Azkiel's Appa-! 22

438 29 12
                                    

jangan lupa vote and komen

ಥ_ಥ

🧢🧢🧢


Pagi yang cerah, eum ... sebenarnya tidak terlalu cerah karena suasana pagi ini tampak kelabu bagi Azkiel yang merasa bad mood karena sudah dibangunkan dari tidur nyenyaknya.

Seperti biasa, setelah melewati hari Minggu yang cukup singkat —singkat banget malah— kini Azkiel harus menghadapi kenyataan bahwa sekarang adalah hari Senin. Bangun dipagi hari adalah sesuatu yang memuakkan bagi mereka yang tidak sanggup meninggalkan nyamannya kasur, terlebih lagi pada waktu Senin.

Berangkat sekolah, belajar, dan segenap aktivitas yang dilakukan tiap hari sangatlah membosankan. Apalagi hari Senin, upacara bendera. Huh!

Dan hal yang paling menyebalkan selama hidup Azkiel yang hampir menginjak usia enam tahun itu, adalah ketika bocah itu sedang bermimpi indah tapi dikacaukan begitu saja. Azkiel yang tak rela jika mimpinya yang sedang menyelamatkan bumi bersama Oom Spiderman dari gangguan makhluk jahat, dirusak oleh Ibun yang mengguncang tubuhnya agar dia terbangun.

Sangat sebal, hingga rasa-rasanya Azkiel ingin membuat kalender sendiri dan menetapkan tanggal merah untuk jadwal tidur seharian tanpa diganggu.

"Eh? Kok tidur lagi sih anak ganteng?" Ibun menyugar rambut Azkiel lembut dengan jemarinya. Ibun mengusap kening si bocah yang setengah sadar akibat masih mengantuk. Bibir Azkiel sedikit terbuka, keningnya sedikit berkerut pertanda dia tengah terusik. "Ayo, Nak. Mandi dulu abis itu pergi sekolah, deh."

"Enggak mau sekolah. Mau tidur aja, pusing. Kepalanya berat," kata Azkiel. Suaranya masih serak sehabis bangun tidur. Dia yang berada di gendongan, kembali menjatuhkan kepalanya di bahu sang Ibun. Mendusal hidungnya yang tiba-tiba saja gatal ke baju Ibun. Bocah itu mengembuskan nafas panjang dan terdiam, sepertinya ingin kembali terlelap.

"Eits! Masa enggak mau sekolah lagi? Nanti ketinggalan pelajaran gimana? Ayo, ah, kita mandi abis itu cus ke sekolah." Ibun berjalan ke arah kamar mandi sembari mengusap-usap punggung Azkiel. Lalu sesampainya mereka di wastafel, Ibun menurunkan Azkiel di atas kursi yang sudah disediakan di depan kaca. Hampir saja Azkiel oleng dan terjatuh kalau tidak sigap Ibun menahan tubuh gembulnya yang lemas karena masih mengumpulkan nyawa.

"Ibun udah bikin nasi mentai kesukaan Iel, loh.  Udah Ibun siapin juga susu cokelat buat bekal di sekolah," ucap Ibun. Tangannya bergerak mengoleskan odol di atas sikat gigi dengan stiker Spiderman milik Azkiel. Kemudian Ibun membiarkan bocah itu memegang sikat giginya sendiri.

"Ayo buka mulut. Giginya harus disikat biar tidak bau jigong. Masa anak Ibun yang keren kayak Oom Spiderman bau jigong, sih? Ih, gak banget." Ibu jari dan telunjuk Ibun menyentuh bibir Azkiel sebagai isyarat agar anak itu membuka mulut.

Azkiel memanyunkan bibir, ekspresinya ingin sekali menolak Ibun. Namun sepertinya dia tak memiliki cukup tenaga untuk sekedar melayangkan protes, karena tentu saja, bocah itu masih mengantuk.

"Ihel ehngghak jhighong bhahu— uhuk!"

Azkiel terbatuk karena tanpa sengaja ujung sikatnya masuk ke tenggorokan, sebab dia terlihat ogah-ogahan dan kesal menyikat gigi sendiri. Dengan cepat dia memuntahkan busa putih dan berkumur-kumur.

"Pelan-pelan, dong."

Azkiel sudah selesai berkumur. Dia memiringkan badannya menghadap Ibun. Wajahnya memberengut, bibirnya mengerucut, matanya menatap tajam ke atas tanpa mendongakkan kepalanya.

"Enggak mau sekolah Ibuuuunnn. Capek buanget, pegal-pegal begitu badannya. Nanti tidur terus enggak melek sama gerak lagi, bagaimana?"

Ibun menahan tangan Azkiel yang bergerak tak menentu mengikuti badannya. Bocah itu sedang ngambek, dia menyentak kakinya di atas kursi dengan penuh rasa jengkel. "Ya enggak bakal pingsan dong, sayang."

Azkiel's AppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang