Chapter 09: Preparing for Next Attack

1.7K 345 45
                                    

Naruto memandangi halaman Istana sejenak sebelum ia membalikkan tubuhnya, menatap Sakura yang sendari tadi berdiri di belakangnya. Perasaan bersalah menjalar di hati laki-laki yang baru menjadi Kaisar selama lima tahun itu.

"Grand Duchess tolong maafkan aku atas ketidaksopananku," ucap Naruto dengan wajah yang jelas menunjukkan rasa bersalahnya.

Sakura tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya. "Yang Mulia tidak salah, saya yang kurang berpikir panjang sampai membuat kesalahpahaman begini."

Naruto menghembuskan nafasnya berat, menatap perempuan di hadapannya masih dengan rasa bersalah di hatinya. "Jika Grand Duchess terus begini aku justru semakin merasa bersalah. Dengan tidak tahu malunya aku menuduh Grand Duchess yang berusaha berjuang untuk menjaga Wilayah Utara. Aku bahkan tidak mempercayai Jenderal Raiden yang begitu setia kepadaku."

"Saya mengerti kekhawatiran Yang Mulia dan saya rasa Jenderal Raiden juga demikian," ucap Sakura membuat Naruto sekali lagi menghembuskan nafasnya berat.

"Sebagai gantinya, aku benar-benar akan memberikan hukuman yang layak kepada Pimpinan Asosiasi Sabaku," ucap Naruto mendongakkan kepalanya, menatap manik emerald hijau milik Sakura yang juga menatapnya.

"Terimakasih banyak Yang Mulia namun sebelum itu ada hal yang ingin saya minta kepada Yang Mulia," ucap Sakura dengan hati-hati.

"Apa itu Grand Duchess? Saya pasti akan mewujudkannya selama itu keinginan Grand Duchess," ucap Naruto dengan keyakinan.

Sakura terdiam sedikit lama, ia tampak ragu-ragu untuk menjelaskan hal yang ingin ia minta. "Masih begitu banyak hal yang ingin saya cari tahu. Saya tahu Jenderal Raiden adalah orang yang sibuk, beliau juga merupakan orang kepercayaan Yang Mulia namun bolehkah Jenderal Raiden membantu saya menyelidiki beberapa kasus lain di Wilayah Utara?"

"Grand Duchess, kau tak pernah berhenti membuat aku kagum dengan sikapmu. Wilayah Utara benar-benar diberkahi memiliki kau sebagai pemegang kekuasaan," ucap Naruto dengan senyuman hangat.

"Tentu saja, kau boleh menggunakan Jenderal Raiden sesukamu," lanjut Naruto membuat Sakura yang mendengarnya tersenyum.

"Ada satu hal lagi Yang Mulia," ucap Sakura.

"Hal apa itu Grand Duchess?" tanya Naruto.

"Saya akan keluar dari Istana hari ini juga, bukan karena masalah ini hanya saja saya merasa kurang pantas jika berada di sini. Sebelumnya saya berada di sini sebagai tamu namun setelah acara penyambutan rasanya saya bukan lagi tamu apalagi status saya sebagai Kandidat Calon Permaisuri," jelas Sakura membuat Naruto menganggukkan kepalanya.

"Terimakasih Yang Mulia," ucap Sakura tersenyum lebar membuat jantung Naruto berdebar melihatnya.

Naruto memalingkan wajahnya, menyembunyikan rona merah di wajahnya membuat Sakura mendekatinya. "Yang Mulia baik-baik saja?"

Naruto menolehkan kepalanya saat mendengar pertanyaan itu hingga wajahnya dan wajah Sakura berdekatan. Jantung Naruto semakin berdebar-debar hingga dirasa punggung tangan perempuan itu menempel pada keningnya.

"Grand Duchess." Suara pelan Naruto menyadarkan Sakura dari hal yang tengah ia lakukan.

Dengan sentakan kaget Sakura memundurkan tubuhnya, membungkukkan tubuhnya untuk meminta maaf. "Maaf Yang Mulia, saya benar-benar tidak bermaksud untuk melakukan hal itu."

°°°

Sasuke meletakkan jubah yang ia kenakan di atas sofa saat dirinya melihat Sakura yang dengan tenang menyeruput teh hangatnya. Sasuke mendudukkan dirinya di hadapan perempuan itu, menatapnya begitu lama hingga perempuan itu akhirnya menatapnya. "Kenapa kau menatapku begitu?"

"Tidak," sahut Sasuke.

"Bukankah sudah kukatakan, aku adalah seseorang yang selalu bisa memanfaatkan keadaan yang tidak menguntungkan untuk membalikkan lawan?" ucap Sakura sambil meletakkan cangkir tehnya.

"Namun karena terburu-buru saya tidak memeriksa kasus itu secara menyeluruh. Temari memang melakukan perdagangan itu namun buktinya masih kurang," ucap Sasuke dengan suara datarnya.

Sakura menganggukkan kepalanya mendengar ucapan itu hingga ia menatap laki-laki itu. "Lalu kau khawatir itu tak cukup untuk menghancurkannya?"

"Melihat watak kaisar kemungkinan Temari hanya akan diturunkan jabatan, sebagian hartanya disita dan dilarang keluar dari kediamannya," ucap Sasuke menduga-duga.

"Tak apa, aku hanya menggertaknya sedikit," ucap Sakura dengan senyuman miringnya, kembali mengingat wajah bodoh Temari pada pertemuan sebelumnya.

"Omong-omong terimakasih atas informasinya, beruntung kita bertemu di aula Istana ketika pesta hingga kau bisa memberikan informasi itu ketika kita berpapasan," ucap Sakura yang baru teringat akan informasi yang diberikan Sasuke saat mereka berada di pesta dansa.

Sasuke menganggukkan kepalanya, baginya itu bukanlah masalah besar. Namun sekarang yang menjadi masalah adalah apa yang akan mereka lakukan kedepannya. "Bagaimana selanjutnya? Temari sepertinya sudah menaruh kecurigaan kepada saya."

"Semakin curiga dia, semakin baik hasilnya. Terkadang untuk melawan musuh, musuh itu harus tau bahwa kita adalah lawan," balas Sakura dengan enteng.

"Saya rasa untuk sementara waktu Temari tak akan bergerak namun adiknya, Kankuro pasti akan bergerak mengingat wataknya," ucap Sasuke membuat Sakura mendengus remeh.

"Ah dia? Bukankah dia orang yang wataknya paling buruk dan tempramen?" ucap Sakura dengan senyuman remehnya membuat Sasuke menganggukkan kepalanya.

"Dia lawan yang terlalu mudah di atasi namun tetaplah waspada, mungkin dia akan mencoba membunuhmu," ucap Sakura dengan mempertimbangkan tempramen buruk laki-laki itu.

"Anda juga," ucap Sasuke.

Sakura mendongakkan kepalanya lalu tersenyum tipis sambil memiringkan kepalanya. "Apakah kau khawatir padaku?"

"Tidak," jawab Sasuke.

"Jadi kau tidak khawatir dan tidak cemburu juga. Baiklah, itu artinya aku tak perlu menceritakan apa yang terjadi antara aku dan Uzumaki Naruto itu," ucap Sakura dengan tatapan mengejek.

"Hn," sahut Sasuke sambil melipat tangannya di depan dada. Sakura yang melihatnya pun mendengus menahan rasa geli.

"Untuk saat ini sebaiknya Anda fokus dengan pemilihan Permaisuri," ucap Sasuke membuat Sakura menganggukkan kepalanya.

"Aku tahu dan sudah punya rencana," sahut Sakura membuat Sasuke mengerutkan keningnya.

"Salah satu cara melawan seorang bangsawan perempuan adalah dengan memprovokasinya," ucap Sakura dengan senyuman liciknya.

"Anda berniat menyebarkan rumor?" tanya Sasuke hingga Sakura menganggukkan kepalanya, membenarkan tebakan Sasuke.

"Lakukan sesuka Anda sementara saya mengurus masalah Temari," ucap Sasuke yang kemudian beranjak dari tempat duduknya.

Sasuke mengambil jubahnya, berjalan menuju ke arah pintu keluar saat Sakura beranjak dari tempat duduknya. Sasuke menghentikan langkah kakinya lalu berbalik dan menghampiri Sakura. "Apa yang terjadi di antara Anda dan laki-laki itu?"

Sakura tersenyum kecil melihat ekspresi serius di wajah Sasuke, melihat urat di leher laki-laki itu yang tampak begitu kencang. "Aku meletakkan punggung tangan kananku di keningnya."

Sasuke menatap punggung tangan kanan Sakura lalu menariknya, mengeluarkan sapu tangan dari balik jubahnya. Laki-laki itu dengan hati-hati membersihkan punggung tangan Sakura menggunakan sapu tangan itu, sebuah aksi yang terlihat menggemaskan di mata Sakura padahal jelas-jelas ekspresi laki-laki itu terlihat begitu dingin.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sakura namun Sasuke tak menjawabnya, sibuk dengan aktivitas bersih-bersihnya dengan pemikiran seperti punggung tangan ini milikku.

•••

To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡

The Villain's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang