Azkiel mengembuskan nafas bosan, bola matanya mengikuti gerak Arin yang berjalan kesana kemari bagai gosokan. Bocah perempuan itu mengoceh dengan amat cerewet, tak lupa dengan hafalan di kertas selembar yang berisi dialog yang sedang dia hafal.
Azkiel jadi pening. Sedikit budeg akibat suara Arin, tapi tak apa. Asal bocah perempuan itu tidak mengganggunya, maka sudah dipastikan hidup Azkiel baik-baik saja.
"Untung Iel jadi pohon, enggak usah ribet-ribet hafalan kayak Arin jadinya."
Arin diam saja, masih menghafal. Dia juga berusaha tak menghiraukan Azkiel yang kini menatapnya jengah.
"Kalau jadi pohon 'kan enak, enggak gerak, enggak haus karena ngomong terus." Azkiel membuka tasnya untuk mengambil kotak bekal dan sekotak susu cokelat yang sudah disiapkan Ibun. Mencolokkan sedotan ke kotak susu dan meminumnya dengan wajah sok dan mengejek karena kedapatan Arin sedang menatapnya.
"Kenapa? Mau?"
"Enggak! Ntar Arin juga beli susu cokelat." Arin memalingkan wajahnya. Wajahnya terlihat ikutan sok seakan-akan tidak mau kalah dengan Azkiel. "Nanti belinya satu, dua, tiga, tujuh ... SEPULUH! BELINYA SEPULUH SUSUNYA!" Arin memekik sebal ketika Azkiel dengan sengaja menyedot susu kotak itu dengan keras.
Azkiel terbahak dan meletakkan benda yang sudah kosong itu ke atas meja. Tak kenyang dengan susu cokelat, Azkiel kini menyantap nasi kuning yang dia beli tadi pagi di Bude Rini.
"Emang kita latihannya kapan?"
"Enggak tau. Kata Bu Guru ini pentas seni buat kelulusan kita nanti."
Azkiel mengangguk. Pipi gembulnya yang berisi nasi bergerak dengan lucu. Makanan yang di dalam mulut belum ditelan dengan benar tapi terus saja Azkiel memaksa sendokan baru hingga penuh yang membuat dirinya terlihat seperti bocil kelaparan.
"Kenapa harus ada pentas seni? Buat apa?" tanya Azkiel.
Arin menghentikan kegiatannya dan duduk di samping Azkiel.
"Buat seru-seruan kayaknya. Arin enggak tau juga," kata Arin dengan tangan melipat kertas dan memasukkan kertas itu ke dalam saku roknya.
"Ribet ya, harus ngomong banyak-banyak."
"Enggak pa-pa, kata Bu Guru Arin jadi pemeran utamanya. Nanti Mama Arin rekam terus upload ke Youtube biar jadi youtuber kayak Ria Ricis. Arin juga punya squishy banyak, Arin juga punya ekor duyung warna ungu."
Azkiel mengunyah dan menjawab, "Enggak nanya."
"DIH." Arin kesal.
Azkiel memasang wajah berfikir. "Ria Ricis itu yang nama anaknya sapi saya bukan?"
"Hah?"
"Moooo ana."
Anjir.
Karena Arin kesal langsung saja Azkiel digeplak bagian kepalanya.
"Rasain, dasar enggak jelas!"
Azkiel's Appa
Rabu, 15 Mei 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Azkiel's Appa
General FictionStart 25 Februari 2020 - Repbulished 02.10.2023 NOTE ! "krn sebelumnya tidak ada prolog, trs aku tambahin prolog jd mempengaruhi viewer sm vote ya per-chapter ya. jd ngacak gitu ehehe. tp ga berpengaruh sih, yg penting alurnya tetap rapih." ❝Besar n...