Azkiel's Appa-! Prolog

211 23 1
                                    

"Lagi?"

"Aku juga gak tau Mas," kata Ibun menatap wajah pria berahang tegas itu dengan tangan yang memilin baju, mulai risau. "Aku gak tau kalau selama ini Iel ngelakuin perundungan ... tadi pagi aku dapet telepon dari sekolah, katanya Iel mukul kepala temannya pake kotak pensil sampai berdarah. Nah, ternyata kotak pensilnya itu udah rusak jadi kawatnya kena bagian pelipis temannya itu."

Appa menampakkan ekspresi yang biasa saja, meski begitu Ibun tetap ketar-ketir. Lagian siapa yang bisa tenang jika anaknya yang masih kecil sudah berani bertindak kasar dan mencelakai temannya sendiri? Terlebih lagi pengaduan penganiayaan itu sampai ke telinga suaminya, yang tak segan memberikan hukuman kalau sang anak melakukan hal-hal nekat.

Jawabannya, tidak ada. Semua orang tua pasti khawatir dengan anaknya.

"Ada pembelaan dari Az?"

Ibun mengembuskan nafas, mengontrol emosinya sendiri. "Enggak ada, dia ngaku sendiri kalau dia mukul temannya itu."

"Dia emang gak mau jujur atau takut?"

"Aku enggak tau, udah ditanya berulang kali. Tapi jawabannya tetap sama, dia secara sadar mukul temannya sendiri." Hampir menangis Ibun mengucapkan itu. "Dia cuma bilang, 'Bun, jangan bilang ke Appa ya' sambil meluk kaki aku."

"Besok aku dipanggil ke sekolah, mungkin dapet surat peringatan dari Wali Kelas."

"Sebelumnya begini juga ya, dapet surat peringatan?" tanya Appa.

"Iya, sekarang peringatan kedua." Ibun menunduk. Hatinya mendadak sakit, mengingat kejadian ini terasa bagai pedang yang menusuk dada. Dia terlihat seperti orang tua yang tak bertanggung jawab, tidak bisa mendidik serta mengajarkan etika kepada anaknya itu.

Ibun memposisikan dirinya sebagai orang tua dari si korban, membayangkan anaknya yang dikasihi lalu dengan teganya dipukul oleh orang lain. Ibun merasa kalau dia ... menjadi orang tua yang gagal.

Sebelumnya juga kejadian sama seperti ini. Azkiel bertengkar dengan teman sekelasnya dan dia dipanggil ke sekolah. Tapi yang ini lebih parah, Azkiel sudah berani memukul temannya dengan kotak pensil yang terbuat dari besi.

Selain dia mendapat surat peringatan, dia juga diharuskan membayar tagihan Rumah Sakit untuk pengobatan si korban.

Appa merengkuh istrinya. Setelah pulang kerja tengah malam, lalu mendapat berita perundungan yang pelakunya adalah anaknya sendiri, agaknya Appa mulai kehabisan akal.

Dilihatnya sang istri yang menangis, entah menangisi Azkiel yang menjadi pelaku atau menangisi sesuatu yang tak dapat dia mengerti.

"Az ... perilakunya udah enggak bisa ditolerir ya ternyata."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






a/n :

cung, yang suka Publish - Unpublish - Publish - Unpublish wkwkk??

uda ke brp kali ye ini cerita republish Mulu, awal publish pas 2020. trs ga lanjut grgr sibuk kerja wkwk

smga masih ada yg baca yeee, hehehehe

02.10.2023

Azkiel's AppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang