Azkiel's Appa-! 14

426 42 5
                                    

ayo dong pada komen, biar rajin update xixixixi

Azkiel's Appa ♫

Ibun tersenyum. Tak ada hal yang lebih membahagiakan dari suara anaknya yang terdengar antusias sembari menggoyangkan bahu ke kanan dan ke kiri. Duduk sila di atas karpet ruang tengah dengan tangan yang tertumpu di depan. Matanya membulat memperhatikan Appa yang tampan dengan balutan baju koko serta peci menutup rambut cepaknya.

Mereka habis sholat berjamaah dan kini Azkiel akan belajar ngaji bersama Appa. Azkiel juga memakai baju koko kebesaran dan panjang semata kaki yang membalut tubuh gembul dan pendeknya. Yang membuatnya terlihat seperti menggunakan daster dibanding baju koko. Di kepalanya juga terpasang peci putih.

Kini tersedia meja kecil karakter Spiderman serta Iqra yang akan menjadi media belajar mengaji Azkiel. Dia akan belajar dari hal-hal sederhana dan mendasar dalam Iqra, contohnya adalah huruf hijaiyah serta tajwidnya.

"Alif."

Azkiel nyimak. Mendengarkan begitu khusyu lalu mengulang perkataan Appa. "Alip."

Appa menggeleng. Mengoreksi bacaan Azkiel. "No, Alip. Tapi Alif."

Azkiel memperhatikan pergerakan mulut Appa dengan saksama. Bocah itu mengerjap sesaat lalu mengangguk. "Alif."

"Ba."

"Ba."

"Ta."

"Ta."

"Tsa."

"Sa?" ulang Azkiel dengan bingung. Sedikit kesusahan mengucapkan lafal itu dengan lidahnya. Dia melihat Appa yang menggeleng lagi. Wajahnya masih tampan seperti biasa meskipun tanpa ekspresi.

"Tsa." Appa mengoreksi Azkiel. Memberikan contoh lewat mulutnya yang sedikit mendesis. Membuat Azkiel memperhatikan dengan sungguh-sungguh.

Anak itu menangguk dan kembali belajar huruf hijaiyah dari awal sampai akhir. Mengulang huruf demi huruf dibantu oleh Appa jika Azkiel salah pengucapan. Anak itu tampak antusias belajar mengaji. Gerakan badannya yang terlalu exicted  membuat Ibun tertawa sesekali tersenyum geli melihat anak dan suaminya itu yang terlihat akur.

Ibun memperhatikan mereka dengan perasaan hangat yang menjalar ke seluruh hatinya. Membuat sensasi menggelitik yang menyenangkan di dadanya. Sungguh ini adalah hal yang sangat sederhana namun memperoleh kebahagiaan yang luar biasa.

Biasanya Appa terlihat dingin dan kasar pada Azkiel, tapi lambat laun pria itu mulai melunakkan sifatnya. Ibun tau, kalau sifat Appa yang sebenarnya tidak sejahat atau segalak itu, tapi karena suaminya ingin menjadikan Azkiel sebagai anak yang kuat dan tidak lemah, jadinya Appa mendidiknya dengan keras dan memberinya sedikit tekanan. Ibun mengerti maksud baiknya.

Tapi dia masih cukup sakit hati ketika mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Terngiang-ngiang suara pistol yang hampir saja membuat dirinya jantungan dan kehilangan nyawa di tempat. Dia tidak membenarkan segala perilaku yang membahayakan seperti itu.

Appa terlalu anti mainstream menyayangi Azkiel. Disaat bocah lain mendapatkan pelukan hangat ketika nilai ujiannya bagus, Azkiel hanya diberi tepukan singkat di pucuk kepala oleh Appa tanpa ekspresi. Disaat bocah lain masih ditimang-timang dengan lembut, sementara Azkiel harus merasakan ketakutan karena Appa tak segan-segan memukulnya ketika dia berbuat salah. Atau Azkiel hanya diberi sebuah jam sederhana ketika mendapat juara kelas semester lalu, itu pun harus menunggu beberapa minggu kemudian.

Ah, paling tidak jam itu sebagai bentuk apresiasi Appa terhadapnya, sebagai bukti kalau Appa masih sayang kepada Azkiel. Tak apa jika dia diberikan sebuah benda yang sangat sederhana, asalkan benda itu dari Appa jadinya maknanya lebih terasa, jam itu lebih istimewa.

Azkiel's AppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang