Tiga Pilar menatap mayat orang-orang yang mencoba menyakiti Sakura, melihat kepala mereka yang sudah berpisah dengan tubuh mereka. Bahkan Temari yang sudah sering melihat orang mati rasanya ingin muntah melihat leher-leher itu.
"Jika melihat kesadisannya jelas ini perbuatan Raiden." Gaara menilai mayat-mayat itu dengan tenang, menyakini jika Sasuke benar-benar membunuhnya karena ia juga pernah berada di satu Medan Perang yang sama dengan laki-laki itu.
"Namun bukan ini yang aku rencanakan, aku memang menyuruh mereka membunuh Grand Duchess Emerald itu tapi sebelum itu aku menyuruh mereka untuk mengikuti Raiden terlihat dahulu," ucap Kankuro hingga Gaara menatapnya tajam.
Temari yang mendengar ucapan Kankuro kesal. "Kenapa juga kau bertindak gegabah begini?! Jika begini Kaisar malah akan semakin mencurigaiku, sudah tahu posisi keluarga kita sedang tidak baik-baik saja."
Temari terus saja mengomel membuat Kankuro menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya, menatap Gaara seolah memintanya untuk menyelamatkannya dari omelan Temari.
"Seharusnya kau tidak mencoba membunuhnya." Kata-kata Gaara membuat Temari berhenti, menatap laki-laki dengan rambut merah yang merupakan adik keduanya itu dengan ekspresi terkejut.
"Apa kau bilang Gaara?!" Kankuro yang lebih terkejut dibandingkan Temari bereaksi lebih dulu, mempertanyakan maksud dari perkataannya.
"Bukankah kalian sendiri yang mengatakan bahwa ia menguntungkan bagi Kekaisaran?" tanya Gaara membuat Temari yang mendengarnya menyipitkan matanya.
"Oh ayolah, Kak Tema mengatakan itu hanya untuk menghibur Kaisar itu yang secara tidak langsung juga menciptakan konflik antara Kaisar dan Hyuga," ucap Kankuro dengan enteng.
Sekian detik kemudian Kankuro menjerit, menatap Gaara dengan ekspresi kagetnya. "Jangan bilang? Kau juga menyukai perempuan itu?!"
"Kankuro aku tahu kau bodoh tapi jangan bicara begitu, Gaara tidak mung-" "Sepertinya begitu." Gaara memotong ucapan Temari yang berusaha menyangga ucapan Kankuro.
"Gaara apa yang kau katakan? Kau tertarik dengan perempuan itu?" tanya Temari sekali lagi memastikan, tak menyangka Gaara akan mengucapkan kalimat itu.
Gaara adalah seseorang yang paling dingin dan sulit disentuh diantara mereka, dia seseorang yang tak mengenal cinta namun untuk pertama kalinya ia tertarik pada seseorang. Namun yang membuat Temari hampir gila adalah fakta bahwa adiknya jatuh hati pada perempuan yang membuat ia kehilangan jabatan dan harta serta hak kebebasan untuk pergi kemana-mana.
"Kau tahu apa yang telah ia lakukan pada keluarga kita? Kau tidak lihat Kak Tema berakhir begini? Bahkan kita tidak tahu bagaimana cara mengembalikan posisi Kak Tema dan lagi aku membuat masalah yang entah bagaimana akan diselidiki oleh Kaisar," ucap Kankuro sadar diri.
"Kita harus bisa membalikkan keadaan, alih-alih membunuhnya bukankah Wilayah Utara memiliki kekuatan yang sangat besar di Baston?" ucap Gaara membuat Temari terdiam, menimbang keputusan yang tepat.
"Jadi maksudmu, kita menguasai Baston?" tanya Temari berusaha tenang, menatap Gaara yang menampilkan ekspresi datar.
"Aku tidak ingin lagi patuh kepada Kaisar, dia hanya Pangeran Ketiga yang beruntung memiliki kekuatan sebesar Sakira. Bukankah kita meninggalkan Padang Pasir bukan untuk ini saja?" ucap Gaara menatap kakak-kakaknya itu.
"Kau ingin menjadi Kaisar?" tanya Kankuro sambil memiringkan kepalanya, menatap satu-satunya adik laki-lakinya.
"Sepertinya itu sulit," ucap Temari.
Gaara menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Temari, menatapnya dengan keyakinan. "Jika Kaisar memiliki Sakira Obelia, maka aku memiliki Grand Duchess Haruno Sakura."
"Sepertinya cara itu agak sulit, itu tak menjamin kita akan menang. Bertaruh untuk sesuatu yang peluang berhasilnya sedikit itu bisa merugikan kita," ucap Kankuro menimbang-nimbang keputusan.
"Emerald dan Raiden, mereka harus berada di pihak kita," ucap Gaara menyadari besar potensi keduanya.
Sakura dengan kekuatannya sebagai Grand Duchess Wilayah Utara dan Sasuke, Jenderal Angkatan Darat dengan kekuatan yang tak terkalahkan. Selama mereka memiliki dua orang ini, bukankah peluang untuk menang melawan Naruto jauh lebih besar? Dan lagi jika semua orang berbalik menyerang laki-laki itu, bagaimana cara ia agar bisa menang disaat tak ada lagi orang di sisinya.
"Jangan gila Gaara, kau tahu bertapa setianya Raiden kepada Kekaisaran bahkan kadang aku merasa ia seperti anjing Kekaisaran, begitu patuh terhadap perintah," ucap Kankuro sementara Temari diam mendengarkan.
Tak lama berselang Temari menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, Raiden sebenarnya tidak setia kepada Kekaisaran tapi dia setia kepada rakyat Baston. Semua tindakan Raiden selama ini selalu memikirkan rakyat dan selalu menjadi keputusan rakyat."
"Kalau begitu, jika kita bisa membuktikan Kaisar ternyata tidak sebaik yang ia kira ada kemungkinan ia akan memihak kita," ucap Gaara membuat Temari menganggukkan kepalanya.
"Sepertinya aku akan setuju dengan rencana Gaara mengambil alih Kekaisaran. Kondisi keluarga kita yang begini benar-benar tidak menguntungkan dan rasanya tertekan, kita harus bergerak dan melawan," ucap Temari.
"Yang pertama harus kita lakukan adalah memanipulasi kejahatan Kak Tema menjadi kejahatan yang dilakukan Kaisar," ucap Gaara menyuarakan tahap awal dari rencana mereka, rencana pemberontak kedua kali mereka. Namun kali ini bukan untuk membuat Naruto menaiki takhta Kekaisaran melainkan menurunkannya.
°°°
Seorang pelayan dengan rambut hitam dan mata ruby yang indah memasuki kamar Sakura, melihat perempuan itu tengah duduk dengan bersandarkan pada sandaran ranjang.
"Nona, saya datang untuk mengganti perban Nona," ucap Pelayan itu yang kemudian duduk di tepi kasur, melihat tangan Sakura yang dibalut perban.
"Kau ini pura-pura tidak tahu atau apa? Aku bisa menyembuhkannya sendiri," ucap Sakura menatapnya dengan datar.
"Justru saya tahu, jika Nona tidak menyembuhkannya itu artinya Nona berada di situasi dimana Nona tidak bisa menyembuhkannya," ucap Pelayan itu sambil membuka perban luka Sakura.
"Apakah karena pemilihan akan segera dimulai?" tanya Pelayan itu membuat Sakura menatapnya.
"Pemilihan akan segera dimulai, tahap awal pastinya pembukaan acara. Di saat seperti ini lukaku harus terlihat agar tidak mencurigakan," ucap Sakura dengan tenang sementara pelayan itu mengganti perbannya.
"Apakah Anda benar-benar serius untuk maju dalam pemilihan itu?" tanya sang Pelayan membuat Sakura menatapnya.
"Mengapa aku harus tidak serius?" tanyanya.
Pelayan itu menghembuskan nafasnya berat mendengarnya. "Bagaimana jika Nona malah menjadi Permaisuri Kaisar? Bagaimana dengan Nona dan Tuan?"
"Aku dan Uchiha Sasuke?" tanya Sakura membuat pelayan itu langsung menganggukkan kepalanya.
"Bukankah Tuan menyukai Nona? Atau sebaliknya Nona menyukai Tuan?" tanya Pelayan itu dengan ekspresi yang begitu bingung, memikirkan teori itu dengan begitu serius.
"Kami tidak saling menyukai, hanya sekedar partner kerja. Perasaan yang merepotkan seperti itu tidak mungkin menguasai kami," sanggah Sakura dengan begitu enteng.
Pelayan itu menyelesaikan pekerjaannya sementara Sakura memperhatikan rambut hitamnya yang sudah mulai berubah warna menjadi merah. "Rambutmu sepertinya mulai berubah warna."
Pelayan itu mendongakkan kepalanya, menatap Sakura yang kemudian menjentikkan jarinya membuat rambut hitam pelayan itu seketika berubah menjadi warna merah.
"Uzumaki Karin?" ucap Sakura dengan tenang, menatap penampilan Putri Kedua Kekaisaran Baston, Uzumaki Karin yang dibunuh oleh adiknya sendiri lima tahun yang lalu.
"Ya, Nona," sahut Karin.
"Bagaimana penyelidikanmu?" tanya Sakura dengan tenang, menatap mata merah yang bagaikan lautan darah itu.
•••
To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Revenge
FanfictionSakura si ahli strategi berkepala licik dan kejam memasuki Ibukota Kekaisaran Baston dengan skema rumit guna membalaskan dendamnya atas kematian saudari kembarnya yang mati digantung sebagai pemberontak kekaisaran yang menggulingkan kekaisaran sebel...