Tap tap tap. Suara sepatu pantofel itu menggema, mengisi kesunyian di lorong panjang ruang bawah tanah Istana. Laki-laki yang menjadi pemilik sepatu pantofel itu tampak begitu tenang, memikul seseorang dengan kepala yang ditutupi karung yang ia bawa di atas bahunya.
Sai yang berdiri di depan sebuah pintu pun bergerak, melihat kedatangan Jenderal Angkatan Darat Kekaisaran Baston itu. Dengan perlahan laki-laki berkulit pucat itu membuka pintu, membiarkan sang jenderal memasuki ruangan itu.
Bruk. Sasuke menjatuhkan orang itu, menimbulkan suara yang amat keras di hadapan Naruto dan Jiraya yang sendari tadi menantikan kedatangannya.
"Benar dia orangnya?" tanya Naruto menatap Sasuke dengan satu alis yang terangkat. Hingga dilihatnya laki-laki dengan wajah datar dan dingin itu menganggukkan kepalanya pelan.
Naruto menatap para pengawal Istana yang berdiri di pinggir ruangan. Kaisar Baston itu lantas menggerakkan tangannya, mengisyaratkan agar mereka mengurus orang yang dibawa oleh Sasuke itu.
Salah seorang pengawal bergerak, menyeret orang itu ke dekat dingin. Dengan sedikit berhati-hati ia menyandarkan tubuh yang amat lemas itu ke dinding hingga Naruto mendekatinya membuat pengawal itu buru-buru menyingkir.
Tangan Naruto kali ini terulur lama, ragu-ragu untuk menyibakkan karung yang menutupi wajah orang itu. Laki-laki bergelar kaisar itu menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya ia menarik karung itu dalam satu kali tarikan.
Nafas Naruto tercekat selama beberapa saat, melihat perempuan yang sama seperti apa yang dideskripsikan oleh Sakira Obelia. "Sakura Obelia."
"Yang Mulia," panggil Jiraya berusaha menyadarkan Naruto dari pemikirannya membuat Naruto menolehkan kepalanya, menatap laki-laki dengan rambut putih panjang itu.
Naruto berdehem pelan. "Tampaknya dia memang benar suadari dari pemberontak Sakira Obelia."
"Izinkan saya memastikannya Yang Mulia," ucap Jiraya meletakkan tangan di depan dada, sedikit membungkukkan badannya dengan hormat.
Naruto dengan tenang berjalan menghampiri Jiraya. "Baiklah Uskup Agung Jiraya, kuizinkan kau untuk menunjukkan kebenarannya. Benarkah perempuan ini, suadari Sakira Obelia sang pemberontak yang berusaha mengacaukan Kekaisaran Baston seperti apa yang telah dilakukan oleh Sakira Obelia semasa hidupnya."
Jiraya menganggukkan kepalanya pelan. Laki-laki dengan rambut putih itu lantas berjalan mendekati seorang pengawal yang memegang nampan dengan kedua tangannya. Tangan laki-laki bergelar Uskup Agung itupun akhirnya mengambil sebuah gelas yang berada di atas nampan itu.
Sasuke memicingkan matanya, melihat Jiraya yang kini mendekati sosok yang terus-terusan mereka sebuah sebagai sebagai suadari dari Sakira Obelia itu.
Jiraya mendekatkan gelas itu ke bibir Sakura yang berambut pendek sembari membacakan mantra yang entah berbahasa apa. Hingga secara perlahan kelompok mata Sakura terbuka, menampilkan emerald hijaunya yang menyala. Akar hitam pun mulai muncul, menjalar ke sekujur tubuhnya membuat sapphire biru Naruto terbelalak.
"Uskup Agung....," panggil Naruto.
Jiraya dengan sesegera mungkin mencengkram erat kening Sakura, menekannya dengan kuat sembari membacakan mantra hingga secara perlahan akar hitam itu menghilangkan bersamaan dengan kesadaran perempuan itu yang juga perlahan menghilang hingga kembali tak sadarkan diri.
"Yang Mulia, yang barusan itu apa?" tanya Sasuke, menatap Naruto yang menampilkan ekspresi terkejut sekaligus senang.
Naruto menolehkan kepalanya, menatap Sasuke yang menatapnya dengan tatapan penasaran. "Terimakasih banyak kau sudah menangkapnya Jenderalku."
"Itu adalah kekuatan yang sama digunakan oleh Sakira Obelia dalam pemberontakan yang ia lakukan. Dengan kekuatan itu, ia mengendalikan makhluk mitologi Kyubi dan membunuh keluargaku," lanjut Naruto dengan tenang.
Sasuke menatap wajah polos Naruto dengan ekspresi datarnya meskipun di balik wajah datar itu tersimpan amarah yang amat besar. Laki-laki yang tengah ia tatap itu, laki-laki manipulatif yang terus-menerus menyalahkan sesuatu yang sebenarnya ia lakukan sendiri. Benar-benar naif, bagaimana bisa ada manusia yang lebih mengerikan dibandingkan monster sekalipun seperti dirinya?
"Jenderal, kau boleh pergi. Sebaiknya kau segera beristirahat karena pasti perjalananmu melelahkan," ucap Naruto membuat Sasuke menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu, saya permisi Yang Mulia," pamit Sasuke yang segera pergi dari tempat itu.
Naruto tersenyum miring, mengangkat tangannya mengisyaratkan agar semua orang keluar dari sana. Para pengawal pun bergerak, pergi meninggalkan ruangan itu dan menyisakan Naruto bersama Jiraya dan Sakura yang berambut pendek di dalam ruangan itu.
"Tak kusangka hari ini akan segera tiba, kekuatan Kyubi," ucap Naruto sembari mengepalkan tangannya dengan ambisi yang membara.
"Kekuatan Jiwa Pohon Kehidupannya benar-benar luar biasa, dengan ini mungkin kau bisa mengendalikan kekuatan Kyubi dalam waktu yang lama," ucap Jiraya membuat Naruto tersenyum senang.
"Dengan kekuatan ini, aku akan menjadi dewa umat manusia," ucap Naruto yang amat senang, menatap Sakura yang tak sadarkan diri.
"Namun kau sebaiknya berhati-hati." Peringatan yang tiba-tiba Jiraya sampaikan kepada Naruto itu membuat laki-laki itu menolehkan kepalanya, menatap laki-laki dengan rambut putih panjang itu tak mengerti.
"Apa maksudmu? Aku akan punya kekuatan yang melampaui umat manusia, aku akan menjadi dewa lantas apalagi yang harus aku khawatirkan? Tak ada satupun makhluk hidup yang bisa membuat aku takut apalagi membuat aku khawatir sampai harus berhati-hati," ucap Naruto menyangkal ucapan Jiraya.
Jiraya menggelengkan kepalanya dengan yakin. "Kau sebaiknya berhati-hati dengan Jenderalmu itu, ia punya kekuatan yang amat suci, kekuatan yang tak bisa aku deteksi berasal dari mana bahkan tak bisa aku sentuh. Dia tampaknya berbahaya bagimu."
Naruto tertawa terbahak-bahak mendengar kekhawatiran yang baru saja Jiraya sampaikan. "Apakah kau terlalu terguncang setelah melihat kekuatan Jiwa Pohon Kehidupan sampai-sampai kau bicara melantur?"
"Aku bersungguh-sungguh memperingatkanmu," ucap Jiraya sungguh-sungguh disaat Naruto menganggapnya aneh. Jiraya bersungguh-sungguh, ia merasakan kekuatan suci yang tak tersentuh mengalir dari tubuh Sasuke.
"Kau pikir seseorang yang dulunya hanyalah pelayan bisa memiliki kekuatan suci yang membuat aku mengkhawatirkannya? Jangan bercanda di saat seperti ini," ucap Naruto yang masih tak percaya.
Jiraya berdecak kesal. "Baiklah, jangan salahkan aku. Setidaknya aku sudah memperingatkanmu jika Jenderalmu itu berbahaya. Apabila terjadi sesuatu yang tak diinginkan, jangan salahkan aku."
Jiraya pergi meninggalkan ruangan itu membuat Naruto menatap punggungnya. Laki-laki dengan rambut kuning itupun lantas tersenyum miring. "Benar-benar, Jenderal Raiden tidak akan pernah mengkhianati aku sampai akhir."
Ya, kepercayaan itu terpegang erat di hati Naruto bahwa Jenderalnya, Raidennya, Sasuke de Raiden tak akan pernah mengkhianati dirinya sampai akhir.
Dengan rasa kepercayaan diri yang terkumpul memenuhi roga dadanya, Naruto menatap Sakura berambut pendek itu dengan tatapan sinis.
"Maafkan aku Sakira, setelah memanfaatkanmu aku dengan senang hati memanfaatkan suadarimu juga. Tidak, ini bukan salahmu. Semua itu salahnya sendiri, mengapa ia tiba-tiba muncul seolah menyerahkan dirinya padahal sudah sangat baik ia bersembunyi selama ini," ucap Naruto dengan senyuman sinisnya.
Naruto mendekatkan dirinya dengan Sakura, mencengkram erat pipi pucat perempuan itu. "Sakura Obelia, akan kuambil kekuatanmu seperti aku mengambil kekuatan Sakira Obelia."
•••
To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Revenge
FanfictionSakura si ahli strategi berkepala licik dan kejam memasuki Ibukota Kekaisaran Baston dengan skema rumit guna membalaskan dendamnya atas kematian saudari kembarnya yang mati digantung sebagai pemberontak kekaisaran yang menggulingkan kekaisaran sebel...