4. Perebut Perhatian

5K 594 3
                                    

Di SMA Biru Putih jam istirahat di berikan selama waktu setengah jam. Karena itulah Kantin sangat ramai saat ini. Mereka duduk dan makan sambil meributkan apa yang mereka tahu dan apa yang mereka lihat.

Radin dan teman-temannya duduk di meja bagian tengah. Area kantin yang luas mempermudahkan para pelajar untuk menemukan bangku sesuka hati mereka layaknya di kafe.

"Din, Traktir dong, Gue kena hukuman nih dari bokap, ATM gue di bekuin buat seminggu kedepan" Ujar Dedi pada Radin.

Ketiga lainnya termasuk Radin tertawa, "Lagian itu juga salah Lo sendiri ngibulin orang tua, Kan kualat!" Ejek Gery.

Radin tersenyum kecil, "Yaudah, Sana pesan sendiri, Sekalian ambilin pesenan kita yang tadi" Senyum Dedi mengembang, Dia mengangguk lantas pergi menjalankan tugasnya.

Karena posisi mereka yang berada di tengah sehingga suara Radin bisa di dengar jelas oleh beberapa siswa di sekitar mejanya.

"Iiih... Kak Radin baik banget deh, Terus royal lagi" Kata salah satu murid perempuan.

"Pasti yang jadi pacarnya Radin beruntung banget itu!" Timpal siswi yang lain. Dan masih banyak lagi pujian yang dilontarkan untuknya.

Diam dalam kesenangan, Hati Radin sejuk mendengar pujian-pujian itu. Inilah dunia yang paling diinginkannya, Mendengar pujian, sanjungan serta kata-kata indah orang-orang disekitarnya.

"HAHAHA! Derall Woi! Gue mau jatuh setan!"

Suara tawa membuat lamunannya buyar. Radin menoleh ke asal suara dimana adiknya sedang tertawa karena digendong di punggung Derall, Pria tonggos itu membawa Raden berlarian ke kantin.

Melihat sekelilingnya, Ekspresinya langsung berubah masam. Dalam hati mengutuk Raden, Anak ini selalu membuat perhatian semua orang beralih kepadanya. Lihatlah mata murid-murid ini, Kalian bisa menemukan pujian yang dalam dari indera penglihatan mereka.

Tapi sayangnya tatapan itu bukan untuknya bila Raden hadir. Karena itu dia sangat membenci kembarannya sendiri. Tanpa sadar berdecak hingga membuat teman-temannya menoleh pada Radin dengan heran.

"Lo napa Din?" Tanya Ade, Dia duduk di sisi kiri Radin.

Segera ia mengubah ekspresinya, "Apaan? Gue gak kenapa-kenapa kok! Kalian salah denger" Jawabnya mengelak.

"Mungkin Lo perlu kerokan kuping De" Usul Gery sembari tertawa.

Ade geram, Dia berdiri kemudian menyingsingkan lengan, "Wah, Masalah ini anak" Gery juga tidak mau kalah, Dia turut bangkit dari duduknya dengan wajah mengejek.

Rain dengan segera menengahi, "Jangan berantem di sini, Cari WC kek apa kek, Ntar yang kita semua di seret ke ruang BK" Tegurnya. Ade mendengus kasar lalu menghempaskan tubuhnya kembali ke kursi.

"Eh Mas Radin disini juga ya, Mas traktir Adek dong..." Rengek Raden ketika menemukan kakaknya yang tengah duduk bersama teman-temannya.

Mendengar ucapan Raden, Semua murid di sana menatap mereka dengan bertanya-tanya. Traktir? Apakah si bungsu Suriyansah tidak membawa uang ke sekolah?

Dalam hati Radin mengumpat kasar pada kembarannya yang bodoh ini, Apakah dia sengaja membuat semua orang tahu bahwa mereka diperlakukan berbeda oleh orang tua mereka?

Nyatanya Raden sama sekali tidak bermaksud demikian, Dia memang murni mengatakan itu. Beda dengan Derall, Remaja tonggos itu sudah melebarkan senyum miringnya.

Berdehem kecil, Radin mengulas senyum manisnya, "Kamu kan di kasih duit jajan sama kayak Mas juga, Emang kamu kemanain tuh duit?" Dia melirik tajam Derall.

Usai mengatakan itu barulah Raden sadar dengan ucapannya sendiri. Ia tahu bahwa kakaknya pasti sedang tersinggung dengan permintaannya tadi, Lebih baik dia segera pergi daripada pulang nanti dia akan dimarahi oleh mamanya lagi.

"Hehehe... Maaf Mas, Adek lupa... Der yuk beli ayam geprek, Gue laper... Dadah Mas~" Raden menoleh pada Derall, Keduanya saling kode mata. Derall mengangguk singkat dan mereka segera berlalu dari sana.

Gery berucap, "Aneh Si Raden"

Radin dengan cepat menjawab, "Ooh... Itu, mungkin gegara dia nempel terus sama si Tonggos makanya dia jadi pelupa" Jelasnya. Tanpa disadari oleh yang lain dia menghela nafas lega. Bersyukur reputasinya tidak hancur.

Tak lama kemudian Dedi kembali dengan dua orang ibu kantin sembari membawa makanan.

"Den, Goblok dipelihara, Napa gak diterusin aja omongan Lo yang tadi biar tuh Abang Lo kebakaran jenggot!" Gemas Derall.

Raden dan Derall juga telah menemukan bangku mereka selesai memesan makanan. Mereka memilih duduk di bangku pojok Kantin.

Raden memutar matanya, "Enak banget kalo ngomong, Ntar di rumah gue kenal omel sama mama, Terus kalo tiba-tiba gue di usir gimana? Mau tinggal di mana gue! Kolong jembatan gitu?" Cibirnya kesal.

Derall nyengir kuda mendengarnya, "Ya... Gue kan cuma ngasih saran doang Den, Lagian Abang Lo tuh muna banget, Giliran ada orang aja dia baiknya kek malaikat, Ntar kalo sepi berubah dah dia jadi si pencabut nyawa" Celetuknya sedikit berbisik. Keduanya cekikikan di meja.

"Dek ini pesenannya" Ucap salah satu Ibu kantin sembari meletakkan pesanan keduanya di meja. Yang ditatapnya hanya Raden.

"Bu, Jangan cuma lihatin saya dong, Tuh temen saya bule dianggurin sama ibu" Jelas Raden menunjuk Derall yang duduk di depannya. Si Ibu tersenyum malu karena perbuatannya diketahui Raden.

Ibu tersebut mendekatkan mulutnya ke telinga Raden lalu berbisik, "Maaf Dek, Tapi kalo giginya nggak tonggos pasti dia ganteng" tawa Raden hampir pecah, Dia menahan mulutnya dengan sebelah tangan. Usai berbisik Si Ibu pamit pergi.

Walau telah pergi, Raden masih menahan tawanya di meja, Bahkan ia belum menyentuh ayam geprek panas di meja.

Derall menaikkan sebelah alisnya, "Ngetawain apa Lo?" Penasarannya.

Raden menggeleng, "Nggak... Pffftt..." Bohongnya.

"Lo jangan bohong ama gue, Pasti itu soal gue kan?" Tebak Derall kesal.

Akhirnya Raden dengan jujur mengangguk, "Sorry bro, Si ibu bilang kalo Lo nggak tonggos pasti Lo bakal ganteng" Ungkapnya. Kali ini dia sudah bisa mengendalikan tawanya.

"Terus Lo gak jijik gitu sama gue?" Derall langsung menutup mulutnya melihat wajah Raden yang tadinya tertawa kini menjadi datar.

Dia menunjuk makanan yang di pesan Derall, "Otak Lo sama kayak tu bakso, Sama-sama kecil, Oon!" Sarkasnya.

Raden menambahkan lagi, "Kalo gue jijik sama lo, Mungkin dari dulu juga gue gak sudih temenan sama Lo, iish! Selera makan gue hilang gegara Lo!" Umpatnya kesal, Dengan marah dia berdiri tetapi Derall dengan gesit meraih pergelangan tangannya.

"Jangan marah dong Den, Iya iya gue minta maaf, Gue kan cuma penasaran doang" Ungkapnya. Raden menghela nafas dan kembali duduk.

Detik berikutnya Derall menelan ludah saat sebuah garpu nyaris menyentuh matanya, "Jangan pernah tanya-tanya soal itu lagi atau apapun tentang persahabatan kita, Gue gak peduli biar Lo cacat sekalian, Lo tetep temen gue selamanya" Raden, si pelaku yang hampir menyodok mata Derall.

"Iya-iya sumpah! Gue gak bakal lagi bahas-bahas soal itu lagi" Derall mengangkat tangannya membentuk 2 jari.

Raden mencibir, "Cih! Sumpah doang Lo taunya, dasar Bule nyasar!, Ayo buruan makan, Ntar kita telat masuk kelas" Derall mengangguk lantas menunduk dan fokus pada makanannya, Menyeringai lebar tanpa sepengetahuan Raden.


MY HUSBAND'S AN UGLY CAUCASIAN!! (Mpreg) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang