3. Sahabat Saling Membantu

5.6K 603 10
                                    

Meski kembar, Radin dan Raden mengambil jurusan berbeda. Mulanya Raden ingin sekelas dengan Radin, Yaitu IPA. Tetapi mengingat tabiat orang tuanya, dia mengurungkan niatnya.

Sehingga ia mencoba masuk jurusan IPS, Siapa yang menyangka bahwa dia tertarik dengan pelajarannya, Kecuali Bahasa Inggris. Sayang Raden hanya mendapat juara 2. Derall adalah peringkat pertama yang bertahan dari kelas 1 sampai mereka kelas 3 karena kebetulan keduanya selalu mendapat jatah kelas yang sama.

Bagi Derall yang setengah bule, Bahasa Inggris adalah makanan sehari-hari baginya. Dia juga dengan jahil sering mengejek nilai Bahasa Inggris Raden, Akibatnya keduanya selalu bersaing walau pada akhirnya Raden harus dan harus kalah lagi dari Derall.

Di kelas juga hanya Raden yang bersedia duduk bersama Derall. Guru-guru pun tidak masalah dengan hal itu, Sebab sebenarnya sekolah kecewa dengan Derall. Mungkin dalam sejarah pelajar sekolah mereka, hanya Derall yang diterima dari keluarga misterius dengan penampilan buruk kecuali tingginya, kulit putih serta rambut coklat terangnya yang menjadi bagian bagus untuk pemandangan mata.

Selain kepala sekolah tidak ada satupun guru yang tau siapa keluarga Derall atau dimana dia tinggal, Bahkan Raden yang merupakan sahabatnya.

Menunggu guru datang, Siswa di kelas 3 IPS-A terbagi menjadi beberapa bagian, Yaitu diam, bercerita, menggosip, membaca buku dan lain sebagainya. Tidak terkecuali Raden yang tengah bercerita soal motor baru dengan Derall.

"Beli motor dimana lo?" Tanya Raden. Dia menyampingkan tubuhnya di kursi sambil menatap Derall yang juga duduk berhadapan dengannya. Mereka duduk sebangku di kursi belakang.

Derall menjawab asal, "Beli di pasar" Cueknya. Yang di matanya hanya gambar wajah Raden yang tampan.

Dia mendengus, "Yang bener kek kalo jawab! Lo liat dimana pasar jualan motor!" Jawab Raden jengah.

"Gak tau gue, Kemarin sore papi tiba-tiba ngasih gue tuh motor, Katanya biar dia gak malu dikatain tetangga gegara anaknya bawa sepeda tiap hari, Padahal kan sehat" Jelas Derall.

Raden mencibir, "Idih... Sehat kata Lo? Biasanya juga Lo lebih milih naik taksi daripada sepedaan bareng gue" Derall nyengir kuda, Memperlihatkan gigi-giginya yang maju.

"Ish... Jijik tau gak! Eh Raden, Bisa gak sih Lo gak usah gitu temenan sama Derall? Biarin aja tuh anak mingkem supaya kita-kita gak jijik lihatinnya" Tegur salah satu Siswa yang duduk di depan mereka, Yang lain juga ikut mengangguk membenarkan.

Diam-diam Raden melirik wajah Derall yang nampak biasa saja. Kemudian dengan acuh dia memeletkan lidahnya.

"Bodo amat gue, Yang temenan ama dia kan gue, Kalo Lo gak mau liat dia ketawa atau senyum ya jangan dilihat makanya!" Kata Raden sinis.

Siswa tersebut mendengus, Lalu membalikkan tubuhnya. Derall memegang dadanya sambil menatap Raden yang bermuka galak. Sebenarnya dia bisa saja melawan ejekan mereka, Tetapi pria di sampingnya ini selalu tanpa sadar menjadi pelindungnya.

Dengan cemas Raden bertanya, "Lo gak papa kan? Ngapain pake pegang dada segala kek gitu? Lo gak mungkin mati gegara omongan tadi kan?" Pertanyaan bertubi-tubi tersebut membuat Derall kebingungan untuk menjawabnya.

Ambil nafas dan membuangnya, Derall menjawab, "Nanya satu-satu napa, Gue bingung! Iya gue baik-baik aja, Dada gue gatel makanya gue pegang, ya rencananya mau di garuk sih tapi Lo duluan nyerocos, Gue gak mungkin mati, Gua masih pengen rasain nikah dan punya anak" Jelasnya panjang lebar, Tentu saja dia tidak ingin mengatakan isi hatinya.

Kini gantian Raden yang nyengir, "Gue khawatir aja gitu sama Lo, Sebagai sahabat kita harus saling membantu dalam susah atau senang"

"Santai aja kali, Gue udah biasa digituin" Kata Derall. Berselang beberapa menit kemudian Guru masuk, mereka juga berhenti bicara dan fokus pada pelajaran di pagi hari.

MY HUSBAND'S AN UGLY CAUCASIAN!! (Mpreg) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang