Chapter 06: The Rebels' First Target

2K 328 7
                                    

Sakura memperhatikan Sasuke saat laki-laki itu tengah mengancingkan kemejanya kembali. Sakura tersenyum tipis sambil merubah posisinya ke samping. Sakura menopang kepalanya dengan tangannya, terus memperhatikan laki-laki itu yang sibuk mengancingkan kemejanya itu. "Apakah kau akan segera pergi?"

"Saya tidak bisa berlama-lama bertemu dengan Anda," jawab Sasuke sambil merapikan pakaiannya.

Sasuke menghentikan gerakannya saat dirinya tiba-tiba teringat akan tujuan sebenarnya ia kemari. Laki-laki berdarah pangeran itu pun membalikkan tubuh, menatap Sakura yang masih setia dengan posisinya. "Saya lupa mengatakan sesuatu Grand Duchess."

"Saya menyelidiki Sabaku Temari karena terlihat mencurigakan pada pertemuan kami sebelumnya. Lalu saya mendapati bahwa ia berhubungan dengan kelompok penjual racun yang Anda habisi sebelumnya," jelas Sasuke.

Sakura tersenyum remeh mendengar ucapan Sasuke. "Jadi dia orangnya, orang bodoh yang membunuh Ayahku?"

Kalimat tajam dengan nada sinis itu membuat Sasuke terdiam, memperhatikan wajah perempuan di hadapannya itu yang tampak begitu sadis hingga tak lama kemudian ia tertawa begitu keras dengan begitu menakutkan. "Bagaimana aku mengurusnya? Sepertinya dia akan menjadi target pertama kita."

"Sebaiknya Anda jangan bertindak gegabah Grand Duchess apalagi untuk sementara waktu ini saya tak bisa begitu sering menemui Anda. Pertemuan di dalam Istana ini begitu beresiko," ucap Sasuke berusaha menenangkan.

Sakura terdiam, beranjak dari tempat tidur lalu mengenakan pakaiannya. Dengan langkah tenang perempuan itu bejalan menuju sofa di ruangan itu. Sasuke yang melihatnya pun duduk di hadapan perempuan itu.

"Apakah kau tahu Yang Mulia? Aku selalu bisa memanfaatkan keadaan yang tidak menguntungkan untuk membalikkan lawan?" tanya Sakura dengan nada angkuhnya.

Sasuke menganggukkan kepalanya pelan setelah mendengar pertanyaan yang bernada angkuh itu. Dia lebih tau dari siapapun, betapa liciknya perempuan itu. "Lalu, bagaimana Anda akan mengurusnya?"

"Pertama-tama cari tahu hal paling gelap yang dilakukan oleh Sabaku Temari sebelum pesta dansa," ucap Sakura menatap Sasuke dengan serius.

Sejujurnya permintaan itu cukup sulit, Temari adalah seseorang yang cukup teliti mungkin akan sulit untuk menemukan hal paling gelap yang ia lakukan. Namun tetap saja, Sasuke akan mencobanya.

"Sepertinya aku juga harus pindah setelah acara pesta dansa, bagaimana jika kau menyiapkan tempat tinggalku?" usul Sakura menatap Sasuke dengan satu alis yang terangkat.

Sasuke menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, terlihat begitu santai setelah mendengar usulan itu. "Saya sudah menyiapkannya sejak dua tahun yang lalu, saya membeli sebuah mansion atas nama Anda."

Sakura mendengus pelan mendengar ucapan Sasuke, melihat laki-laki itu yang sedikit manis di matanya. "Sepertinya kau benar-benar telah terikat denganku."

"Sejak hari itu," ucap Sasuke.

Flashback On...
Sekitar empat tahun yang lalu.

Sasuke merapihkan meja-meja yang kotor di bar itu saat ia melihat sebuah sepatu berwarna hitam di lantai bar. Sepatu perempuan yang terlihat mewah itu membuat Sasuke langsung mengetahui bahwa pemiliknya adalah seorang bangsawan. Namun sayangnya Sasuke tak begitu peduli, memilih untuk berbalik dan melanjutkan pekerjaannya.

"Pangeran Kedua?" Suara panggilan itu membuat Sasuke menghentikan langkah kakinya, ia lalu menolehkan kepalanya melihat perempuan berambut merah muda dengan wajah dingin di hadapannya.

Itu adalah kali pertama dimana ia bertemu perempuan itu, perempuan dengan wajah dingin terkesan angkuh yang tak tahu darimana dan mengetahui identitasnya yang sebenarnya.

"Siapa kau?" tanya Sasuke.

"Kau ingin tahu aku? Sepertinya sudah cukup aku mengetahui siapa dirimu Pangeran?" ucap perempuan itu dengan wajah angkuhnya.

"Hn," sahut Sasuke berusaha untuk terlihat tak terlalu peduli, sebuah hal yang jelas terlihat dari sikapnya.

"Kau tidak tahu aku? Aku Lady Haruno Sakura dari Wilayah Utara," ucap perempuan itu memperkenalkan dirinya sebagai Sakura.

Sasuke meletakkan lap di tangannya, menyeret Sakura keluar dari bar itu. Laki-laki itu lantas menghempaskan tubuh perempuan itu ke dinding. "Apa maumu kepadaku?"

Sakura tersenyum senang, menyentuh bahu Sasuke dan seolah-olah membersihkan debu yang ada di sana. "Kau begitu kasar namun aku menyukai permainan yang kasar."

"Kau!!" Sasuke menunjuk wajah Sakura dengan geram sementara yang ditunjuk tampak senang, menggenggam hari telunjuk itu lalu menurunkannya perlahan.

"Tak kusangka seorang Pangeran Kedua Kerajaan Navier bisa menjalani kehidupannya dengan begitu tenang padahal keluarga dan bahkan rakyatnya di bantai habis oleh orang-orang dari Kekaisaran Baston." Kata-kata itu menusuk telak perasaan Sasuke membuat laki-laki itu terluka sekaligus marah.

"Darimana kau tahu semua itu?!" tanya Sasuke.

"Bukankah sudah kukatakan? Aku Lady Haruno Sakura. Meskipun tak banyak orang yang mengetahui bahwa Yang Mulia Raja Fugaku memiliki seorang anak laki-laki lain dari seorang Selir namun Ayahku tahu itu karena Selir itu dulu adalah teman masa kecilnya," jelas Sakura membuat amarah Sasuke mulai mereda.

"Benar, akulah Pangeran itu lalu apa yang kau inginkan dari seorang Pangeran yang bahkan telah kehilangan Kerajaannya?" tanya Sasuke membuat Sakura menyeringai mendengarnya.

"Aku hanya menginginkan amarah, amarah yang membuatmu ingin membalaskan dendammu kepada Kekaisaran Baston," ucap Sakura dengan tenang membuat Sasuke menatapnya.

"Bergabunglah denganku Yang Mulia," lanjut Sakura.

Flashback Off...

"Kapan?" tanya Sakura.

Sasuke menggelengkan kepalanya perlahan hendak segera pergi dari tempat itu. Namun Sakura tiba-tiba berdiri, menarik ujung lengan bajunya membuat Sasuke menghentikan langkah kakinya. Sasuke pun menolehkan kepalanya, menatap perempuan itu. "Ada apa?"

Sakura mengangkat tangannya, menyentuh pipi kanan Sasuke lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Sasuke sambil sedikit berjinjit hingga ia berhasil mengecup pipi kiri laki-laki itu. Wajah Sasuke pun memerah namun ia segera berdehem pelan dan pergi meninggalkan tempat itu.

°°°

Temari duduk di meja kerjanya saat bawahannya memasuki ruangan itu, hendak melaporkan tugas yang ia berikan kepadanya. "Salam Pimpinan Asosiasi Sabaku."

"Bagaimana?" tanya Temari tak sabaran.

"Saya mengikuti Jenderal Raiden dan mendapati jika Jenderal Raiden sering kali menemui Grand Duchess Emerald. Sepertinya hubungan mereka tidak sesederhana yang kita kira," ucap bawahan itu membuat Temari menyeringai mendengarnya.

"Sasuke de Raiden, apakah ia pikir begitu hebat? Entah apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku namun akan kupastikan aku akan segera mengetahuinya. Lalu, bukankah hal ini bisa terdengar begitu menarik jika Yang Mulia mengetahuinya? Jenderal yang begitu ia sayangi, diam-diam sering menemui Calon Kandidat Permaisuri?" ucap Temari dengan tawa senangnya.

Temari melirik bawahan yang tak ikut tertawa dengannya. "Hei, bukankah itu terdengar menyenangkan?"

Bawahan itu tampak ketakutan saat mendengar ucapan Temari, buru-buru tertawa seolah dirinya begitu senang meskipun jelas itu adalah sebuah tawa palsu.

"Pergilah dan terus awasi dia," ucap Temari membuat bawahan itu berhenti tertawa, buru-buru membungkukkan kepalanya dan keluar dari ruangan itu, tak ingin membuat perempuan itu marah.

"Mari kita lihat bagaimana aku akan membalasmu yang mencoba menakut-nakutiku Jenderal, siapa yang akan menang?" ucap Temari dengan senyuman liciknya.

•••

To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡

The Villain's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang