Sasuke terbangun dari tidurnya namun masih enggan untuk membuka matanya. Rasa kantuk dan nyaman membuat ia enggan untuk membuka matanya hingga ia merasakan sesuatu yang menyapu perut atletisnya. Dengan perlahan laki-laki itu pun membuka matanya, melihat perempuan yang berbaring di sisinya tengah sibuk mengusap perutnya.
"Sakura." Panggilan itu membuat usapan pada perut atletisnya terhenti. Perempuan itu pun mendongakkan kepalanya, menatap Sasuke yang berbaring di sisinya.
"Akhirnya kau memanggil namaku," ucapnya.
"Apa yang Anda lakukan pagi-pagi begini?" tanya Sasuke tenang, menatap wajah yang begitu indah di hadapannya itu.
"Aku merasakan perutmu, tiba-tiba mereka berubah menjadi lebih keras dari sebelumnya. Apa yang kau lakukan hingga membuat mereka semakin menggoda?" Kata-kata itu membuat Sasuke menahan senyumnya sementara sang wanita menatapnya dengan tatapan penasaran.
Sasuke memejamkan matanya, masih berusaha menahan senyumnya. "Entahlah, saya tidak tahu."
"Apakah kau berniat tidur kembali Yang Mulia?" tanya Sakura ketika melihat Sasuke yang malah memejamkan matanya kembali. Hingga Sasuke memeluknya, membawa perempuan itu kembali dalam dekapan hangatnya.
"Sampai kapan kita begini?" tanya Sakura yang membenamkan wajahnya pada dada bidang laki-laki itu yang tak dibalut benang sama sekali bahkan mungkin sekujur tubuhnya tak dibalut benang sehelai benangpun, hanya ditutupi oleh selimut tebal.
"Entahlah," jawab Sasuke.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan membuat Sasuke membuka matanya, mengendurkan pelukannya pada tubuh Sakura membuat Sakura menegakkan sedikit kepalanya. "Siapa itu?"
"Pergilah berpakaian, saya akan mengurusnya," ucap Sasuke membuat Sakura buru-buru memunguti gaunnya di lantai namun gaunnya justru robek membuat ia menatap Sasuke yang memasang wajah tak bersalah.
Sakura mendelik, buru-buru mengambil gaunnya yang lain di dalam lemari sementara Sasuke mengambil kain putih di lantai, mengenakan kain itu seperti mengenakan toga atau pakaian tradisional laki-laki kaum Roma membuat dadanya terlihat.
Sasuke melirik Sakura yang sudah selesai mengenakan pakaiannya membuat laki-laki itu segera berjalan menuju pintu, membuka pintu ruangan dan mendapati seorang laki-laki dengan rambut silver melawan gravitasi bumi berdiri di depan pintu. "Yang Mulia."
Sasuke tak bersuara, berbalik lalu duduk di sofa tepat dimana Sakura mendudukkan dirinya. Laki-laki dengan rambut silver itupun mengikutinya lalu duduk di hadapan kedua orang yang ia yakini semalam baru saja memadu kasih, terlihat jelas dari bercak merah yang memenuhi dada laki-laki itu.
"Ehem." Laki-laki berambut silver itu berdehem pelan, berusaha menutupi kecanggungannya di depan dua orang yang menatapnya dengan tatapan dingin itu.
"Hatake Kakashi kapan kau akan bicara?" tanya Sasuke dengan dingin, menatap laki-laki yang bekerja sebagai bawahannya itu dengan tatapan tajam.
"Kenapa kau memarahinya? Dia itu bawahanku," tegur Sakura membuat Sasuke menatapnya, teringat jika ia sudah memberikan laki-laki bernama Hatake Kakashi itu kepada Sakura lebih dari empat tahun yang lalu.
"Tetap saja dia bawahan saya Grand Duchess," sanggah Sasuke membuat Sakura mengerutkan keningnya, menatap Sasuke dengan tatapan sengit.
"Aku tidak berpikir jika seorang Pangeran Kerajaan Navier akan mengambil kembali barang yang sudah diberikannya kepada orang lain," ucap Sakura ketus.
"Apakah Grand Duchess Emerald adalah orang lain?" tanya Sasuke membuat Sakura terdiam selama beberapa saat lalu memalingkan wajahnya.
Kakashi tersenyum canggung melihat dua orang dingin yang tengah bermusuhan atau tengah mabuk asmara itu. Namun yang jelas ia tahu bahwa keduanya terjebak dalam hubungan tak jelas, yang bahkan arahnya saja tidak tahu kemana. Entah saling mencintai atau tidak, mereka hanya rekan balas dendam yang kebetulan saling menghangatkan satu sama lain mungkin? Entahlah, hanya mereka yang tahu itu.
"Bukankah ini saat dimana seharusnya kita bertukar informasi?" tanya Kakashi membuat Sasuke dan Sakura menatapnya.
"Naruto tidak mengetahui siapa yang membunuh Grand Duke Gemstone," ucap Sasuke membuat Sakura melipat tangannya di depan dada.
"Sepertinya itu benar, melihat watak kaisar yang lumayan bodoh, ia tak akan melakukan hal itu. Wilayah Utara tengah berada di masa jaya, wilayah yang hampir di selimuti oleh salju namun sukses menjadi wilayah dengan penghasil tertinggi di Kekaisaran Baston dalam kepemimpinan Ayah. Dia terlalu bodoh untuk berpikir adanya kaum-kaum yang mulai mendukung Ayah untuk merebut tahta Kaisar," ucap Sakura menyuarakan spekulasinya.
"Kemungkinan Tiga Pilar melakukannya di belakang Naruto," ucap Sasuke membuat Sakura memejamkan matanya.
"Mereka itu orang yang juga berjuang bersama Sakira untuk menggulingkan kekaisaran sebelumnya dan menjadikan Naruto sebagai Kaisar bukan?" tanya Sakura membuat Sasuke menganggukkan kepalanya.
"Empat Pilar pendukung Pangeran Ketiga Uzumaki Naruto dalam menjatuhkan Kekaisaran Namikaze Minato, membunuh Putra Mahkota Uzumaki Nagato dan Putri Kedua Uzumaki Karin. Empat Pilar, Sakira Obelia, Sabaku Gaara, Sabaku Temari dan Sabaku Kankuro," ucap Sasuke menjelaskan siapa saja lawan mereka.
"Aku sering mendengarnya, nama-nama yang sering Sakira sebutkan dalam surat-suratnya," ucap Sakura berusaha tenang.
"Mereka juga orang-orang yang menjatuhkan Kerajaan Navier, membunuh semua anggota keluarga Tuan Muda," ucap Kakashi menatap Sasuke yang berekspresi tenang.
"Saat Anda memasuki istana, apa yang akan Anda lakukan Grand Duchess?" tanya Sasuke menatap Sakura dari samping, melihat wajah perempuan itu yang bahkan indah dari samping.
"Aku akan menentukan target pertama," ucap Sakura dengan senyuman miringnya yang terkesan angkuh.
"Pemilihan Permaisuri sebentar lagi, bagaimana jika Anda maju sebagai Calon Permaisuri? Jika melihat wajah Anda yang begitu mirip dengan Nona Sakira, besar kemungkinan hati Kaisar akan goyah," ucap Kakashi mengusulkan saran yang berhasil membuat ia mendapatkan tatapan tajam dari Sasuke.
"Begitu ya? Aku juga penasaran bagaimana jika ia melihat wajah perempuan yang ia manfaatkan dan ia gantung sebagai pemberontak kekaisaran sebelumnya," ucap Sakura dengan senyuman meledek.
°°°
Sakura memperhatikan wajah Sasuke yang terlihat sedikit lebih suram dari biasanya namun masih dingin seperti biasanya. "Apa yang kau pikirkan?"
Sasuke meliriknya sekilas lalu kembali menatap ke arah luar jendela membuat Sakura kesal melihatnya. Sakura melipat tangannya di depan dada, menatap sengit laki-laki yang duduk di hadapannya dalam kereta kuda itu.
"Kau mengabaikanku?" tanya Sakura.
Hening. Sasuke tak merespon apapun untuk menjawab pertanyaan yang Sakura ajukan membuat Sakura kian kesal mendengarnya. Sakura pun memutuskan untuk mengabaikannya selama beberapa saat namun ia tak tahan sendiri.
"Kau benar-benar akan mengabaikanku seperti ini? Hingga kita tiba di Istana?" tanya Sakura sekali lagi saat ia benar-benar kehilangan kesabarannya.
Sasuke akhirnya melihatnya, melihat ia dengan tatapan yang sedikit lebih dingin dari biasanya. "Entahlah, saya tak tahu harus bagaimana terhadap Anda."
"Terserah," ucap Sakura dingin sambil memalingkan wajahnya membuat Sasuke yang kali ini justru melipat tangannya di depan dada, memandang Sakura dengan tatapan sengit.
"Anda memang dingin seperti biasanya," ucap Sasuke yang menyadari jika Sakura marah padanya padahal sebelumnya ia yang marah, perempuan itu membuat ia harus membalikkan keadaan.
"Membuat saya ingin menghangatkan Anda," lanjut Sasuke membuat Sakura menatapnya.
"Kalau begitu lakukan di sini," ucap Sakura sambil menarik pita tirai hingga jendela pada kereta kuda itu tertutup, berhasil membuat tempat itu menjadi sedikit lebih gelap.
Sasuke menarik tangan Sakura dengan lembut, dengan hati-hati mendudukkan perempuan itu di atas pangkuannya. Nafas keduanya memburu saat Sakura menyentuh rahang tegasnya dengan kedua tangannya. Dengan perlahan Sakura mengecup bibir Sasuke namun Sasuke justru membalasnya dengan sebuah lumatan yang cukup kasar, menumpahkan kekesalannya membuat perempuan itu sedikit mendesah. "Ah?!"
•••
To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Revenge
Fiksi PenggemarSakura si ahli strategi berkepala licik dan kejam memasuki Ibukota Kekaisaran Baston dengan skema rumit guna membalaskan dendamnya atas kematian saudari kembarnya yang mati digantung sebagai pemberontak kekaisaran yang menggulingkan kekaisaran sebel...