Pagi ini adalah Minggu yang cerah. Secerah harapan Azkiel untuk menghabiskan weekend ini dengan rebahan sepanjang hari. Namun naas, harapan itu bagai asap yang tertiup angin kencang, hilang dan tak berbekas.
Ibun adalah salah satunya orang yang menjadi pengacau pagi indah Azkiel.
Azkiel bangun dari tidurnya karena suara Ibun yang cukup mengusik telinganya. Ibun menepuk pipi dan menyuruhnya untuk segera bersiap karena hari ini mereka akan menghadiri acara perkumpulan yang diadakan tiap setengah tahun sekali.
Anak itu mengucek mata sembari menguap. Menggaruk perutnya yang gatal dan bersiap tidur lagi. Namun segera ditarik Ibun untuk duduk.
"Iel, bangun. Mau ikut Ibun sama Appa, gak?"
"Gak mau. Ngantuk. Tidur aja Iel," katanya dengan suara khas bangun tidur. Anak itu menguap lebar.
Ibun mengusap kepala Azkiel. "Harus ikut. Nanti makan-makan di sana. Ada coklat."
Mengingat coklat, Azkiel jadi malas untuk pergi. Anak itu menggelengkan kepala dan menjatuhkan tubuhnya di kasur. Ibun menggeleng, anaknya itu sangat susah bangun pagi.
"Ayo bangun." Dengan paksa Ibun menarik Azkiel dan mengusap wajah anak itu biar ngantuknya hilang.
Anak itu berdecak. Mengucek matanya sekali lagi dan terus menguap. Memeluk Ibun dan dengan sengaja menirukan suara mendengkur dengan keras, pura-pura tertidur pulas namun sedihnya aktingnya yang buruk itu tidak dipercayai oleh Ibun.
Ibun mendudukkan Azkiel di atas kasur. Dan bergerak mengambil handuk dan tak lupa menyiapkan baju untuk berpergian.
Azkiel mengerang dan kembali telentang. Dia membulak-balikkan badannya, hingga--
Brak!!
Bocah itu menggulingkan badannya dan terjatuh dari kasur untuk merangkak ke arah meja di samping tempat tidur untuk mengambil mainan Spiderman. Anak itu duduk kembali di lantai yang dingin dengan malas. Menguap lebar dan menatap Spiderman di tangannya.
"Oom Spiderman mau ikut Iel sama Appa sama Ibun pergi, gak? Nanti coklat makan makan di sana."
Ibun memperhatikan Azkiel yang sedang bertanya pada mainan kesayangannya itu. Terkekeh sejenak ketika Azkiel mendekatkan mulut Spiderman ke telinga sambil mengangguk.
Azkiel seakan-akan sedang berkomunikasi dengan benda mati itu.
Ada-ada bae kelakuan.
"Iel, malas ikut pengen tidur aja. Oom gak mau ikut ya? Ya udah sama kayak Iel," bisiknya pada Spiderman. "Oom nanti bilang sama Ibun, gak mau ikut, gitu ya. Tapi jangan bilang suruh Iel. Iya, iya siap. Nanti kita naik pesawat bareng. Oke."
Setelah mengobrol beberapa saat dengan mainannya, Azkiel berucap pada Ibun.
"Katanya, Oom Spiderman gak mau ikut. Dia juga gak suka coklat, takut mencret-mencret kayak Iel kemarin."
"Iel harus ikut dong. Nanti main-main di sana. Ada Arin sama temen-temen. Kalau Iel gak mau coklat, nanti kita beli es krim sama Appa."
Azkiel berubah sedikit kesal. Mengarahkan Spiderman ke depan Ibun. "Nih, Ibun ngomong sama Oom Spiderman."
Ibun tak menggubris Azkiel, dia menggendong Azkiel untuk masuk kamar mandi.
Kayaknya ni bocah sekali-kali harus merasakan didikan jaman VOC sejak dini agar tidak terlalu bermanja-manja. Oh iya, Ibun baru ingat kalau Azkiel ini tidak dididik ala VOC tapi dididik ala-ala Romusha oleh Appa.
"Ibun, masa Mas Revin aja punya adik, Iel kapan Bun?"
Pertanyaan Azkiel yang absurd tiba-tiba menghentikan gerakan Ibun yang sedang menggosok badannya dengan amplas kayu, eh maksudnya spons mandi.
"Emangnya Iel mau adik?"
"Mau! Cowok ya, biar bisa diajak club Superhero sama Oom Spiderman. Kata Oom Spiderman kalau cewek itu berisik, terus kerjaannya makan mulu."
Azkiel memberikan atensi penuh pada Ibun.
"Emang siapa yang berisik dan makan mulu? Ibun enggak tuh." Ibun beralih menggosok area punggung si kecil.
"Ibun kan bukan cewek, tapi Ibun Ibun." Azkiel mengankat lengannya saat spons yang dipegang Ibun bergerak menggosok ketiaknya. "Cewek tuh kayak Arin, Bun. Berisik, makan mulu dan nyebelin."
"Ya udah jangan dulu punya adik, kan masih ada Ibun."
Azkiel mengernyih, sesaat dia membayangkan Revin tetangganya yang sering bermain bersama dengan adik lelakinya. Azkiel kan juga pengen, tiap hari dia hanya bermain dengan Oom Spiderman dan merusuh ke Ibun. Tapi kalau Ibun tidak ada, dia harus merusuh ke siapa? Ke Arin? Ya, ogah!
Ibun membilas badan Azkiel yang penuh sabun dengan air mengalir dari shower, dia terkikik dan sedikit tidak menduga dengan permintaan Azkiel. Dia segera menyelesaikan kegiatannya memandikan Azkiel.
Sedikit pemikirannya mengarah kearah ucapan Azkiel.
Adik ya?
Ibun kembali teringat beberapa hari lalu dia mulai merasakan mual yang datangnya mulai konsisten, padahal kondisi tubuhnya fit.
Apakah ini pertanda jika keinginan Azkiel terwujud?
***
jumat, 7 juni 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Azkiel's Appa
General FictionStart 25 Februari 2020 - Repbulished 02.10.2023 NOTE ! "krn sebelumnya tidak ada prolog, trs aku tambahin prolog jd mempengaruhi viewer sm vote ya per-chapter ya. jd ngacak gitu ehehe. tp ga berpengaruh sih, yg penting alurnya tetap rapih." ❝Besar n...