Chapter 23: Innocent but Wounded Souls

1.6K 285 58
                                    

Sakura membolak-balikkan kertas yang berada di tangannya, melihat begitu banyak daftar nama yang terluka karena insiden penyerangan monster di Ibukota.

"Korbannya terlalu banyak, Istana tidak bisa menampung sebanyak ini Nona. Lalu, persediaan obat di Istana tidak begitu banyak karena tak pernah terjadi hal-hal seperti ini," ucap Karin membuat Sakura menganggukkan kepalanya.

"Berapa banyak yang bisa ditampung oleh Istana?" tanya Sakura membuat Karin terdiam, memperkirakannya dengan baik-baik.

"Mungkin tiga puluh lima keluarga dan korban terluka tak sampai lima puluh," ucap Karin membuat Sakura menghembuskan nafasnya berat, situasi ini benar-benar kacau.

"Nona, situasinya benar-benar tidak baik. Para kepala keluarga yang kehilangan anak perempuannya tampak begitu marah, mereka menyalahkan lemahnya pertahanan pasukan angkatan darat dan pasti situasi ini akan menyulitkan Yang Mulia Pangeran. Sementara rakyat malah berpikir jika kejadian ini masih berhubungan dengan kasus keracunan Uskup Agung Orochimaru," jelas Karin panjang lebar membuat Sakura menghembuskan nafasnya berat.

"Apa yang mereka pikirkan?" tanya Sakura.

"Mereka berpikir karena perbuatan dosa Uskup Agung Orochimaru yang belum dibersihkan membuat Tuhan marah dan menghukum Baston," ucap Karin membuat Sakura memijat kepalanya sendiri.

Masyarakat begitu rentan tentang kepercayaan yang mereka anut, selalu mengaitkan segala insiden dengan Tuhan. Di Baston sendiri, rakyat mempercayai bahwa Tuhan itu satu dan Tuhan hanya memberikan firman, melihat, memelihara serta menghukum pendosa. Sementara Dewa bagi mereka adalah perwujudan lain dari Tuhan yang mengawasi mereka dari dekat dan menjaga mereka.

"Dimana Yang Mulia?" tanya Sakura.

"Sepertinya masih di Istana, mungkin ia tak akan kemari begitu cepat karena keadaan Istana yang begitu kacau," ucap Karin lagi-lagi membuat Sakura menghembuskan nafasnya berat.

Karin menatap Sakura dengan pandangan serius, menantikan hal apa yang akan diperintahkan oleh perempuan Haruno itu. "Jadi Nona, apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi kekacauan ini?"

"Bukalah mansion ini, setidaknya kita bisa menampung sepuluh keluarga. Kita juga harus menyelamatkan korban-korban yang terluka," ucap Sakura membuat Karin menatapnya.

"Nona, jangan-jangan Anda berniat menyembuhkan mereka semua dengan kekuatan Anda? Jika begini Naruto akan tahu jika Anda adalah suadara Nona Sakira yang sesungguhnya. Usaha kita untuk mengecohnya akan sia-sia jika begini," ucap Karin yang tampak kurang setuju dengan keputusannya.

Sakura mendongakkan kepalanya, menatap Karin yang juga menatapnya. "Bukan aku, kau yang akan menyelamatkan mereka."

"Saya?!" Karin tampak terkejut, menunjuk dirinya sendiri dengan bingung. Perempuan itu jelas tak berpikir jika ia bisa menyelamatkan rakyat yang terluka karena ia tak memiliki kekuatan seperti Sakura.

"Bagaimana bisa saya melakukan hal itu Nona?" tanya Karin dengan tidak mengerti saat Sakura meletakkan kertas-kertas yang sebelumnya ia pegang di meja.

"Bukankah kau belajar banyak tentang ramuan obat-obatan Karin?" tanya Sakura membuat Karin segera menganggukkan kepalanya, ia memang mempelajari banyak ramuan obat.

"Kalau begitu buatlah pil yang bisa menahan reaksi penyembuhan obat, akan lebih baik jika pil itu hanya menahan penyembuhan luka pada bagian yang tampak oleh mata," ucap Sakura membuat Karin mengerenyitkan keningnya.

"Maksud Nona?" tanya Karin yang masih belum mengerti, menatap Sakura dengan ekspresi penuh tanya.

"Aku akan menggunakan darahku, darahku bisa menyembuhkan luka-luka mereka dengan cepat namun akan berbahaya jika mereka sembuh terlalu cepat jadi akan lebih baik jika luka luarnya masih bersisa sementara luka dalamnya sudah tak sakit lagi," ucap Sakura membuat Karin melebarkan matanya.

Karin berdiri tak setuju, menatap Sakura yang juga membalas tatapannya. "Nona?! Ini berbahaya!! Ada begitu banyak korban yang terluka, jika Anda menggunakan darah Anda, Anda mungkin kehilangan banyak darah dan mati sia-sia."

Sakura tersenyum melihat Karin yang tampaknya sangat mengkhawatirkannya. "Apakah kau bodoh? Aku tak mungkin mati dengan mudah sebelum aku menghancurkan Uzumaki Naruto."

"Nona," ucap Karin.

Sakura beranjak dari duduknya, mengangkat tangannya untuk mengelus pucuk kepala Karin. "Lakukanlah tugasmu."

°°°

Sasuke mengernyitkan keningnya saat ia tiba di kediaman Sakura, melihat begitu banyak orang-orang yang keluar masuk ke dalam kediaman itu. Hingga ketika Sasuke memasuki kediaman itu, tepatnya di aula itu ada banyak orang yang terluka tengah dirawat.

Manik onyx hitam kelam Sasuke pun akhirnya mendapati keberadaan Sakura. Namun saat ia hendak menghampirinya, Sasuke melihat Sakura menghampiri seorang perempuan paruh baya yang terbaring dengan anak kecil yang menangis di sisinya membuat Sasuke menghentikan aksinya, berdiri di tempatnya sambil menatap Sakura.

Sakura menghampiri anak kecil itu yang tengah menangis, menghiburnya membuat anak kecil itu memeluknya. Perempuan paruh baya yang terluka itu pun tersenyum ke arah Sakura. "Terimakasih banyak Lady, Anda begitu baik sampai mau mengobati dan menampung kami semua. Mungkin Tuhan sedikit berbaik hati kepada kami dengan mengirimkan Anda kepada kami."

"Bibi, jangan bicara begitu. Saya hanya berusaha membantu hal yang bisa saya bantu," jawab Sakura membuat perempuan paruh baya itu kembali tersenyum, merasakan ketulusan Sakura.

"Begitu beruntungnya kami jika orang seperti Anda menjadi Permaisuri," ucap perempuan paruh baya itu membuat Sakura terdiam mendengarnya.

Anak kecil itu melepaskan pelukannya dari Sakura ketika ia melihat Sasuke muncul di belakang tubuh Sakura. "Jenderal?"

Sakura mengerutkan keningnya saat mendengar anak kecil itu menyebutkan Jenderal membuat ia buru-buru berdiri dan menolehkan kepalanya, melihat Sasuke yang berdiri di belakangnya.

"Jenderal Raiden? Bagaimana kau bisa kemari begitu awal?" tanya Sakura ketika ia menatap Sasuke.

"Memang ada begitu banyak masalah di Istana namun alih-alih mengurus keributan itu, saya menyakini bahwa mengurus korban jauh lebih baik daripada menambah korban lebih banyak," jelas Sasuke membuat Sakura tersenyum tipis.

"Sepertinya Anda berdua cocok," celetuk perempuan paruh baya itu membuat Sasuke dan Sakura menolehkan kepalanya, menatap perempuan paruh baya itu secara bersamaan.

Perempuan paruh baya itu tertawa pelan. "Sepertinya saya harus memendam keinginan saya agar Lady menjadi Permaisuri Kekaisaran Baston."

°°°

Sasuke dengan hati-hati mendudukkan Sakura di atas ranjang perempuan itu, menatapnya dengan tatapan sedikit tajam. "Ternyata begitu sulit membawa Anda menjauh dari sana."

"Mengapa kau ingin berdua denganku di situasi seperti ini?" tanya Sakura meledek sementara Sasuke menghembuskan nafasnya berat.

Sasuke mendengar dari Karin jika Sakura melukai pahanya untuk memberikan darahnya yang bisa mengobati orang-orang yang terluka membuat ia menyingkapkan gaun hitam yang perempuan itu kenakan, mendapati luka di paha perempuan itu yang hanya dibalut kain putih.

Sasuke mengangkat tangannya, menyentuh paha Sakura di yang balut oleh kain putih. "Apakah sakit?"

Sakura tersenyum, melihat laki-laki yang berlutut di hadapannya itu menyentuh luka di pahanya dengan hati-hati. Melihat wajah laki-laki itu yang tampak sedih pun membuat Sakura menangkupkan wajahnya, dengan hati-hati mengangkatnya agar laki-laki itu menatapnya.

"Tidak bisakah Anda mengobatinya?" tanya Sasuke.

Sakura menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak bisa, karena darah saya keluar untuk mengobati jika saya menyembuhkannya dengan kekuatan saya, itu akan menjadi hal yang sia-sia."

Sasuke yang mendengarnya tampak mulai berkaca-kaca, hendak menangis membuat Sakura tertawa pelan, mengecup bibirnya dengan singkat.

"Mengapa Anda selalu mengacaukan saya?" tanya Sasuke membuat Sakura memiringkan kepalanya, merasa gemas dengan ekspresi Sasuke yang biasanya dingin malah berubah menjadi seperti anak kecil yang tengah merengek hendak menangis karena terluka.

•••

To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡

The Villain's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang