Berdiri di depan tiang bendera adalah tugas yang diberikan untuk Raden. Remaja itu dengan dongkol berpose hormat pada bendera negaranya.
Di sampingnya, Guru bernama Reza tersebut menggeleng-gelengkan kepalanya, "Nanti bel istirahat baru kamu boleh pergi" Ucapnya.
Raden membuka matanya tidak percaya lalu protes, "Tapi pak, Derall juga terlambat kayak saya, Masa cuma saya doang yang di hukum?" Merasa kesal, Hampir saja dia menghentakkan kakinya di marmer lapangan.
"Iya, itu hampir namanya, Dia kan cepat-cepat makannya bapak tidak menghukumnya, Lah kamu lelet kok protes? Terima saja hukuman bapak baru kamu boleh pergi" Jelasnya kemudian berlalu dari lapangan menyisakan Raden sendirian.
Bibirnya cemberut, Mungkin seseorang bisa mengikatnya dengan tali. Kakinya bergerak tertahan, Dia sangat dongkol sehingga ingin menghancurkan marmer di lapangan sekolahnya.
Tidak sengaja menoleh ke jendela akhir di kelasnya, Langsung saja matanya melotot tajam serta mulutnya bergerak-gerak mengucapkan umpatan yang hanya bisa didengar olehnya sendiri saat melihat remaja yang menjadi penyebab dia dihukum sendirian di lapangan.
Raden memposisikan telapak kirinya miring pada leher lantas menariknya membentuk sebuah ancaman mati untuk Derall.
Dalam ruangan kelas, Lebih tepatnya di meja paling pojok sebelah kanan, terlihat Derall sedang berdiri dengan kedua lututnya di atas meja, Sambil mengintip betapa menyedihkan nasib Raden di lapangan dengan kekehan gelinya.
Bukan hanya dia sendiri, melainkan para pelajar di kelas juga turut mengintip dari berbagai arah. Sebagian besar dari mereka bisa menebak bahwa guru tidak akan masuk dikarenakan izin soal urusan penting, Namun yang menjengkelkan adalah mereka tidak diizinkan keluar kelas.
"Si Raden kena hukum lagi, Heran gue... Dia kan anak orang kaya, Kenapa gak bawa mobil aja?" Ucap Siswa di kelas mereka.
"Bener tuh, atau nggak ya semobil aja bareng Radin kan bisa" Timpal yang lain.
Derall menyahut tanpa mengalihkan perhatiannya dari lapangan, "Dia mau hidup sehat makanya naik sepeda, Daripada naik mobil, udah vitamin C gak di olah dalam tubuh, Sumpek lagi!" Gerutunya.
Beberapa dari mereka ada yang membenarkan ucapan Derall dan sebagiannya lagi tidak setuju karena mereka juga rata-rata menggunakan mobil sebagai kendaraan ke sekolah.
Sementara di kelas 2 IPA-A, Guru nampak menerangkan pelajaran di papan tulis di ikuti perhatian oleh hampir semua pelajar.
Duduk sebangku dengan Radin, Ade berbisik, "Din, Napa Lo hari ini berangkatnya pagi amat? Tumben" Celetuknya.
Radin menoleh sedikit, lantas balas berbisik, "Jujur gue masih penasaran ama si Derall, Lo ingat kejadian di toilet itu kan?" Ade mengiyakan pertanyaan Radin.
"Menurut Lo adek gue tahu nggak soal dia yang sebenarnya? Kemarin gue tanya alamatnya Adek gue bilangnya gak tau" Tutur Radin.
"Kayaknya sih emang beneran gak tau si Raden, Lo gak lihat apa waktu di toilet kemarin Derall buru-buru masang tuh benda palsu cepet-cepet?" Bisik Ade mencoba mengingat-ingat kejadian kemarin.
Radin manggut-manggut, "Hmm... Ada benernya juga omongan Lo... Eh tapi sumpah deh, Si Derall yang asli ganteng banget woi!!" Hampir saja ia memekik keras.
"Dih, Tapi masih gantengan juga gue kali" Bantah Ade. Dia terkikik lucu melihat ekspresi horor Radin padanya.
Begitu jam istirahat tiba, Raden langsung tepar di marmer lapangan, merentangkan kaki dan juga tangannya, Wajah dan juga lengannya merah karena sinar matahari.
Dia bergumam, "Hmmm... Ada nggak yang bisa gitu ngangkat gue ala-ala pengantin~~" Tangan dan kakinya bergerak gelisah, kadang merapat dan merenggang.
Para pelajar yang lewat di sekitarnya tertawa melihat kelakuannya yang membuat mata geli. Beberapa dari mereka sampai berniat membantunya tetapi Raden dengan sopan menolaknya.
Secara tidak sadar Ia melihat sebuah tangan terulur padanya di bawah cerahnya sinar matahari.
Segera setelah Raden melihat samar wajah familiar itu, Dia langsung merentangkan kedua tangannya tanpa disuruh, "Gendong" Hanya itu kata yang keluar dari mulutnya, tidak ada rengekan, jelas bernada datar bahkan wajahnya.
Terkekeh, Tanpa aba-aba Derall langsung berjongkok dan menggendong Raden ala bridal.
Raden terlonjak, secara otomatis melingkarkan tangannya di leher Derall.
"Mau kemana?" Tanya Derall sambil menatap wajah tampan digendongannya.
"Ya kantin lah dodol! Lo harus traktir gue karena kalah tanding kemarin" Ucapnya sebal.
"Alright your majesty" Jawabnya bersama senyum seraya berjalan ke kantin.
Jarak yang cukup jauh dari lapangan ke kantin membuat keduanya menjadi bahan perhatian. Persetan dengan tatapan mereka, Raden maupun Derall tidak peduli. Terutama Derall, Andai saja dia bisa membuang aksesoris palsu di mata dan giginya ini secepatnya, dia ingin membuat wanita maupun para uke iri dan cemburu dengan mereka.
Akan tetapi, tanpa Derall meminta pun seseorang telah cemburu pada mereka, Yaitu Radin. Dia rela pergi pagi-pagi sampai kedinginan di dalam mobil hanya untuk bertemu pria itu, Terlebih juga secara rahasia mencarinya pada tiba di sekolah namun nihil.
Dan kini dia mau tidak mau harus cemburu melihat adik kembarnya digendongan pria yang baru saja membuatnya jatuh cinta kemarin, Derall.
Radin sesungguhnya hendak menyangkal perasaannya sendiri pada pemuda setengah Bule itu, Tapi setelah menyadari keanehan pada jantung dan hatinya, Radin memantapkan hati bahwa dia pasti mencintai Derall.
Sesampainya di kantin Raden langsung melompat dari dekapan Derall lalu berjalan lurus ke meja Radin, menggeser posisi Gery lantas duduk tepat di samping Radin. Gery, pipinya masih berwarna sedikit keunguan ketika dia terpaksa menggeser tubuhnya sambil mendengus.
"Mas... Lihat nih kulit adek~ Merah semua..." Rengeknya sambil menggoyang-goyangkan lengan Radin.
"Ih, Jangan nempel-nempel sama Mas, Lo bau matahari tau nggak" Ucap Radin risih. Bila tidak mengingat bahwa mereka di kantin, Dia pasti akan mendorong Raden dari tempat duduknya.
"Lo sih dayung sepedanya kayak putri duyung, Jadi telat kan" Ledek Ade.
"Kasian si Gery, Udah lebam eh main digeser paksa ama Lo Den" Ucap Zeral disertai tawa ejekan.
"Njing Lo Zebra" Umpat Gery sambil memalingkan wajahnya ke samping, Tetapi kemudian dia menyesali perbuatannya karena tidak sengaja bertemu tatap dengan wajah gelap Derall.
Rasa penasaran membuat Dedi juga menoleh, Seketika bulu kuduknya merinding, Dia menoleh ke arah lain asalkan bukan ke Derall karena wajahnya yang sekarang sangat menakutkan.
Tangannya terkepal, Derall kesal. Selalu seperti ini bila Raden mendapat masalah di sekolah, Kenapa Raden tidak pernah merengek atau bermanja-manja dengannya? Kenapa harus dengan si brengsek Radin?
Menenangkan api di tubuhnya, Derall berkata, "Den, Ayo jajan, katanya hari ini gue yang traktir, Sebelum gue berubah pikiran dan balik ke kelas" Ucapnya dengan penuh tekanan serta pendesakkan.
Kata 'Traktir' membuat Raden yang tadinya merengek kini kembali bersemangat. Tanpa memperdulikan tatapan aneh Radin kepadanya, dia dengan cepat menarik tangan Derall ke salah satu penjual kantin.
"Ck, Sialan" Guman Radin tanpa sadar menggigit bibir bawahnya.
Ke 4 temannya mengira dia mungkin saja berdecak kesal karena adiknya begitu mudah di sogok makanan oleh Derall. Tapi yang benar adalah Radin sangat-sangat cemburu pada adiknya sebab Raden bisa dengan mudah mendapatkan perhatian khusus dari Derall.
Sedangkan dia? Dilirik saja tidak, Yang ada di mata Derall hanya Raden dan Raden saja, Tanpa pengecualian.
Hal ini membuatnya semakin benci dengan Raden.
![](https://img.wattpad.com/cover/318558731-288-k165606.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND'S AN UGLY CAUCASIAN!! (Mpreg) (END)
Romantik(Tamat di Aplikasi Karyakarsa dan juga PDF!😊) "Si Bule Buruk Rupa Itu, Dia Adalah Suamiku Yang Tampan! Bercerita tentang kisah pelajar SMA Biru Putih yang bernama Suriyansah Raden Alfatir. Dia selalu mengharapkan kasih sayang kedua orang tuanya yan...