50. Bina Keluarga Kita Sendiri (18+)

4.4K 334 2
                                    

"Ha-Ah! Ah... Engh..." Raden terhentak-hentak akibat dorongan kuat penis sang suami di bokongnya. Kini posisinya tak lagi ditopang paha melainkan berdiri di lantai dengan satu kaki karena sebelahnya tengah diangkat Derall hingga menungging guna mempermudahnya untuk keluar masuk lubang Istrinya.

Derall terkekeh disela-sela kesibukannya, "You like it?"

Sebal serta malu, Raden memalingkan wajahnya yang mana hal itu membuat Derall jauh lebih senang untuk menggodanya, "Hey, Answer me" Ia mencolek dagu Raden.

Lantas menampar tangan nakal suaminya, "Jangan nanya!" Jawabnya galak. Pertanyaan yang paling memalukan untuk dijawab adalah disaat lawan bertanya apakah kita merasa keenakan atau tidak dalam berhubungan badan.

Gerakan Derall tiba-tiba berhenti, "Den, Mas kok mual ya cium badanmu?" Tanyanya keheranan.

Berkedip bingung, Raden menatap suaminya, "Masa sih?" Ujarnya ragu.

Derall mengangguk yakin serta menutup hidungnya seketika, "Kamu bau Deden" Kemudian mencabut penisnya yang masih tegak dari lubang istrinya.

"Mas, Kok berenti?"

"Gimana mas mau lanjut kalo nyium badanmu aja rasanya mau muntah" Jawabnya sambil melangkah mundur dan duduk di pinggir bak mandi.

"Hahaha... Mas jangan bercanda deh, Gak lucu" Raden tertawa kecil tetapi setelahnya luntur tak kala mendapati raut keseriusan di wajah suaminya.

Ragu-ragu Raden mendekat. Namun semakin dekat, Derall kian menjauh darinya, "Jangan dekat, Badannya Deden bau banget, Mas gak tahan" Cegahnya cepat saat Raden hendak mendekatinya kembali.

Dia mengelus perutnya, "Cicik, Kenapa kamu pengen Daddy jauh dari Papa?" Gumamnya menunduk dengan mata berkaca-kaca. Sebelum suaminya melihat Raden buru-buru berbalik ke bak mandi dan mulai membersihkan tubuhnya tanpa menoleh ke suaminya. Miliknya juga sudah layu sejak perkataan itu keluar dari suaminya.

Usai mandi Raden membungkus badannya menggunakan handuk lalu pergi meninggalkan Derall sendirian di kamar mandi. Batinya perih, Walau sebenarnya itu hanyalah faktor kehamilannya sendiri tetapi mendengarkannya langsung dari Derall... Raden menitikkan air matanya.

Raden melempar handuknya sembarangan lalu merebahkan dirinya ke ranjang, Menarik selimut guna membungkus badannya sambil menangis pelan di dalam sana.

Berselang beberapa menit sesudahnya, Dalam keadaan telanjang bulat Derall menghampiri buntalan selimut yang nampak gemetaran tersebut dengan cemas lalu menyentuhnya, "Deden kamu nangis ya? Sorry Deden, Mas cuma bercanda doang kok"

Sunyi, Kecuali selimut yang nampak gemetar, Tak ada satupun jawaban dari Raden. Derall kalang kabut sekarang, Padahal niatnya hanya sekedar mengerjai istrinya. Namun siapa sangka bila Raden menganggapnya serius, Apakah aktingnya serealistis itu?

"Deden jawab Mas dong, Mas cuma bercanda doang, Cicik gak minta aneh-aneh, Sumpah Mas cuma bercanda" Derall membalik posisi memunggungi Raden jadi menghadapnya.

Ia menarik selimut namun sepertinya Raden begitu kuat menahannya agar tetap di tubuhnya, "Sorry Deden, Mas gak bermaksud buat kamu nangis" Ucapnya lagi. Tanpa tanggapan, Raden kembali membelakangi suaminya.

Derall mengusak surainya kasar, Bila tau Raden sesensitif ini tak mungkin ia akan mengerjainya istrinya tersebut, "Jangan ngambek Deden" Sambil menggamit pipi Raden yang terbungkus selimut.

Perlahan selimut tersingkap dari dalam hingga menyembulkan setengah kepala Raden, Telinga serta pipinya memerah yang mana sangat jelas di penglihatan Derall. Menyadarinya, Segera ia memeluk sang istri dari belakang, "Maafin Mas Deden..." Gumamnya di telinga Raden.

"Nnngh... Hiks... La-lain kali jangan ngomong kayak gitu lagi.. hiks..." Lirihnya seiring keluarnya tangisan.

Derall sedikit terbahak melihat kecengengan istrinya sekaligus lega karena akhirnya remaja yang dicintainya mau menjawabnya, "Haha... Beneran nangis? Sorry ya Deden, Janji gak bakal ngomong gitu lagi" Lalu mendusel-duselkan wajahnya di leher belakang Raden sambil mengecupnya.

Pria itu memutar sang istri agar kembali berhadapan dengannya, Penuh sayang ia menyeka cairan bening dimata istrinya, "Kamu bisa masak nggak?" Tanyanya tiba-tiba.

Raden mengangguk, "Bisa, Kenapa Mas?"

"Mau nggak kita tinggal sendiri di apartemenku?"

"Mas punya apartemen sendiri? Dapat duit darimana emang? Perasaan Deden gak pernah tuh liat Mas kerja selain ke sekolah" Raden memandang curiga sang suami.

Alhasil terdengar decakan kecil dari Derall, "Ngeremehin Mas kamu? Sekarang Mas tanya, Percaya gak kalo suamimu ini calon penerusnya papi?"

"Nggak, Kalo Mas Russell yang ngomong baru Deden percaya" Jawabnya terkikik lucu.

"Dih! Beneran ini Deden, Kamu gak tau apa kalo Mas Russell itu CEO EXAN yang ada di Inggris, Kalo EXAN di Indonesia itu Mas yang bakal nerusin" Didapatinya si istri hanya manggut-manggut dengan bibir maju, Meremehkan.

"Papi itu kan masih hidup, Terus ganteng, Masih kuat juga, Ntar kualat doain orang tua cepet mati Mas"

Gemas dengannya, Derall pun menyentil kening Raden, "Siapa yang ngomong gitu hah? Mas juga gak bilang mau gantiin posisinya Papi, Mas itu punya perusahaan sendiri Deden, Namanya DERAN COMPANY, Gimana? Keren kan?" Alisnya naik turun.

Kening Raden berlipat, "DERAN? Kok kayak gak asing ya..." Gumamnya sembari berpikir.

Cup!

Derall mencium pipi istrinya, "Ya jelaslah gak asing, Nama perusahaan itu Mas ambil dari nama kita berdua, Derall sama Raden, Kalo digabung terus disingkat namanya jadi DERAN"

Sontak sang istri mengulas senyum manis di bibirnya, "Mas so sweet banget! Terus udah beroperasi belum?" Raden merengkuh Derall.

"Of course! Jadi pas kita tinggal di apartemen nanti kita gak perlu minta makan sama orang tua lagi, Kita jalanin hidup bahagia kita sendiri sampai cicik lahir dan besar nanti, Mau?" Ujarnya sembari mencium pucuk kepala istrinya terus memeluknya erat-erat.

Raden berucap antusias, "Deden mau! Mas makasih udah bikin Deden bahagia, Ternyata cinta itu semanis ini, Deden gak akan ngerasainya kalo bukan ketemu sama Mas" Tetes demi tetes air mata mengalir dari kelopak matanya hingga membasahi dada telanjang Derall.

"Udah jangan nangis lagi, Niatnya Mas dulu cuma pengen nyari sahabat yang gak mandang fisik, Sekalinya ketemu eh malah langsung jatuh cinta sama kamu, Jodoh emang udah ditakdirkan sama Tuhan, Padahal kalo dipikir-pikir Deden itu gak pekaan, bodoh, suka banget bikin Mas cemburu, Pokoknya banyak deh" Ungkapnya panjang lebar.

Derall meringis sakit saat Raden mencubit putingnya, "Nyesel?"

"Ck! Kalo nyesel gak mungkin Mas nikahin kamu dodol! Nih liat kamunya sampe bunting begini, Masih mau nanya Mas nyesel atau nggak?" Pria itu mengelus perut Raden. Remaja itu mendongak ke suaminya sambil cengengesan.

Namun tak berlangsung lama saat merasa sebuah tangan meremas miliknya dibawah sana, "Mas!"

"Apa?" Balas Derall berwajah polos.

"Tangannya Mas dikondisikan! Aangh~"

Derall menarik tangannya, "Hehehe... Deden tau aja, Main lagi yuk?"

"Ogah, Ntar Mas ngomong Deden bau lagi"

Pria itu terkekeh mendengar ucapan istrinya, "Tadi kan udah janji Deden"

Raden mencibir, "Ngomong doang, Ntar Deden minta cerai beneran tau rasa!" Kemudian menyingkap seluruh selimutnya serta mengangkat satu kakinya ke atas, "Buruan masuk" Raden menepuk-nepuk cincin lubangnya di depan Derall. Tubuh Raden yang berkeringat akibat terbungkus selimut membuatnya sungguh menggairahkan mata.

Sudut mata Derall berkedut-kedut melihat pemandangan seksi istrinya, Giginya bergemeletuk disertai senyum jahat, "Mas takut Deden, Kamu seksi banget"

Wajahnya memerah, "Takut apaan Mas?" Tanya Raden.

"Takut ntar cicik gugur gegara Mas tusuk-tusuk di dalam!" Sembari menerkam mangsa seksi didepannya.

Raden menggelinjang, "Aangh Ja-jangan disitu Ah! Mas berat!"

MY HUSBAND'S AN UGLY CAUCASIAN!! (Mpreg) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang