Chapter 33: Red Lunar Eclipse

1.1K 197 2
                                    

Suara sepatu kembali menggema mengisi kekosongan lorong panjang penjara bawah tanah. Sementara sosok Naruto yang berjalan paling depan dalam rombongan itu tampak setia dengan wajah yang menahan amarah.

Sai yang dari kejauhan melihat rombongan Naruto buru-buru membuka pintu ruangan bawah tanah, membiarkan Naruto bersama rombongannya memasuki ruangan itu.

"Jenderal." Laki-laki dengan rambut kuning itu memanggil sosok Sasuke yang berada di dalam ruangan itu.

Sapphire biru Naruto tergerak, melirik jasad Temari, Kankuro dan Gaara yang tergeletak di lantai ruangan itu. Kali ini tangan Kaisar Baston itu terkepal. "Berani-beraninya mereka!"

Sasuke menatap Naruto yang menatap jasad Tiga Pilar kebanggaannya itu. Laki-laki dengan onyx hitam kelam itu hanya berekspresi datar saat dilihatnya luapan amarah di wajah Naruto yang siap meledak-ledak.

"Dimana Sakura Obelia?" tanya Naruto.

Naruto menolehkan kepalanya, menatap Sasuke yang sendari tadi menatapnya. "Dimana perempuan itu?"

"Saya memindahkannya ke ruangan sebelah," jawab Sasuke hingga Naruto menghembuskan nafasnya kasar.

Kabar jika Gaara membawa pergi Sakura Obelia jelas membuat Naruto begitu terguncang, berani-beraninya manusia rendahan sepertinya melakukan hal seperti itu. Beruntung Sasuke berhasil menangkap mereka dan langsung membunuh mereka.

"Kau boleh pergi Jenderal," ucap Naruto.

Sasuke menganggukkan kepalanya, buru-buru pamit undur diri meninggalkan ruangan itu. Tak lama berselang semua orang pergi meninggalkan ruangan itu, menyisakan Naruto bersama Jiraya dan jasad Tiga Pilar di dalam ruangan itu.

"Tak disangka, mereka bisa melakukan tindakan bodoh seperti ini," ucap Jiraya dengan dengusan remeh sembari melipat tangannya di depan dada, sorot matanya tampak menghina tiga orang yang sudah tak bernyawa lagi itu.

Jiraya melirik Naruto. "Sekarang apa yang akan kau lakukan Yang Mulia Kaisar Baston Yang Terhormat?"

"Sudah berapa persen persiapan ritualnya?" tanya Naruto dengan serius sembari melirik Jiraya yang berada di belakangnya.

"Tampaknya kau harus bicara terlebih dahulu dengan Kyubi, ia tak bisa diurus dengan mudah setelah kau menipunya dulu," ucap Jiraya membuat Naruto yang mendengarnya mendecih pelan.

Benar saja, Naruto dulu meminta Kyubi memberikan kekuatan kepadanya tanpa mengadakan ritual terlebih dahulu dan menyerahkan Jiwa Pohon Kehidupan. Saat itu karena waktu yang mendesak, Naruto meminta kekuatan dan memberikan Jiwa Pohon Kehidupan setelah ia mendapati kekuatan dari Kyubi.

"Bukankah ia sangat marah saat tahu kekuatan Jiwa Pohon Kehidupan itu hanya setengah?" tanya Jiraya menatap lekat-lekat sosok Naruto dari belakang, mengingatkan laki-laki itu tentang apa yang terjadi sebelumnya.

Naruto membalikkan tubuhnya, menatap Jiraya dengan wajah beratnya. "Lakukan saja perintahku!!"

"Baik," ucap Jiraya pada akhirnya, buru-buru pergi dari sana sementara Naruto di dalam ruangan itu mengepalkan tangannya.

"Yang Mulia." Sai berdiri di ambang pintu, memanggil Naruto membuat laki-laki itu mendongakkan kepalanya dan menatapnya.

"Rakyat berkumpul di depan Istana dan menuntut Kekaisaran melakukan sesuatu, mereka kesulitan semenjak pasokan air di negeri ini semakin sedikit," ucap Sai dengan guratan kekhawatiran yang terlihat jelas di wajah pucatnya.

Naruto mengeram rendah mendengar pernyataan dari Sai tentang manusia-manusia lemah yang malah melolong di depan istananya. "Bahkan untuk menanti pun mereka tidak bisa."

The Villain's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang