Azkiel's Appa-! 08

391 35 0
                                    

Azkiel's Appa ⁠~⁠♪



"Lo ngapain di sini?" tanya Shena saat melihat sesosok yang dikenalnya. Cewek itu mendekat ke arah Razdan yang tengah duduk di atas perosotan. rencana cewek itu adalah bermain-main bersama Azkiel di taman, tapi ternyata dia melihat sohibnya.

"Lo gak liat gue lagi duduk?" tanya cowok itu balik. Lalu Razdan tersenyum lebar kepada Azkiel yang tengah menikmati cikinya. "Heiyo! Kicil! Miss uuuuu, muach! Miss Bang Adan gak?"

"Miss yuh tuh, Abang!" Azkiel tampak berbinar. Ikut tersenyum lebar dan menampilkan deretan giginya yang kecil dan rapih. "Kapan belajar bareng lagi? Mau belajar biar pintar."

"Wah, Azkiel semangat belajarnya tinggi juga ya." Razdan terkekeh lalu menepuk tangan. "Besok belajar lagi yuk sama Abang! Belajar anatomi tubuh manusia. Nanti kamu bisa tau apa aja yang ada di tubuh cewek sa-"

"Lambemu, Dan. Gak usah ngomong aneh-aneh depan anak kecil," sungut Shena. Dia melotot. Dia segera mengajak Azkiel untuk meletakkan tasnya tepian lapangan yang terdapat tembok yang biasanya digunakan untuk duduk. Lalu Shena dan Azkiel mendudukkan diri di ayunan yang ada di samping perosotan.

"Lah? Bagus dong kalau gue mau ajarin bocah kecil belajar. IPA lho IPA. Biar nanti pas dia belajar gak kagok lagi." Razdan menyengir. Dia memantik rokoknya dengan korek api.

Shena berdecak sebal. Dia melirik Razdan yang kini memakai seragam SMA Swasta elit, SMA Britania. Lalu atensinya beralih pada sebatang rokok yang tengah cowok itu hisap dalam-dalam. Cowok itu suka sekali merokok.

Sedangkan Azkiel juga tampak tertarik dengan benda yang berada di dalam mulut Razdan. Benda yang menimbulkan asap kala dihisap. Buktinya dia kini sedang menatap lamat-lamat Razdan dengan tatapan bulatnya. Tangannya masih bergerak memasukkan satu persatu ciki ke dalam mulutnya.

"Abang makan lolipop? Tapi kok ada api sama awan gitu? Kekabaran?" tanya Azkiel dengan kepala sedikit miring ke kanan. Menatap Razdan dengan sorot penasaran. Mulutnya masih mengunyah, pipinya bergerak seirama.

"Kebakaran oi!" sahut Shena malas. Azkiel suka kebalik saat berbicara.

Shena merampas rokok itu dan menginjaknya. Menajamkan mata sesaat begitu Razdan menatapnya dengan malas. "Lo gak boleh ngerokok di depan anak kecil. Perokok pasif lebih bahaya daripada perokok aktif. Gue gak mau Iel bengek gara-gara asap rokok lo," katanya pelan dan sedikit ditekan.

Razdan merotasikan bola matanya. Kesal tapi tak protes.

"Yah, kok dibuang lolipopnya?" tanya Azkiel saat melihat Shena tadi. Matanya masih memperhatikan batang rokok yang diinjak Shena.

"Azkiel mau? Abang Adan punya banyak nih."

"Mau!"

"Sampe lo kasih beneran. Gelud kita hayo."

"Pis, Na. Pis, hehehe."

Dia menatap Shena dengan senyum lebar. "Tumbenan lo ajak si Kicil jalan-jalan. Mau belajar jadi Mamah yang baik buat anak-anak kita kelak ya?"

"Ndasmu!"

Razdan tertawa. Menarik Azkiel dan mengangkat tubuh bocah itu agar duduk di pangkuannya. Dia masih tak beranjak dari perosotan. Mata Razdan kini menelaah Shena dari atas hingga ujung kaki.

Baju program Perkantoran berwarna biru muda. Sepatu pantofel. Rambut digelung ala ala. Dan sedikit riasan di wajah cewek itu membuat Razdan menaikkan sebelah alis.

"Lo dandan, Na? Mau jadi badut lo? Tuh pipi kenapa merah-merah begitu? Kayak habis kena bogeman aja." Razdan berucap.

Shena mendengkus. Memilih ikut duduk di ayunan dekat perosotan. "Males sebenarnya gue dandan kayak begini. Ribet. Lo tau sendirilah praktek jurusan gue kayak gimana."

Azkiel's AppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang