Seperti dugaan Ibun sebelumnya, perasaan tak enak badan disertai muntah-muntah adalah pertanda jika dia berhasil mengabulkan permintaan Appa dan Azkiel.
Hari ini terhitung sejak kehamilannya dua minggu, Ibun berniat ingin memberikan surprise kepada kedua laki-laki yang berharga di hidupnya.
Ibun sudah menyiapkan kado berisi bunga-bunga dan tak lupa diselipkan sebuah alat testpack sebagai barang utama di dalamnya.
"Ini apa?" itu suara Azkiel yang bertanya-tanya. Dia melihat betapa bahagianya Appa yang kini sedang memeluk Ibun. Terlihat bagaimana Appa menangis dan kehabisan kata-kata, pria besar itu menangis sesenggukan pertanda dia sangat berterima kasih akan suatu hal. "Appa nangis napa?"
Yang tak Azkiel sadari ketika Ibun juga berhenti memangis, wanita itu mengusap air matanya dan mengurai pelukan suaminya. Dilihatnya bocah gembul dengan wajah penasaran memegang sebuah alat berwarna biru putih itu. Dia langsung menggendong Azkiel, membawa anak itu ke dalam pelukan bersama Appa.
"Sebentar lagi Iel punya adik," kata Ibun.
"Apaa?"
Ibun tersenyum. "Iya, adik kecil."
"Noooo! Kenapa bisa punya? Ibun enggak bilang kalau mau beli adik sama Iel!" Azkiel memberontak dalam pelukan. "Iel kan mau beli juga! Iel mau pilih-pilih adiknya sendiri! Kalau adiknya nanti cengeng dan berisik seperti Arin bagaimana!?"
Appa kesel, dia menoyor kepala Azkiel. "Adik ini dibuat, bukan dibeli. Dasar!"
Azkiel kesal, jemari gembulnya mengelus kepala yang abis ditoyor Appa. "Yauda Iel juga mau buat! Iel yang pilih nanti adiknya bentuknya gimana! Kalau bisa warna merah seperti Oom Spiderman! Yang kalau sudah besar bisa bermain robot-robotan!"
Appa berdecak, dia sudah tak memeluk Ibun. "Terserah dah bocah!"
"Ih apasi? Kok Appa begitu? Kan Iel juga mau bikin adik, kita bikin lagi aja. Ayo! Ayo Ibunnnnnnn kita bikin adiknya lagi! Dari ulang, Iel pengen lihat! Iel pengen bikin! Iel pengen punya!"
Ibun terkekeh, Azkiel kini meraung-raung.
"Adiknya udah ada Iel, sudah tidak bisa diubah lagi adiknya soalnya sudah jadi. Nanti tunggu dia besar ya, baru bisa Iel sayang-sayang."
Azkiel cemberut. "Kenapa begitu? Kan Iel juga mau bikin adik, kenapa adiknya udah jadi? Kenapa gak bisa diganti?"
"Udah ga bisa Az, ih ngeyel amat." Itu suara Appa. "Udah Ibun gak usah didengerin, berisik banget dia. Kamu kalau udah punya adik pasti gak disayang lagi."
Azkiel terbelalak. Dia melihat Appa dengan saksama, wajah pria itu serius sekali. Azkiel langsung menatap Ibun, kali ini dengan mimik wajah yang sedih dan pundung. "Iel gak disayang lagi Bun?"
Ibun tertawa. "Sayang dong cintaku."
"Terus kata Appa tadi Iel tidak disayang lagi. Yauda enggak usah jadi bikin adiknya, adiknya dipulangin aja."
Ibun tertawa lebih keras dan langsung memeluk Azkiel dengan perasaan gemas. "Appa bercanda aja, Ibun sama Appa sayang banget sama Iel dan adik bayi. Nanti adik bayinya dijaga sama Iel karena Iel jadi kakak. Iel harus sayang juga ya sama adik bayinya."
"Tapi dia bisa main sama Oom Spiderman kan Bun? Kalau bisa nanti Iel sayang. Kalau berisik, cengeng seperti Arin, Iel ga mau."
"Apapun sifat adik nanti, tetep harus disayang dan dijaga ya Iel. Nanti adik juga sayang Iel."
"Yauda deh ..." Azkiel mengembus nafas. "Tapi bolehkan adiknya warna merah seperti Oom Spiderman?"
"HAHAHHAHAH." seketika Appa tertawa terbahak-bahak.
🧢🧢🧢
Rabu, 07 Agustus 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Azkiel's Appa
General FictionStart 25 Februari 2020 - Repbulished 02.10.2023 NOTE ! "krn sebelumnya tidak ada prolog, trs aku tambahin prolog jd mempengaruhi viewer sm vote ya per-chapter ya. jd ngacak gitu ehehe. tp ga berpengaruh sih, yg penting alurnya tetap rapih." ❝Besar n...