Chapter 28: An Approaching Plan

1.1K 213 12
                                    

Gaara turun dari kudanya, memberikannya kepada seseorang yang berjaga di depan kediaman Sakura. Hingga laki-laki yang menjabat sebagai Menteri Istana itu mulai menapaki halaman kediaman itu.

Gaara melihat Sakura, perempuan yang tersenyum tipis dari balik sinar matahari pagi yang bersinar di sekelilingnya. Perempuan itu tampak indah saat ia menolehkan kepalanya dengan perlahan, menatap kearahnya dengan senyuman hangat.

"Menteri Istana?" Suara panggilan yang lembut itu terdengar menyadarkan Gaara dari keindahan yang membuat ia tak sadar diri itu.

Gaara tersenyum tipis, melangkahkan kakinya perlahan mendekati perempuan dengan helaian merah muda itu. "Grand Duchess."

"Saya sangat terkejut melihat kedatangan Anda yang begitu tiba-tiba, mengapa Anda tidak memberitahukan kedatangan Anda terlebih dahulu? Jika begitu mungkin saya bisa bersiap," ucap Sakura sambil menyelipkan helaian merah mudanya ke belakang telinga.

Gaara menundukkan kepalanya sejenak dengan senyuman tipis sebelum ia kembali menatap wajah indah perempuan bergelar Grand Duchess itu. "Ada apa Grand Duchess? Apakah Anda risau karena penampilan Anda."

"Tentu saja, saya juga perempuan yang bisa risau tentang penampilan. Saya merasa pakaian ini tidak begitu pantas jika harus bertemu Anda," ucap Sakura sambil menundukkan kepalanya, menatap gaunnya yang sedikit lebih sederhana dari biasanya.

Gaara terkekeh pelan saat ia mengambil sebuah bunga yang sebelumnya ditatap oleh perempuan itu, menyelipkan bunga itu pada telinga perempuan dengan helaian merah muda itu. "Bukankah saya pernah mengatakannya? Anda begitu indah bahkan lebih indah dari bunga itu, keindahannya bahkan tak sebanding dengan betapa indahnya Anda."

Sakura bersemu tipis sembari menundukkan kepalanya membuat Gaara mengulum senyumnya, menikmati tingkah manis Sakura yang malu-malu kepadanya.

"A-anda benar-benar, seharusnya tidak mengatakan hal seperti itu kepada seorang perempuan," ucap Sakura saat ia kembali mendongakkan kepalanya, menatap laki-laki dengan rambut merah tanpa alis yang berdiri tepat di depannya itu.

"Saya hanya mengatakan sebuah kebenaran," ucapnya.

"Lalu, mengapa Anda datang kemari Menteri Istana? Apakah Anda datang untuk melihat jam pasir?" tanya Sakura dengan tatapan penasaran yang terlihat dari binar matanya.

Gaara tersenyum tipis sembari menganggukkan kepalanya pelan. "Benar, saya datang untuk melihat jam pasir. Apakah Anda bersedia memperlihatkannya kepada saya? Saya ingin melihat jam pasir bersama Anda."

"Dengan senang hati." Sakura mengulurkan tangannya, berharap laki-laki itu segera menggenggamnya.

Gaara menatap uluran tangan itu sejenak sebelum ia menggenggamnya, menggenggam tangan mungil yang membuat jantungnya berdebar tak karuan hingga dilihatnya senyuman tipis yang terpatri di bibir perempuan itu membuat rasa hangat menjalar di hatinya.

Dengan perlahan Sakura menuntut Gaara menuju ke ruang kerjanya, memperlihatkan jam pasir yang ia beli di pasar kala itu. Dengan perlahan ia melepaskan genggaman tangan mereka, berjalan ke depan meja kerjanya lalu membalikkan jam pasir itu. Butiran pasir itu pun secara perlahan turun ke bawah.

Gaara tersenyum melihat Sakura hingga perempuan itu membalikkan tubuhnya, berdiri di depan Gaara dengan jarak yang hanya dua langkah kaki.

"Bagaimana menurut Anda?" tanya Sakura dengan senyuman yang amat lebar, memperlihatkan sisinya yang amat manis dan memabukkan sampai tanpa sadar Gaara mendekatinya.

Jarak mereka begitu dekat saat Gaara menyentuh helaian rambut di atas telinga Sakura. Sakura menatap tangan laki-laki itu sebelum ia menatap mata indah laki-laki itu lekat-lekat. "Menteri Istana?"

"Grand Duchess, maukah Anda menikah dengan saya?" tanya Gaara dengan suara pelan namun terkesan berat, menunjukkan keseriusan dari setiap kata yang ia ucapkan.

Sakura menundukkan pandangannya setelah mendengar pertanyaan itu. "Menteri Istana, maafkan saya."

"Mengapa Anda minta maaf?" tanya Gaara mengikut sorot mata perempuan itu yang tertunduk, menatap lantai marmer putih itu.

"Saya ini Calon Permaisuri," ucap Sakura pelan.

Gaara dengan hati-hati menurunkan tangannya, menggenggam tangan Sakura membuat perempuan itu menolehkan kepala dan kembali menatapnya.

"Tak akan ada yang berubah, Anda akan tetap menjadi Calon Permaisuri," ucap Gaara meyakinkan.

"Apa maksud A-anda?" tanya Sakura dengan keterkejutannya yang tampak begitu nyata di wajahnya.

"Saya sedang mempersiapkan pemberontakan terhadap Yang Mulia. Saya akan menjadi Kaisar dan saya ingin, Anda yang menjadi pendamping saya untuk selamanya Grand Duchess. Tak akan pernah ada yang lain," ucap Gaara menyuarakan ketulusan dari lubuk hatinya yang paling dalam.

"Itu terlalu beresiko, Anda mungkin akan terluka," ucap Sakura sekali lagi menundukkan kepalanya ragu-ragu.

Gaara tersenyum kecil menyadari perempuan itu mengkhawatirkan dirinya hingga tangannya terulur, menarik dagu perempuan itu dengan lembut hingga tatapan keduanya kembali bertemu. "Anda hanya perlu menjawab satu pertanyaan Grand Duchess, apakah Anda mencintai saya?"

Pertanyaan itu menimbulkan rona merah tipis di wajah Sakura saat perempuan itu dengan malu-malu mengalihkan pandangannya. "Apakah Anda masih butuh jawaban?"

Gaara tersenyum hangat sembari menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, saya tak perlu jawaban lagi karena perasaan Anda terlalu nyata bagi saya Sayangku."

Gaara memejamkan matanya, mendekatkan bibirnya dengan bibir Sakura hingga- brak. Pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka membuat Gaara menghentikan aksinya. Laki-laki itu menegakkan tubuhnya kembali tanpa melepaskan tangannya dari dagu Sakura.

Dengan rasa kesal yang memenuhi hatinya Gaara menolehkan kepalanya, melihat seorang laki-laki dengan rambut hitam panjang yang diikat satu rendah dan sorot mata tajam dari mata merahnya yang semerah darah.

"Kau siapa? Berani-beraninya masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu," ucap Gaara dengan amarah yang masih berusaha untuk ia tahan.

Sakura menegakkan tubuhnya sembari menolehkan kepalanya, melihat ke arah mana mata Gaara melihat hingga ia melihatnya. "Itachi?"

"Itachi?" Gaara kali ini mengerutkan keningnya usai mendengar nama laki-laki itu, merasa bingung karena setahunya perempuan itu tak punya pelayan dengan nama itu.

Gaara menurunkan tangannya dan kembali menatap Sakura dengan rasa penasarannya. "Siapa dia?"

"Ah dia, dia salah satu bawahan saya dari Wilayah Utara dan baru tiba kemarin," ucap Sakura dengan hati-hati.

Sakura menatap Gaara ragu-ragu. "Mohon maafkan saya Menteri Istana, namun bisakah Anda pergi terlebih dahulu karena sepertinya ada hal yang ingin ia sampaikan kepada saya. Saya sungguh tidak bermaksud untuk mengusir Anda."

"Tentu saja saya mengerti, jika memang itu adalah hal yang sangat penting saya tak ingin mengganggu namun saya akan datang lagi di lain waktu," ucap Gaara dengan senyuman di wajahnya, memaklumi perkataan Sakura.

Sakura menganggukkan kepalanya, menggenggam tangan besar Gaara dengan tatapan lembutnya.

"Kalau begitu, sampai jumpa di lain waktu," ucap Gaara dengan perlahan melepaskan genggaman tangan Sakura yang tampak tak rela melepaskannya hingga pada akhirnya laki-laki dengan rambut merah itu pergi meninggalkan ruangan itu, menyisakan Sakura bersama laki-laki yang dipanggil Itachi itu.

•••

To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡

The Villain's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang