Sakura, Sasuke, Karin dan Kakashi berlarian memasuki kamar tidur Orochimaru. Hingga ketika mereka membuka pintu, mereka melihat Orochimaru yang tengah berlutut dan memuntahkan darah yang begitu banyak. Emerald hijau Sakura bergetar ketika ia melihat hal itu sementara Karin menghampiri laki-laki bergelar Uskup Agung itu.
"Uskup Agung." Karin menyentuh pergelangan tangan Orochimaru, menyadari jika racunnya sudah menyebar ke seluruh tubuh laki-laki itu membuat matanya terbelalak.
Karin menolehkan kepalanya dengan panik, menatap Sakura yang masih berdiri di ambang pintu. "Nona, racunnya sudah menyebar ke seluruh tubuh."
Sakura mengepalkan tangannya, buru-buru menghampiri Orochimaru yang masih memuntahkan darah. Sasuke dan Kakashi pun ikut mendekat, membaringkan tubuh lemah Orochimaru sementara Sakura meletakkan kedua tangannya di atas dada laki-laki itu.
Sakura memejamkan matanya hingga cahaya berwarna hijau keluar dari telapak tangannya. Tubuh Orochimaru berangsur-angsur membaik, laki-laki itu tak lagi merasakan rasa sakit disekujur tubuhnya membuat Sakura akhirnya menyudahi aksinya.
Kakashi dengan hati-hati membantu Orochimaru untuk duduk sementara laki-laki dengan rambut panjang itu menatap Sakura dengan kaget. "Kekuatan ini?"
"Benar Uskup Agung, kekuatan Jiwa Pohon Kehidupan," ucap Sakura sambil sedikit menundukkan kepalanya.
Orochimaru yang mendengar ucapan Sakura tampak teringat akan sesuatu. Mata laki-laki itu lantas menatap Sasuke yang hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Seseorang meracuni Uskup Agung?" tanya Karin membuat Orochimaru menganggukkan kepalanya pelan.
"Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pelayan mengirimkan teh kepada saya seperti biasanya, saya tidak berpikir yang aneh-aneh dan langsung meminumnya. Tak disangka hal seperti ini bisa terjadi," jawab Orochimaru.
Sakura mengepalkan tangannya kembali, merasa dirinya begitu bodoh karena terjebak di situasi sulit begini. Jika begini ia tak punya solusi lagi selain mengirim Orochimaru menjauh dari Ibu Kota.
"Uskup Agung, pergilah ke Kuil di Wilayah Utara demi keselamatan Anda," ucap Sakura membuat semua orang menatapnya dengan bingung.
"Grand Duchess sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Orochimaru dengan begitu bingung, mengapa ia harus pergi dari Ibu Kota?
Sasuke menyentuh bahu Sakura, menatapnya meminta penjelasan. "Apa yang sebenarnya Anda lihat dalam kenangan semasa hidup Sakira."
"Naruto sudah tahu jika Sakira memiliki saudara, ia pasti berpikir itu adalah aku. Dia berpura-pura tidak tahu, suatu saat ia akan menggunakan aku seperti ia menggunakan Sakira karena itulah ia begitu menjagaku. Dia yang menginginkan aku sebagai Permaisuri itu hanyalah kedok, dia tidak jatuh hati kepadaku," jelas Sakura membuat Karin, Kakashi dan Orochimaru kaget sementara Sasuke mengepalkan tangannya.
"Namun apa tujuannya Nona? Ia sudah menjadi Kaisar, apalagi yang ia inginkan? Kekuatan?" tanya Karin yang kebingungan, tidak mengerti mengapa Naruto melakukan hal itu.
"Dia ingin posisi yang lebih daripada Kaisar, baginya Kaisar hanyalah batu loncatan untuk ia mencapai tujuannya," jelas Sakura membuat Karin semakin bingung.
Sasuke terdiam selama beberapa saat, mencerna hal yang baru saja Sakura jelaskan hingga ia menyadari sesuatu, sesuatu yang lebih daripada Kaisar. "Dia ingin menjadi Dewa."
"Apa?!" Karin berteriak dengan kaget saat Sasuke mengatakan hal itu, menutup mulutnya dengan tidak percaya.
"Hal yang harus ia lakukan pertama kali untuk menjalankan rencananya adalah membunuh Uskup Agung Orochimaru dan mengganti semua orang di Kuil," ucap Sakura dengan serius.
Karin mengepalkan tangannya tak percaya, tak percaya jika adiknya bisa melakukan hal yang lebih gila daripada membunuh ayahnya, kakaknya dan dirinya. "Sebenarnya sudah menjadi monster seperti apa kau Naruto?"
"Mengapa ia melakukan semua ini?" tanya Kakashi.
Sakura memejamkan matanya sejenak, menghembuskan nafasnya dengan berat. "Mungkin awalnya perasaan itu hanyalah ketidakpuasan dan amarah. Namun perasaan itu melahapnya saat ia mendapatkan kekuatan yang begitu besar, ia berpikir bisa melakukan segalanya."
"Benar, dari kecil Naruto diasingkan oleh Ayah karena perasaan menyesal. Ibuku mati karena perbuatan Ayahku yang berselingkuh sampai memiliki anak dengan selingkuhannya, dia yang membuat Ibuku gila sampai Ibuku meninggal, meninggalkan perasaan bersalah di hatinya," ucap Karin berusaha menahan air matanya saat ia bercerita.
"Naruto seumur hidupnya hanya mendapatkan perlakuan tidak adil dan dikucilkan namun sebenarnya itu juga karenanya, karenanya yang berpikir bahwa semua orang membencinya dan menutup diri padahal aku dan Kak Nagato ingin menemaninya," lanjut Karin.
"Kaisar sebelumnya tampaknya tak sadar sudah membuat anaknya menjadi seperti apa," ucap Kakashi prihatin.
"Jika sudah begini apa yang harus kita lakukan Yang Mulia?" tanya Orochimaru menatap Sasuke yang hanya terdiam.
Sakura menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak bisa, kita tidak bisa terus bergerak. Jika kita terus bergerak kematian yang akan kita temui di ujung jalan."
"Nona!! Kita tidak bisa membiarkan hal seperti ini terjadi!! Kita tidak bisa membiarkan Naruto melakukan hal seperti ini, bagaimana nasib rakyat Baston? Apa yang akan terjadi pada mereka?" Karin berteriak emosi, memikirkan rakyat Baston yang ia cintai, orang-orang tak bersalah yang harus menanggung keserakahan adiknya.
"Nona kita sudah sampai sejauh ini, bagaimana bisa kita mundur? Saya tak peduli jalan akhir yang kita temui adalah kematian atau bukan namun kita harus tetap bergerak maju. Ini bukan lagi tentang dendam kita semua namun ini tentang keselamatan umat manusia," ucap Kakashi bersikeras.
Sakura menggelengkan kepalanya pelan, jika ia terus berada di Baston dan mengikuti permainan Naruto itu akan lebih berbahaya. Belum lagi Sasuke, apa yang akan terjadi pada laki-laki itu? Dia hanya akan terluka padahal Sakura menjanjikan pembalasan dendam kepadanya.
"Nona tolong pikirkan kembali, saya tidak bisa membiarkan rakyat Baston menderita karena hal ini. Saya mohon!!" Karin memohon dengan sungguh-sungguh, memohon agar Sakura mempertimbangkan baik-baik keputusannya karena mau bagaimanapun Karin terlahir sebagai Putri Kedua Kekaisaran Baston, dia mencintai negeri ini lebih daripada dirinya sendiri.
"Kita tidak tahu sedang berhadapan dengan iblis seperti apa, dia bahkan bisa membunuh keluarganya sendiri," ucap Sakura pelan membuat Karin yang mendengarnya menangis tersedu-sedu.
"Jadi Grand Duchess, apakah Anda akan menarik semua orang ke Wilayah Utara? Membiarkan semua ini terjadi?" tanya Orochimaru dengan khawatir, tak berpikir jika keputusan itu adalah keputusan yang terbaik.
"Tolong pikirkan baik-baik Grand Duchess, ini bukan hanya tentang dendam Tuan Putri Uzumaki Karin, dendam Anda kepada Kaisar atau dendam Yang Mulia Pangeran Uchiha Sasuke kepada Kaisar. Namun ini tentang keselamatan dunia, bagaimana orang seperti dia akan menjadi Dewa? Dewa seperti apa itu Grand Duchess? Pikirkan kembali kekuatan Anda, kekuatan Anda adalah pemberian Tuhan, kekuatan itu pasti memiliki maksud dan tujuan sehingga berada di tangan Grand Duchess," jelas Orochimaru berhasil membuat Sakura menegakkan kepalanya, menatap laki-laki bergelar Uskup Agung itu.
Orochimaru mengulurkan tangannya, menggenggam tangan mungil Sakura. "Nyawa semua umat manusia kini berada di tangan Anda."
"Mampukah aku?" tanya Sakura pelan.
Sasuke menatap Sakura lalu menarik dagu perempuan itu dengan lembut, membuat perempuan itu kini menatapnya. "Bukankah Anda selalu mengatakan bahwa Anda selalu bisa memanfaatkan keadaan yang tidak menguntungkan untuk membalikkan lawan?"
•••
To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Revenge
أدب الهواةSakura si ahli strategi berkepala licik dan kejam memasuki Ibukota Kekaisaran Baston dengan skema rumit guna membalaskan dendamnya atas kematian saudari kembarnya yang mati digantung sebagai pemberontak kekaisaran yang menggulingkan kekaisaran sebel...