Naruto mengepalkan tangannya di atas meja kerjanya. Sementara Sasuke berdiri dengan ekspresi datar tak jauh darinya, memperhatikan laki-laki berambut kuning itu yang tampak marah besar.
"Berani-beraninya mereka melakukan ini?!" Naruto tampak geram, menggertakan giginya lalu menatap Sasuke yang masih tenang dengan ekspresi datarnya.
"Bisa dipastikan pelakunya adalah mereka?" tanya Naruto ketika ia menatap Sasuke yang segera menganggukkan kepalanya.
"Akan kuhukum mereka semua, mereka pikir bisa menggertak aku dengan hal yang mereka lakukan itu?! Mereka pikir mereka siapa? Aku Kaisarnya!!" teriak Naruto marah.
"Jika Yang Mulia bisa berpikir mereka menggertak Yang Mulia lewat Grand Duchess Emerald bukankah itu berarti mereka tengah melakukan pemberontak?" tanya Sasuke dengan tenang.
Naruto menegakkan kepalanya usai mendengar kalimat itu, menatap Sasuke dengan ekspresi terkejutnya. "Pemberontakan?"
"Tiga Pilar seharusnya menyadari betul situasi mereka yang kurang menguntungkan namun jika mereka berani menggertak Yang Mulia, bukankah itu artinya mereka mencoba melawan Yang Mulia?" ucap Sasuke.
Naruto tertawa pelan sambil memunggungi Sasuke. "Jadi mereka pikir bisa melawan aku? Mereka pikir mereka bisa melawan aku?!"
"Yang Mulia sebaiknya Yang Mulia tidak bertindak gegabah, untuk sementara waktu mari kita lihat pergerakan mereka," ucap Sasuke membuat Naruto membalikkan tubuhnya.
Naruto membungkukkan sedikit tubuhnya, meletakkan kedua telapak tangannya di atas meja dan menatap Sasuke dengan serius. "Kau pikir aku bisa mengabaikan apa yang telah mereka lakukan kepada Grand Duchess begitu saja?"
"Saya mengerti kekhawatiran Yang Mulia namun kita harus melihat pergerakan lawan untuk menyiapkan strategi," ucap Sasuke membuat Naruto menghembuskan nafasnya berat.
"Baiklah, aku akan menuruti saranmu. Untuk sementara waktu kita abaikan permasalahan ini namun aku juga tak akan mengabaikannya begitu saja. Sementara kau Jenderal, teruslah berada di sisi Grand Duchess dan menjaganya. Kita tidak pernah tahu apa yang akan Tiga Pilar lakukan kepadanya, jangan sampai ia terluka kembali," perintah Naruto.
"Baik Yang Mulia kalau begitu saya akan berjaga di kediaman Grand Duchess," ucap Sasuke sambil membungkukkan tubuhnya.
Naruto melihat Sasuke berbalik, melihat punggung laki-laki itu yang mulai melangkah meninggalkannya. "Jenderal Raiden."
"Ya, Yang Mulia?" Sasuke membalikkan tubuhnya, menatap Naruto yang juga tengah menatapnya.
"Apakah menyenangkan bekerja bersama Grand Duchess Emerald?" tanya Naruto membuat Sasuke terdiam selama beberapa saat.
"Meskipun ekspresi Grand Duchess Emerald dingin dan datar, saya merasa ia seseorang yang cukup hangat," jawab Sasuke.
Naruto mengangguk-anggukkan kepalanya setelah mendengar jawaban itu. "Baiklah kalau begitu namun jangan melupakan tugasmu juga yang harus berada di sisiku."
"Baik Yang Mulia karena sesungguhnya saya adalah milik Anda," ucap Sasuke sambil membungkukkan tubuhnya sementara Naruto menatapnya dalam keheningan.
°°°
Sakura terbangun dari tidurnya, dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka samar-samar ia melihat punggung seorang laki-laki. Sakura mengucek matanya perlahan hingga pandangannya menjadi jelas, melihat Sasuke yang tengah melepaskan pakaiannya dengan memunggunginya. "Yang Mulia?"
Suara panggilan itu membuat Sasuke menolehkan kepalanya, melihat Sakura yang terbangun dari tidurnya. Sakura pun diperlihatkan dada bidang dan perut atletis laki-laki itu yang kini menatapnya.
"Anda terbangun?" tanya Sasuke.
Sakura menganggukkan kepalanya pelan usai mendengar pertanyaan itu. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Saya sudah mengatasi Kaisar sehingga saya bisa dengan bebas berada di kediaman Anda. Nampaknya masalah ini menjadi sesuatu yang cukup baik," ucap Sasuke sambil menaiki kasur dan menyelimuti tubuhnya di samping Sakura.
Sakura menyampingkan tubuhnya, berbaring dengan posisi dimana ia bisa menatap Sasuke. "Aku bicara dengan Karin, Kyubi tampaknya dikurung di bawah tanah dan sepertinya jasad Sakira juga ada di sana."
"Anda ingin saya mengambil jasadnya?" tanya Sasuke sambil menyampingkan tubuhnya, berbaring dengan posisi dimana ia bisa menatap Sakura.
Sakura menganggukkan kepalanya pelan. "Masih ada hal yang harus aku pastikan dan aku butuh jasadnya. Akan lebih baik jika aku bisa melihat kenangan semasa hidupnya."
"Ruang bawah tanah dijaga dengan ketat namun saya akan mencobanya dengan bantuan Letnan Shimura," ucap Sasuke membuat Sakura yang mendengarnya tersenyum tipis.
"Baiklah," sahut Sakura.
"Bagaimana luka Anda?" tanya Sasuke sambil menatap lengan Sakura yang diperban, ia merasa sedikit khawatir meskipun ia tahu jika perempuan itu kuat.
"Tidak sakit," jawab Sakura.
"Bagaimana persiapan untuk pembukaan acara pemilihan Permaisuri besok?" tanya Sasuke membuat Sakura teringat akan acara itu, padahal sebelumnya ia sudah melupakannya.
"Mari kita lihat besok," ucap Sakura dengan tenang membuat Sasuke menganggukkan kepalanya, tak ingin lagi bertanya karena hari sudah larut dan sepertinya perempuan itu butuh istirahat.
"Tidurlah," ucap Sasuke sambil memejamkan matanya hingga ia merasa Sakura mendekatkan tubuhnya dengannya dan memeluknya.
Sasuke membuka matanya, merasakan Sakura yang membenamkan wajahnya pada dada bidangnya. Sasuke tersenyum tipis sambil menghirup aroma tubuh perempuan itu pada lehernya. Aroma manis yang menggoda itu membuat Sasuke sampai tak sadar jika ia sudah menjilatnya.
"Enggg." Suara itu terdengar dari bibir Sakura, saat perempuan itu meletakkan tangannya di depan dada Sasuke.
"Kita tak akan tidur jika begini," ucap Sakura menjauhkan tubuhnya dari laki-laki itu, menatap wajah tampan dan rupawan dengan rona merah menghiasi wajahnya.
Sakura menahan nafasnya sejenak, tak tahan dengan wajah manis namun menggairahkan itu. "Mengapa kau berekspresi begitu?"
"Bagaimana?" tanya Sasuke berusaha tenang padahal jantungnya berdebar-debar tak karuan, memalingkan wajahnya agar Sakura tak melihatnya.
Sakura bangkit dari tidurnya lalu menduduki perut atletis itu membuat Sasuke tampak terkejut, melihat perempuan itu yang sudah berada di atasnya.
"Kau sangat menyebalkan." Sakura berucap dengan pelan sambil menarik kain pengikat tirai putih transparan yang mengelilingi ranjangnya. Hingga tirai putih transparan itu berjatuhan, menutupi setiap sisi ranjang.
"Angkat tanganmu," ucap Sakura bagai perintah hingga Sasuke meletakkan tangannya di atas kepalanya.
Sakura menahan kedua tangan Sasuke yang berada di atas kepalanya. Dengan nafas yang memburu perempuan itu pun melumat bibir Sasuke, mengecup bibir itu berulang kali hingga lidah keduanya saling beradu.
Udara disekitar mereka terasa semakin panas saat Sakura menyentuh leher laki-laki itu, membelainya dengan jari yang menari-nari perlahan di sana membuat Sasuke hilang kesabaran.
"Sepertinya saya tidak cocok berada di bawah." Kalimat itu adalah kalimat yang Sasuke katakan saat dimana ia membalikkan keadaan, menindih tubuh mungil Sakura di bawahnya.
"Ahhh!!" Sakura mendesah dengan gila saat Sasuke mulai mengecup bahunya hingga ke leher, menghisap bahkan menggigitnya, menimbulkan bekas kemerahan yang mungkin sulit dihilangkan.
Tangan Sasuke dengan terampil merobek gaun malam itu. Entah sudah berapa gaun yang ia robek. Hingga perempuan itu dalam kondisi tanpa busana, menampilkan seluruh lekuk tubuhnya yang begitu indah.
"Uchiha Sasuke ahh!!" Sakura menjerit kenikmatan saat Sasuke mulai menghisap payudaranya dengan gila, rasanya begitu nikmat saat gigi-gigi rapih itu bersentuhan dengan putingnya yang telah mengeras.
Benar saja, tampaknya sepertinya mereka tak akan pernah bisa tidur jika terus begini. Alih-alih tidur mereka justru malah berkeringat selama semalaman.
•••
To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Revenge
FanfictionSakura si ahli strategi berkepala licik dan kejam memasuki Ibukota Kekaisaran Baston dengan skema rumit guna membalaskan dendamnya atas kematian saudari kembarnya yang mati digantung sebagai pemberontak kekaisaran yang menggulingkan kekaisaran sebel...