Dari kejauhan Naruto menatap Sasuke yang tengah melatih pasukannya. Perasaan laki-laki bergelar Kaisar itu sedikit kecewa pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia percaya dengan rumor tidak benar yang Temari katakan kepadanya tentang laki-laki bergelar Jenderal Angkatan Darat itu. Tak ada orang yang serendah hati Sasuke selama ini di sisi Naruto, seseorang yang tak mengharapkan jabatan apapun bahkan jabatannya sebagai Jenderal Angkatan Darat itu pun Naruto berikan setelah begitu banyak pemaksaan.
Naruto melangkahkan kakinya pelan hingga ia berada di pinggir lapangan latihan. Dengan suara yang sedikit tenang laki-laki itu memanggil Sasuke. "Jenderal Raiden."
Sasuke menolehkan kepalanya, melihat Naruto sekilas lalu menatap bawahannya yang berdiri di sisinya. "Letnan Shimura, saya akan menemui Yang Mulia terlebih dahulu lanjutkan saja latihannya."
"Baik Jenderal," sahut laki-laki berkulit pucat dengan nama lengkap Shimura Sai itu, menganggukkan kepalanya dengan patuh atas perintah itu.
Sasuke berbalik, berjalan menuju ke arah Naruto. Laki-laki dengan postur tubuh tinggi dan tegap itu pun membungkukkan sedikit tubuhnya. "Yang Mulia."
"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan kepadamu," ucap Naruto membuat Sasuke menegakkan tubuhnya kembali, menatap Naruto dengan manik onyx hitam kelamnya.
"Baik Yang Mulia," ucap Sasuke hingga mereka menepi, berdiri di koridor luar Istana untuk bicara.
Naruto menatap Sasuke yang hanya berjarak tiga langkah kaki darinya, laki-laki itu lantas menghembuskan nafasnya berat. "Jenderal sejujurnya aku tak bisa menjelaskan perasaanku."
"Apakah Yang Mulia ada masalah?" tanya Sasuke dengan tenang sementara matanya fokus pada kening laki-laki itu, merasa ingin menusuk kening itu dengan pedangnya.
Naruto buru-buru menggelengkan kepalanya, tak ingin membuat Sasuke salah paham. "Bukan begitu Jenderal hanya saja, aku merasa kecewa pada diriku sendiri. Bagaimana bisa aku meragukan kesetiaanmu?"
"Saya mengerti perasaan Yang Mulia, mau bagaimanapun Tiga Pilar sudah bersama Anda begitu lama sementara saya belum begitu lama," ucap Sasuke berusaha merendah.
"Jangan berucap begitu Jenderal, aku tak pernah menemui seseorang yang begitu setia seperti engkau," ucap Naruto hingga Sasuke menundukkan kepalanya merendah.
"Saya ini hanyalah orang biasa tanpa Yang Mulia," ucap Sasuke membuat Naruto menghembuskan nafasnya berat, rasa bersalahnya kini malah semakin besar.
"Aku benar-benar minta maaf," ucap Naruto membuat Sasuke yang mendengarnya tersenyum tipis, buru-buru menggelengkan kepalanya.
"Saya tak pantas menerima hal itu Yang Mulia," jawab Sasuke membuat Naruto menatapnya.
"Tolong terimalah agar perasaanku jauh lebih lega." Kata-kata itu pada akhirnya membuat Sasuke menganggukkan kepalanya. Naruto yang menyaksikannya pun akhirnya bisa bernafas lega.
"Agar Yang Mulia tidak salah paham lagi kepada saya dikemudian hari, saya akan melaporkan hal-hal yang saya kerjakan bersama Grand Duchess," ucap Sasuke membuat Naruto tersenyum mendengarnya.
"Terimakasih Jenderal," ucap Naruto.
"Namun Yang Mulia, bolehkah saya bertanya satu hal?" tanya Sasuke dengan hati-hati hingga Naruto menganggukkan kepalanya.
"Apakah Yang Mulia menyukai Grand Duchess?" tanya Sasuke dengan hati-hati membuat Naruto yang mendengarnya terdiam begitu lama.
"Grand Duchess itu mirip sekali dengan Sakira, perempuan yang saya cintai sebelumnya. Melihat ia saya merasa seperti kali ini adalah kesempatan dimana saya bisa mencintainya dengan baik karena itu saya tak ingin melepaskannya kali ini," jelas Naruto dengan secercah rasa bersalah.
Sasuke kali ini hanya terdiam mendengarnya, tak berniat untuk menyahuti penjelasan itu, penjelasan tentang cinta namun justru ia yang membunuh cintanya sendiri. Sasuke tidak mengerti akan konsep cinta bagi laki-laki itu.
"Omong-omong Jenderal, bukankah kau juga harus segera menikah? Apa perlu aku membantumu mencari pasangan atau ada seseorang yang kau sukai?" ucap Naruto tiba-tiba.
Sasuke terdiam mencerna ucapan itu, memikirkannya matang-matang namun tak kunjung mendapatkan jawaban. "Mungkin saja ada."
"Jadi begitu ya," ucap Naruto seolah menangkap sinyal bahwa laki-laki itu tengah menyukai seseorang.
"Grand Duchess Emerald ada dimana ya?" tanya Naruto yang kemudian teringat akan Sakura, penasaran dimana perempuan itu berada.
"Grand Duchess mengunjungi Kediaman Duke Yamanaka kembali," sahut Sasuke.
°°°
Perempuan dengan gaun berwarna lilac itu berdiri dari tempat duduknya, senyuman manis pun terukir di wajah cantiknya. Perempuan dengan rambut pirang panjang yang dikuncir satu dan manik aquamarine bernama Yamanaka Ino atau Putri Duke Yamanaka.
"Grand Duchess Anda ternyata benar-benar mengunjungi saya kembali, saya hampir tak percaya," ucapnya membuat Sakura yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri tersenyum tipis.
"Itu karena Lady seseorang yang sangat menyenangkan," ucap Sakura membuat perempuan di hadapannya itu sedikit tersipu malu sambil mempersilahkan Sakura untuk duduk.
Sakura mengendarkan pandangannya, melihat ke sekelilingnya yang dipenuhi oleh bunga yang bermekaran dengan indah. "Bunga di Taman Kediaman Lady memang benar-benar indah, saya bahkan kemari karena begitu penasaran."
"Grand Duchess Anda terlalu menyanjung saya," ucap Ino membuat Sakura menatapnya, menatap perempuan yang tampak begitu senang dipuji itu.
Sakura sedikit tersenyum miring, melihat perempuan yang sesuai dengan dugaannya. Sejak pertama kali bertemu, Sakura sudah menduga jika perempuan itu adalah seseorang yang akan sangat senang jika dipuji seseorang yang memiliki gelar lebih tinggi dibandingkan dirinya.
"Oh ya Grand Duchess, saya mendengar jika Anda akan mengikuti pemilihan Permaisuri. Apakah itu benar?" tanya Ino dengan penasaran, sebuah pertanyaan yang sendari tadi Sakura tunggu-tunggu.
"Benar," jawab Sakura.
Ino tersenyum lebar mendengarnya, seolah kabar itu terdengar begitu menyenangkan baginya. "Baguslah, saya akan mendukung Grand Duchess sepenuhnya daripada membiarkan Lady Hyuga itu menjadi Permaisuri."
"Lady Hyuga?" tanya Sakura dengan ekspresi bingungnya membuat Ino menganggukkan kepalanya.
"Sejujurnya dia bukan orang yang penting, dia hanya kekasih masa kecil Yang Mulia. Dia cukup terobsesi dengan Yang Mulia padahal hanya berasal dari Keluarga Marquess," ucap Ino dengan remeh.
"Ah begitu rupanya padahal saya tak ingin bermusuhan dengan siapa-siapa," jawab Sakura dengan lembut.
"Saya juga Grand Duchess tapi kalau itu dengan dia, saya akan sangat memusuhinya. Benar-benar memuakkan," ucap Ino dengan kesal.
"Namun saya juga merasa prihatin kepadanya," ucap Sakura tiba-tiba membuat Ino mengerutkan keningnya, menatapnya dengan penasaran.
"Prihatin mengapa Grand Duchess?" tanyanya.
"Sebenarnya saya tidak benar-benar mendengarnya secara langsung hanya saja saya mendengar bahwa Yang Mulia ingin saya memenangkan pemilihan itu dibandingkan Lady Hyuga itu," ucap Sakura dengan hati-hati.
"Sudah saya duga, Yang Mulia pasti tak menyukai Lady Hyuga. Tentu saja, Anda jauh lebih menarik dan lagi saya melihat Anda berdansa dengan Yang Mulia di pesta dansa, sepertinya Yang Mulia benar-benar menyukai Anda," ucap Ino yang setuju.
"Saya belum memutuskan untuk menyukai Yang Mulia atau tidak," ucap Sakura malu-malu sambil menyelipkan helaian rambut merah mudanya ke belakang telinga.
"Jadi itu semacam cinta sepihak?" tanya Ino.
Sakura buru-buru menggelengkan kepalanya, berusaha menyangkal pertanyaan Ino. "Bukan begitu Lady hanya saja saya masih ragu-ragu. Tolong jangan katakan pada siapapun, saya benar-benar malu."
"Tentu saja, saya akan menjaga rahasia ini," ucap Ino membuat Sakura tersenyum mendengarnya, tahu betul bahwa perempuan itu pasti akan menyebarkan rumor tentang dirinya yang dikejar-kejar oleh Naruto dan fakta bahwa Naruto ingin ia memenangkan pemilihan itu bukan Hinata.
•••
To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Revenge
Hayran KurguSakura si ahli strategi berkepala licik dan kejam memasuki Ibukota Kekaisaran Baston dengan skema rumit guna membalaskan dendamnya atas kematian saudari kembarnya yang mati digantung sebagai pemberontak kekaisaran yang menggulingkan kekaisaran sebel...