Chapter 21: Emperor's Dangerous Plan

1.5K 265 47
                                    

"Sederhana saja peraturannya, para perempuan bangsawan hanya perlu memburu hewan yang ada di hutan kisaran Istana. Menangkap satu kelinci akan diberi 10 poin dan menangkap satu rusa akan diberi 20 poin." Jiraya bersuara dengan lantang, terus menjelaskan peraturan berburu kepada Kandidat Calon Permaisuri saat Sasuke tiba di sana.

Sasuke melangkahkan kakinya menaiki podium para pejabat tinggi Kekaisaran Baston. Laki-laki dengan manik onyx hitam kelam itu pun mendudukkan dirinya di sebuah kursi yang bersebelahan dengan Naruto. Hingga manik onyx hitam kelamnya tertuju ke arah Sakura yang berbaris bersama para perempuan bangsawan lainnya.

Perburuan akhirnya dimulai setelah Jiraya selesai membacakan aturan berburu, membiarkan para perempuan bangsawan itu memasuki hutan di pinggiran Istana dengan kuda yang telah di siapkan oleh pihak Istana.

Sasuke menolehkan kepalanya, melihat Naruto yang tampak risau meskipun ia tahu jika laki-laki itu hanya bersandiwara seolah-olah dirinya mengkhawatirkan Sakura yang memasuki area hutan. Namun tak masalah, situasi itu juga menguntungkan bagi Sasuke.

"Yang Mulia sepertinya Anda mengkhawatirkan Grand Duchess," ucap Sasuke membuat Naruto segera menolehkan kepalanya, menatap Sasuke yang duduk di sampingnya.

Naruto menghembuskan nafasnya berat. "Terlihat jelas ya? Aku cukup khawatir, kau pun tahu bagaimana Marquess Hyuga. Aku khawatir jika ia akan mencoba menyakiti Grand Duchess Emerald."

"Bagaimana jika saya mengawasi Grand Duchess Emerald untuk mengurangi kekhawatiran Yang Mulia?" Tawaran Sasuke berhasil membuat Naruto tersentak kaget.

Naruto terdiam begitu lama, mempertimbangkan tawaran Sasuke dengan baik-baik. "Apakah kau tak masalah? Akan menjadi masalah jika orang-orang tahu kau ke sana. Mungkin orang-orang berpikir bahwa aku mengirimmu ke sana untuk membantu Grand Duchess Emerald."

"Yang Mulia tidak perlu khawatir, anggap saja saya tengah mengkoordinir kegiatan seleksi pertama pemilihan Permaisuri ini," jawab Sasuke dengan tenang.

Naruto menatap Sasuke dengan ragu-ragu sampai pada akhirnya ia menganggukkan kepalanya. Sasuke pun akhirnya pamit undur diri, bergabung dengan petugas patroli memasuki hutan. Namun di tengah perjalanan mereka berpisah, Sasuke seorang diri ke arah Selatan karena ia yakin Sakura ada di sana.

Tiba-tiba terdengar derap langkah mendekati dengan begitu cepat. Sasuke pun membalikkan tubuhnya hingga seekor monster muncul, berlari begitu cepat untuk menyerangnya.

Sasuke memejamkan matanya sejenak lalu membukanya kembali, menampilkan warna mata yang biasanya berwarna hitam berubah menjadi warna merah darah berbentuk seperti kuncup bunga yang langsung bertatapan dengan mata monster itu. Sementara monster itu semakin dekat bahkan kuku panjang monster itu kini bergerak begitu cepat untuk menusuk mata merah Sasuke.

"Tunduk." Kata-kata itu membuat tubuh monster itu berhenti dengan kuku panjang monster itu yang hanya berjarak satu sentimeter dari bola mata Sasuke.

Monster itu berlutut di hadapan Sasuke yang menatapnya dengan dingin. Sasuke terus menatap monster itu dengan mata merahnya hingga api hitam muncul di sekitar tubuh monster itu, membakar tubuhnya hingga hangus tak bersisa.

Sasuke menegakkan kepalanya dengan wajah dinginnya, merubah warna matanya kembali hitam. "Darimana monster ini berasal? Bagaimana mereka bisa memasuki area Istana."

Alih-alih memikirkan asal mula monster itu datang, Sasuke lebih memilih untuk segera mencari Sakura karena biasanya monster datang secara berkelompok jadi pasti tidak hanya satu.

Tak butuh waktu lama bagi Sasuke untuk menemukan Sakura, ia dengan mudah menemukan perempuan itu. Perempuan dengan helaian merah muda itu tampak tengah berdiri sambil memegang panah di tangannya yang telah berdarah. Ada sekitar lima mayat laki-laki dewasa yang tergeletak di sana saat Sasuke menghampirinya dari belakang.

"Yang Mulia?" ucap Sakura yang segera tahu siapa yang datang menghampirinya tanpa menolehkan kepalanya ke belakang.

"Siapa mereka?" tanya Sasuke.

Sakura menolehkan kepalanya ke belakang sambil tersenyum miring. "Mungkin orang-orang yang ditugaskan oleh Marquess Hyuga untuk membunuhku."

"Sayang sekali, tak dijelaskan berapa poin yang kudapat jika membunuh manusia," lanjut Sakura sambil membalikkan tubuhnya.

"Sebaiknya Anda kembali, ada monster yang berkeliaran. Saya akan mengurus mayat-mayat ini," ucap Sasuke membuat Sakura mengerutkan keningnya.

"Monster? Bagaimana bisa mereka memasuki area Istana?" tanya Sakura bingung sementara Sasuke mengerenyitkan keningnya, mencium aroma yang begitu pekat di hidungnya.

Sasuke mendekati kuda yang Sakura tunggangi, mendapati sebuah kantung dengan bubuk putih di dalamnya. Sakura pun mendekati Sasuke, melihat kantung kecil di tangan Sasuke. "Apa itu?"

"Ini aroma yang disukai monster, sepertinya setiap kuda Kandidat Calon Permaisuri dipasang kantung ini," ucap Sasuke membuat ekspresi Sakura berubah serius.

"Tapi aroma ini tidak sepekat itu untuk mendatangkan monster dari luar hutan perbatasan yang begitu jauh," sanggah Sakura.

Sasuke menggelengkan kepalanya pelan mendengar sanggahan Sakura, laki-laki dengan manik onyx hitam kelam itu lantas menatapnya kembali. "Cukup pekat jika seseorang menaburinya di jalanan menuju kemari."

"Maksudmu seseorang sengaja membuat monster menuju kemari lalu memasangkan kantung ini pada setiap kuda Kandidat Calon Permaisuri?" tanya Sakura membuat Sasuke menganggukkan kepalanya.

"Itu artinya ia ingin membunuh semua Kandidat Calon Permaisuri," ucap Sakura menyimpulkan yang lagi-lagi membuat Sasuke menganggukkan kepalanya.

°°°

"Yang Mulia!! Yang Mulia!!" Seorang pengawal berlari terburu-buru menghadap Naruto dengan begitu panik, berhasil membuat ia menjadi sorotan.

"Monster muncul di Ibukota!!" Seruan pengawal yang tampak begitu panik itu membuat semua orang terkejut, begitu ketakutan setelah mendengarnya begitu pula Naruto.

"Grand Duchess?" Gaara segera berdiri dari tempat duduknya, berpikir jika Sakura dalam bahaya. Laki-laki dengan rambut merah itu lantas segera mengambil pedangnya namun ditahan oleh Temari.

"Gaara, mau kemana? Kau tidak dengar? Monster memasuki Ibukota, kita sebaiknya kembali ke kediaman," ucap Temari dengan suara yang sedikit lantang.

"Grand Duchess Emerald dalam bahaya," ucap Gaara menepis tangan Temari, segera pergi memasuki hutan tanpa peduli jika ada monster di sana.

Gaara memacu kudanya dengan begitu cepat, berpikir jika dirinya harus segera menemukan Sakura, tak ingin perempuan itu dalam bahaya. Namun tiba-tiba seekor monster muncul dan mengagetkan kudanya membuat kuda itu menjatuhkan dirinya.Kuda itu pun kabur karena ketakutan namun monster itu malah mengejarnya karena di kuda itu terdapat kantong beraroma yang ia sukai.

"Akh!!" Gaara merintih kesakitan karena kakinya terkilir dan kepalanya sedikit pusing.

Gaara menyentuh kakinya hingga ia melihat tangan lain menyentuh kakinya. Gaara pun mendongakkan kepalanya, melihat seseorang dengan wajah, mata dan rambut merah muda yang begitu mirip dengan Sakura namun dengan rambut yang dipotong pendek seperti laki-laki. "Grand Duchess?"

"Sepertinya Anda terluka Tuan." Perempuan itu bersuara membuat Gaara mengernyitkan keningnya, antara dirinya merasa aneh mendengar suara itu atau karena rasa sakit di kakinya.

"Saya akan mengobati Anda," ucap perempuan itu buru-buru menggulung celana Gaara sampai ke betis, melihat kaki laki-laki itu yang memar.

"Sakira?" ucap Gaara membuat perempuan itu menatapnya, menatapnya dengan tatapan bingung.

"Ya, Tuan? Maaf apakah saya tak salah dengar? Anda baru saja menyebut nama Sakira," ucap perempuan itu membuat Gaara menganggukkan kepalanya.

"Anda mengenali suadara saya?" tanya perempuan itu membuat Gaara tampak kebingungan.

"Anda mengenali suadara saya? Sakura Obelia?" Perempuan itu kembali bertanya membuat Gaara terkejut, sedikit terguncang setelah mendengarnya.

"Kau siapa?" tanya Gaara.

"Saya Sakura Obelia," jawabnya.

•••

To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡

The Villain's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang