10. Ada Yang Beda

5.6K 534 42
                                    

Sepulang sekolah Radin berulah lagi, Membuat Raden dan Derall saling tatap heran. Sebab ketika keduanya keluar dari kelas, Radin mengikuti dengan berjalan di sisi Derall yang kosong. Jadi gambaran simpelnya adalah Derall sekarang sedang berjalan dengan si Kembar Suriyansah di sisi kiri dan kanannya.

Walaupun demikian, Raden tidak berani bertanya. Beda lagi Derall, Dia berdecih dalam hati. Jelas-jelas dia tahu bahwa Radin menyukainya, Dia tentu bodoh untuk tidak mengetahui tatapan penuh cinta itu.

"Pasti gara-gara di toilet, Sat!" Monolognya dalam hati.

Sesekali, Radin akan melirik Derall yang lebih tinggi darinya kemudian menunduk penuh malu di sekitar pipinya.

Raden yang melihatnya, berkedip-kedip bingung, Kemudian berbisik pada Derall, "Der, Mas gue kenapa ya kok aneh?" Tanya Raden.

Derall mengendikkan bahu, berbisik, "Mana gue tahu, Tau-tau udah aneh aja Abang Lo" Jawabnya cuek.

Kesal melihat dia sama sekali tidak dihiraukan, Radin akhirnya membuka suara, "Eem... Gue... Boleh ikut pulang bareng kalian nggak?" Dia bertanya hati-hati.

"Yaelah Mas, Adek kira mau ngapain sampai ngikutin kita segala" Jawab Raden menghela nafas lega.

"Jadi boleh nih?" Tanya Radin penuh harap, Matanya tidak tertuju pada Raden, melainkan Derall di sampingnya.

"Nggak!" Kata Derall tegas serta ketus.

"Kenapa emang Der? Kok gak boleh?" Itu bukan Radin yang bertanya, Tapi Raden.

Nada bicara Derall langsung berubah, "Ya... Aneh aja gitu menurut gue, Lagian apa nggak sumpek ngikutin kita pake mobil?" Radin menahan sebal, tentu saja dia memperhatikan perubahan nada bicara Derall ke Raden.

Lalu dengan cepat menjelaskan, "Nggak kok! Siapa bilang sumpek? Ya hitung-hitung gue pengen refreshing gitu di jalan" Ujar Radin beralasan.

Raden berbisik lagi pada Derall, "Der, Lo kayaknya mesti hati-hati deh, Gue khawatir bisa jadi Mas gue ngikutin kita buat dapet alamat rumah Lo nanti" Cemas Raden. Bukannya apa, Dia khawatir Radin akan berbuat macam-macam pada Derall.

Senyum Derall mengembang sempurna di kedua sudut bibirnya, "Iya-iya, Bawel Lo ah kayak Mommy gue" Ledeknya tanpa berbisik.

"Sat Lo, ngapa ngomong kencang-kencang!" Umpatnya gemas terus menyodok kepala Derall.

Sudah tentu ucapannya terdengar ke telinga Radin, Dia menoleh dan mendapati keduanya sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Radin menggertakkan giginya kesal, Sejurus kemudian ia langsung memisahkan jarak keduanya dengan berjalan di tengah-tengah mereka.

"Jangan deket-deket Lo ama dia kalo ada Mas, Lo gak inget apa kata Mama tadi pagi?" Radin mengingatkan.

Raden menjawab, "Ingat banget Mas, Tapi Adek kan udah bilang kalo gue gak bisa mutusin persahabatan sama Derall" Jawabnya tegas.

Radin melirik wajah Derall yang menyeringai lebar padanya seakan mengatakan "Lo gak bisa misahin gue dari Raden!" Itu lewat gerakkan alisnya.

Mendengus samar, Radin bertanya lagi, "Kenapa emang?"

Menoleh dengan tatapan aneh, Raden menjawab, "Ya karena Derall itu asik anaknya kalo di ajak ngomong, Terus dia gak pamer-pamer harta kayak temen-temennya Mas itu" Cibirnya.

"Kayak Lo bukan orang kaya aja, Jadi wajar lah kalo kita ngumpul yang di omongin cuma itu doang" Jawab santai Radin.

Derall menimpali, "Nah, makanya Raden gak sudih temenan sama kawan-kawan Lo itu" Jelasnya, Tidak lupa merangkul pundak Raden.

Disingkirkannya tangan Derall, Raden memotong pembicaraan keduanya, "Gue izin ke toilet bentar, Kebelet nih!" Ucapnya pergi sambil melambaikan tangannya meninggalkan Derall dan Radin. 

Mendongak, Memastikan bahwa Raden telah menghilang di balik tembok, Derall segera mengambil jarak aman dari Radin.

Dia kemudian berkata, "Lo jangan sok-sokan dekat ama gue, Gue tau niat Lo" Kata Derall Sarkas .

Radin tanpa malu mendekat kembali ke sisi Derall, "Tau nggak kalo Lo itu ganteng banget? Tapi kenapa malah pengen jadi jelek?" Herannya.

Mengangkat bahunya acuh, "Ganteng atau jeleknya gue, itu bukan urusan Lo, Dan satu lagi, Jangan harap Lo bisa pisahin gue dari Raden" Ancam Derall.

Dia terkekeh-kekeh mendengarkan ancaman Derall, "Ya ada dong urusan gue, Derall Aditya Alexander... Tau nggak kalo gue naksir ama Lo?"

"Cuma orang baik kayak Raden yang buta buat lihat pandangan menjijikkan Lo ke gue"

Kata-kata Derall yang penuh sarkas dan ejekan membuat darah Radin mendidih, Apalagi remaja di sampingnya ini membangga-banggakan Raden serta mengatakan bahwa tatapannya menjijikkan, Dia merasakan sedih serta penghinaan yang dalam di hatinya.

"Berani-beraninya Lo ngomong gitu ke gue! Lo mau dikeluarin dari sekolah ini hah?!" Radin membentak.

Derall tertawa lepas, Bahkan dia harus bersusah payah agar gigi palsunya tidak jatuh lagi. Rasanya ingin mengatakan "Lo berani keluarin gue dari Sekolah milik Bokap gue sendiri?" kata ini kepada anak sombong seperti Radin.

Merasa diremehkan, Radin naik pitam, "Lo ngeremehin gue ya!?"

Berhenti dari tawa, Dia menjawab, "Sorry, Bukan maksud ngeremehin Lo, Gue cuma takutnya malah Lo ntar yang dikeluarin dari sini" Balas Derall mengejek Radin.

"Heh... Pikir Lo bisa dengan gampang ngeluarin gue dari sini? Bokap gue itu donatur terbesar di sini jadi Lo jangan macam-macam sama gue" Bersedekap dada, Radin menjawab dengan angkuhnya.

"Wah!!! Kalian ngomongin apaan? Serius amat... Kok gue gak di ajak" Tanya Raden menepuk bahu keduanya. Bermaksud mengagetkan tetapi yang didapatinya hanya lirikan sebentar, Wajah bersemangat Raden kini kembali datar.

"Den, Gue kayaknya gak jadi jalan barengan ama Lo, Soalnya papi gue ngechat nih, Katanya di suruh cepet pulang" Ulasnya jujur. Sebagai bukti Derall menunjukkan pesan di layar HP-nya yang baru saja terkirim beberapa detik yang lalu.

"Yaudah, Gak papa kali, Kayak kita pacaran aja, Sana pulang, Ntar gue bareng Mas gue"

Raden membuat gestur mengusir dengan tangannya dan satu lagi telah melilit di lengan Radin, Kali ini Radin tidak mendorong tangannya seperti biasa, Justru dia merangkul posesif adiknya.

Menatapnya, Wajah Derall gelap lagi, "Ok, Bye..." Derall terus berlari ke tempat parkir, Beberapa saat setelahnya ia sudah melaju keluar sekolah dengan motor Ninjanya.

Selepas perginya Derall, Radin melepas paksa tangan Raden, "Gue pulang sendiri!" Ketusnya sambil berjalan cepat ke tempat dia memarkir mobilnya.

Lalu dia bersenandung, "Bocah ngapa ya... Bocah ngapa ya? Aneh!" Kata Raden mengerutkan kening serta menggaruk-garuk kepalanya. Berikutnya dia mengendik bahu lalu berjalan santai ke tempat khusus parkir sepeda.

Motor Derall menepi di pinggir jalan raya yang sepi. Memastikan bahwa tidak ada orang selain dirinya di sana, Dia mengambil Hp dari saku celananya kemudian mengetik nomor dan menghubunginya.

Saat sambungan masuk, dia berkata, "Apa pi? Untung aja Derall namain nomor pake 'Papi', Kalo enggak ketahuan Derall" Kesalnya. Karena baik papi ataupun maminya sepertinya memang berencana untuk membuat indentitasnya terungkap ke publik.

Kekehan terdengar jelas di seberang, "Itu kan salahmu sendiri, Cepat pulang, Ada yang ingin Aku bicarakan dengan kamu di rumah"

Derall berdecak malas, "Jangan lagi soal bahas anak teman bisnisnya papi, Derall tetap gak mau" Ungkapnya tegas.

"Bukan, Makanya cepat pulang!" Desak Luxxel dari seberang.

Dengan helaan nafas Derall menjawab, "Iya-iya, Papi sama bawelnya kayak Mommy" Ledek Derall, Tidak peduli apa yang akan dikatakan sang ayah selanjutnya dia dengan cepat menutup panggilan.


















MY HUSBAND'S AN UGLY CAUCASIAN!! (Mpreg) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang