tersenyum lagi. "Besok aku akan membawa surat pengantar dari kampus untuk ditandatangani."

Uli sudah menyampaikan keinginannya semoga saja kedua orang tua tidak memberatkan langkahnya.

******

Bima berhasil menyembunyikan kebersamaannya dengan Uli dari orang tua. Ia tiba beberapa jam setelah Uli. 

"Uli mau melanjutkan S2 ke luar negeri."

Naka yang hendak ke kamarnya tidak sengaja mendengar ucapan mama dan berhenti di sana.

"Dia sendiri yang memberitahumu?" tanya Naka.

Aisha mengangguk. "Sebelumnya aku mengatakan ingin mengenalkannya pada putra temanku."

Naka mengenal baik putrinya. "Kamu sedih karena permintaanmu ditolak atau Uli yang ingin pergi?"

"Mas tahu aku tidak bisa jauh darinya." Aisha menyeka air matanya, ia tidak bisa memberitahu keadaan yang sebenarnya pada sang suami tentang perasaan Bima untuk Uli.

"Aku senang kalau Uli mau melanjutkan S2, dia sedang mencari bekal dan memantaskan diri untuk bergabung di perusahaan."

"Aku tidak setuju Mas." Aisha menangis.

"Uli masih muda, biarkan dia mengejar cita-citanya. Aku tidak mau menyesal suatu saat nanti karena tidak mengabulkan permintaannya."

"Amerika, kita tidak bisa tiba di sana dalam waktu 1 jam."

"Uli akan mengabari kita terus, aku ke kamarnya dulu ya." Naka meninggalkan istrinya.

"Baru pulang?" Naka berpapasan dengan Bima.

"Iya Pa."

"Mama ada di sana." Naka menunjuk ke ruang tengah lalu menaiki tangga menuju ke kamar putrinya.

Sebenarnya Naka ingin ke kamar Uli tapi papa mendahuluinya, sekarang dia ingin bertanya langsung pada mamanya tentang pembicaraan yang tidak sengaja didengar.

"Mama mau menjodohkannya?" Bima menatap ibunya. "Di saat Mama tahu perasaanku padanya, tega melakukan ini?"

"Papa bisa mendengarmu Bima," tegur Aisha.

"Seharusnya aku memberitahu papa bukan Mama."

"Bima!" Aisha memperingatkan putranya. "Kamu cucu semata wayang di keluarga almarhum ayahmu, kamu pikir nenekmu akan setuju?"

Bima terpaku. Iya, dia melupakan fakta itu. Sementara dia sudah berbicara dengan neneknya dan waktu itu Bima sudah berjanji akan menuruti apapun keinginan sang nenek karena dia adalah cucu semata wayangnya 

"Aku bisa membuatnya mengerti."

"Kalau bisa sudah kamu lakukan dari dulu, buktinya tidak kan? Mama harus rela jauh darimu selama ini, Mama yang melahirkanmu bahkan tidak berhak memilih kampus di tanah air."

Jujur, Bima memang sangat dekat dengan neneknya. Ia hampir tidak pernah menolak satupun permintaan nenek termasuk ketika menjodohkannya dengan Salima. 

"Dan Uli juga tidak akan mau, selamanya dia menganggapmu kakak!"

"Aku belum berusaha kenapa Mama begitu yakin?"

"Pertama ini menyangkut nenekmu, kedua Mama lebih mengenal Uli." sekali lagi Aisha memperingatkan. "Walaupun Mama tidak pernah merasakan jadi anak angkat Mama tahu perasaan Uli, lebih baik kamu diam dari pada tindakanmu akan menyakitinya."

"Aku akan mengenalkan Uli pada nenek."

"Ingat Bima, Uli anak angkat. Yang diinginkan nenekmu wanita yang memiliki status sah. Mengerti?"

Aisha sudah memikirkan resiko dan konsekuensi terburuk yang akan dialami Uli, jadi sebisa mungkin dia menghindari dan mencegahnya sekalipun harus menentang perasaan putra kandungnya sendiri.

"Kamu pernah dekat dengannya cuma beberapa tahun, sementara Mama sudah bersama Uli sejak gadis itu kecil dan memberi sama ini proses dewasanya."

Bima tetap akan berusaha. Bukan tidak mempercayai kata-kata mama, ia ingin berjuang dengan caranya.

"Jangan menyulitkan posisi Mama, Mama tidak akan bisa memilih antara kamu dan Uli. Selama ini Mama juga tidak pernah berseteru dengan nenekmu."

Begitu baik Aisha menjaga hubungannya dengan ibu almarhum suaminya, ia memaklumi beberapa keputusan yang dibuat oleh beliau terkait sang putra karena Bima adalah cucu semata wayangnya.

Baiklah, Bima akan menemui neneknya. Ia tidak akan menyebut nama Uli tapi menyinggung status gadis itu. 

"Bagaimana kalau nenek tidak masalah dengan status Uli, aku bisa mendapatkan restu mama kan?"

Tekad putranya begitu kuat ternyata. 

"Kamu sudah dewasa, semoga saja anak yang Mama banggakan dari dulu tidak akan mengecewakan."

Yakin Uli jadi sm Bima?

Deg-degan endingnya gimana....

Hasrat Yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang