Sakura mendudukkan dirinya sembari merapatkan selimut tebal yang ia kenakan, menutupi tubuh telanjangnya sambil menatap punggung Sasuke yang tengah mengancingkan bajunya hingga ia kembali menggunakan wujud Itachi.
Suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar, mengalihkan perhatian Sakura ke arah pintu hingga ia buru-buru mengenakan pakaiannya sebelum ia menyuruh seseorang di luar sana untuk masuk.
Kakashi memasuki kamar tidur itu hingga ia melihat Sasuke dalam wujud Itachi dan buru-buru berlutut. "Tuanku."
Sasuke menaikan satu alisnya, menatap Kakashi yang tampak begitu menghormatinya membuat laki-laki itu kali ini memicingkan matanya. "Mengapa kau tidak berperilaku seperti itu kepadaku?"
Kakashi terdiam sejenak mendengar pertanyaan itu namun sebelum ia hendak menjawab ia baru teringat sesuatu. Kakashi lupa jika Sasuke sedang berubah wujud menjadi kakaknya.
"Maaf saya spontan melakukannya," ucap Kakashi buru-buru berdiri membuat Sasuke memutar bola matanya. Kali ini laki-laki Uchiha itu sedikit cemburu, menyadari jika Kakashi lebih patuh kepada Itachi dibandingkan dirinya.
"Hn, Kak Itachi Tuan dan aku Tuan Muda. Baiklah, aku mengerti," ucap Sasuke dengan suara datarnya sembari mendudukkan dirinya di sofa sementara Sakura yang mendengarnya mendengus pelan, menyadari Sasuke tengah cemburu dengan sangat kekanak-kanakan.
"Maaf tapi ada hal yang lebih penting dan genting," ucap Kakashi mengalihkan pembicaraan, berusaha untuk menyampaikan berita yang ia ketahui secepat mungkin.
"Ada apa?" tanya Sakura pelan.
"Pasokan air tiba-tiba menjadi begitu sedikit dan tanah mulai gersang. Di saat seperti ini rakyat justru keracunan, kondisi orang yang terkena keracunan sangat memperihatinkan Nona," jawab Kakashi membuat Sakura melebarkan matanya.
Sasuke bangkit dari tempat duduknya dan menatap Kakashi yang tampak risau. "Mengapa hal ini bisa terjadi?"
"Kacau, apa yang sebenarnya tengah direncanakan Kaisar bodoh itu? Setelah melepaskan monster ke kota kini ia menciptakan wabah di tengah masyarakat," ucap Sakura dengan geram.
"Saat ini saya sedang dalam penyelidikan namun penyebab aslinya masih belum diketahui," ucap Kakashi yang kali ini membuat Sakura harus menarik nafas panjang.
"Bagaimana kondisi rakyat yang ada di kediaman ini?" tanya Sasuke membuat Kakashi kali ini mengalihkan pandangannya untuk menatap Pangeran Kedua Kerajaan Navier itu.
"Belum ada yang terinfeksi Tuan Muda, oleh karena itu saya menutup akses keluar dari kediaman. Saya khawatir penyebaran racun itu bisa berasal dari makanan ataupun air," jelas Kakashi membuat Sasuke menganggukkan kepalanya pelan.
"Pasokan air?" tanya Sakura.
"Saya khawatir jika pasokan air hanya cukup untuk tiga hari ini Nona namun saya juga tak berani untuk membiarkan orang di kediaman ini menggunakannya atau meminumnya, saya khawatir racunnya berasal dari sana," jelas Kakashi dengan tatapan risaunya yang tak bisa ditutup-tutupi.
"Aku akan memurnikan air di kediaman ini lalu kau diam-diam bawa rakyat yang keracunan, aku akan berusaha untuk mengobati mereka semua," ucap Sakura membuat Sasuke menatapnya.
Sasuke menyentuh lengan Sakura membuat perempuan itu menatapnya. "Grand Duchess, hal ini terlalu beresiko."
"Karena itu kita harus mempercepat rencana, kita tidak bisa menunggu satu minggu sesuai rencana," ucap Sakura berusaha menyakinkan Sasuke untuk mempercepat rencana mereka.
"Lalu Nona, ada sebuah surat dari Menteri Istana," ucap Kakashi menyerah sebuah amplop surat berwarna putih dengan ditaburi bubuk emas.
Sakura mengambil amplop itu lalu menatap Kakashi. "Pergilah, lakukan apa yang aku perintahkan."
"Baik Nona," ucap Kakashi segera pamit undur diri.
"Apa yang ingin bajingan itu katakan padamu?" tanya Sasuke menatap Sakura dengan tatapan intens sementara yang ditatap hanya bisa menggelengkan kepalanya sebab dirinya juga tidak tahu apa-apa.
Sakura membuka amplop itu dengan hati-hati, mengeluarkan secarik kertas yang ditulis dengan sangat rapih dan teliti bahkan tulisannya terlihat begitu indah.
Dear My Grand Duchess,
Sebuah kekacauan baru saja terjadi di kekaisaran ini. Wabah kekeringan tiba-tiba terjadi begitu saja, ditambah dengan racun yang menyebar di seluruh penjuru kekaisaran. Karena itu saya sangat risau mengenai keselamatan Grand Duchess.
Bersiaplah Grand Duchess, lusa malam saya akan mengirimkan adik dan kakak saya untuk menjemput Anda dan mengirim Anda ke pedesaan Stren untuk sementara waktu sampai saya bisa meruntuhkan kekaisaran Yang Mulia.
Saya harap Grand Duchess tetap aman.
Saya yang mencintai Anda.- Sabaku Gaara
Sakura melipat kertas itu kembali setelah membacanya dan melihat Sasuke yang menatap kertas itu tanpa berkedip, terlihat jelas sorot matanya yang tampak marah membuat Sakura akhirnya terkekeh pelan. "Bola matamu bisa lepas jika kau terus begitu Yang Mulia."
"Harus kita apakan dia?" tanya Sasuke dingin.
Sakura menjatuhkan kertas itu ke lantai lalu membalikkan tubuhnya, berhadapan kembali dengan Sasuke dalam wujud Itachi lalu melingkarkan tangannya di leher laki-laki itu.
Sasuke menatap Sakura intens. "Lepaskan saya Grand Duchess."
"Tidak mau, aku tidak mau melepaskanmu. Mengapa kau menyuruhku melepaskanmu?" ucap Sakura menolak untuk menuruti perintah laki-laki itu.
"Anda sedang memeluk kakak saya," ucap Sasuke datar, tak suka jika Sakura memeluknya dalam wujud sang Kakak.
Sakura menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, aku memelukmu. Seperti apapun rupanya, itu tetaplah dirimu."
"Apakah Anda tidak berpikir Anda tengah berselingkuh?" tanya Sasuke membuat Sakura kali ini terdiam, pertanyaan itu membawa Sakura dalam pemikiran yang panjang.
Selingkuh, benar saja. Bagaimana bisa berselingkuh jika diantara mereka tidak ada hubungan apa-apa, bukankah mereka hanyalah rekan balas dendam? Dan saat semuanya telah usai, mereka akan mengambil jalan mereka masing-masing dan berpisah. Memikirkan semua itu membuat Sakura merasa tak rela hingga ia menurunkan tangannya.
"Ada apa?" tanya Sasuke yang menyadari Sakura tengah memikirkan sesuatu yang begitu serius.
Sakura menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, sebaiknya kau membantu Kakashi untuk membawa beberapa rakyat yang terkena racun diam-diam."
Sasuke terdiam sesaat, menatap wajah Sakura yang penuh dengan kekalutan namun laki-laki itu memilih untuk tak bertanya. Pada akhirnya laki-laki itu pergi dari ruangan itu, meninggalkan pemilik ruangan itu seorang diri di dalam sana.
Tiba-tiba jantung Sakura terasa begitu sakit sampai ia mencengkram erat dadanya dan jatuh terduduk di lantai. "Arggg!!!"
Darah mulai mengalir dari mulut Sakura, jatuh ke atas lantai marmer putih itu. Jantungnya sakit dan dadanya kian terasa sesak, sakit itu tak bisa dijelaskan namun rasanya seolah kematian semakin mendekatinya. Rasa sakit itu bertahan selama lebih dari lima belas menit hingga semuanya kembali seperti semula.
Nafas Sakura tersengal-sengal dan ia masih menyentuh dadanya yang sempat terasa sakit. Dilihatnya darahnya di atas lantai marmer putih itu dalam keheningan. Dengan perlahan perempuan itu menyela darah di mulutnya, membiarkan tangan bajunya berlumuran darah. "Waktunya akan segera tiba."
•••
To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡

KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Revenge
FanficSakura si ahli strategi berkepala licik dan kejam memasuki Ibukota Kekaisaran Baston dengan skema rumit guna membalaskan dendamnya atas kematian saudari kembarnya yang mati digantung sebagai pemberontak kekaisaran yang menggulingkan kekaisaran sebel...