Naruto tampak duduk dengan tenang di ruang kerjanya, menatap langit sore melalui jendela di ruang kerjanya. Di tengah situasi yang begitu genting dan mengerikan itu laki-laki itu terlampau tenang hingga terdengar suara ketukan pintu.
Pintu ruangan itu terbuka membuat Naruto menolehkan kepalanya, melihat bawahannya meletakkan beberapa lembar kertas di atas mejanya. "Ini adalah laporan tentang korban yang meninggal Yang Mulia."
Naruto tersenyum, mengambil kertas-kertas itu lalu mulai membacanya. Laki-laki dengan manik sapphire biru itu pun mendapati ada sepuluh Kandidat Calon Permaisuri yang mati, seratus delapan puluh tiga korban yang mengalami luka-luka dan enam pulu delapan korban yang mati. Alih-alih menampilkan ekspresi sedih, laki-laki bergelar Kaisar itu malah tertawa puas.
"Ah tak kusangka ternyata jadi begini, cukup menarik," ucapnya sambil melemparkan kertas-kertas itu, membiarkan kertas-kertas itu berterbangan lalu jatuh ke lantai.
"Situasinya akan semakin memburuk Yang Mulia," jelas sang bawahan membuat Naruto menganggukkan kepalanya, menatapnya dengan senyuman licik.
"Bukankah itu bagus?" tanya Naruto membuat bawahan itu menundukkan kepalanya, tampak ketakutan namun tak berani melawan.
"Ada hal lain lagi yang ingin kau katakan? Jika tidak, enyahlah," ucap Naruto dengan suara yang begitu dingin.
"M-maaf Yang M-muliah t-tapi Jenderal Raiden dan T-tiga Pilar menunggu A-anda di ruang rapat," ucap bawahan itu ketakutan dengan tubuh yang bergetar hebat.
Naruto tersenyum licik kembali, beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruangan kerjanya. Laki-laki itu pun menampilkan ekspresi yang tampak sedih dan khawatir, memasuki ruangan rapat yang biasanya ia gunakan bersama Sasuke dan Tiga Pilar.
"Yang Mulia." Tiga Pilar dan Sasuke berdiri, menundukkan kepalanya ketika Naruto memasuki ruangan itu, membiarkan laki-laki itu untuk duduk di kursinya.
"Bagaimana situasinya Jenderal Raiden?" tanya Naruto, menatap Sasuke agar melaporkan situasinya terlebih dahulu.
"Monster di Ibukota hampir semuanya telah dihabisi oleh pasukan angkatan darat namun kita tidak pernah tahu jika monster-monster itu bersembunyi, sebaiknya kita tetap waspada," jelas Sasuke membuat Naruto menganggukkan kepalanya.
"Bagaimana dengan korban?" tanya Naruto.
"Sejauh ini ada sepuluh Kandidat Calon Permaisuri yang mati, seratus delapan puluh tiga korban yang mengalami luka-luka dan enam pulu delapan korban yang mati. Korban dapat terus bertambah Yang Mulia," jelas Temari sambil menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Naruto.
"Kondisi korban-korban yang mengalami luka-luka cukup parah, tak memungkinkan untuk diobati. Persediaan obat kita juga kurang memadai untuk mengobati mereka semua," lanjut Temari.
"Beberapa rumah juga rusak Yang Mulia akibat kekacauan ini, saat ini terdaftar lima puluh rumah yang hancur sementara Istana hanya bisa menampung tiga puluh lima keluarga," ucap Kankuro menambahi, menjelaskan situasi yang lebih parah daripada kelihatannya.
Naruto menghembuskan nafasnya berat, memijat kepalanya yang terasa begitu pening. "Sekarang apa yang harus kita lakukan? Sebenarnya darimana monster-monster itu berasal?"
"Yang Mulia disaat seperti ini sebaiknya kita berfokus pada korban, ada begitu banyak korban dalam insiden ini," ucap Temari dengan keras membuat Naruto menatapnya.
"Apa mungkin ini perbuatan perempuan itu?" ucap Gaara membuat Naruto kini beralih menatapnya.
Naruto mengerutkan keningnya, menatap laki-laki merah itu yang tampak begitu banyak pikiran. "Perempuan itu siapa?"
"Tadi saya bertemu dengan seseorang yang mirip dengan Sakira dan Grand Duchess. Perempuan itu memiliki rambut merah muda dengan potongan pendek seperti laki-laki dan manik emerald hijau," ucap Gaara membuat Kankuro dan Temari menatapnya.
"Kau ini bicara apa Gaara?" ucap Kankuro.
"Namanya Sakura Obelia," ucap Gaara membuat tubuh Naruto seketika menegang, sebuah aksi yang tak luput dari perhatian Sasuke.
"Obelia? Bukankah itu nama keluarga Sakira? Mungkinkah perempuan itu suadara Sakira?" tanya Temari sambil mengira-ngira.
"Itu tidak mungkin, bukankah Sakira tidak punya saudara?" ucap Kankuro dengan ekspresi tak percayanya menatap Gaara.
Gaara menundukkan kepalanya, menampilkan ekspresi yang lebih bingung daripada yang lainnya. "Saya yakin itu nama yang ia sebutkan."
"Lalu dimana ia sekarang?" Pertanyaan Naruto membuat Tiga Pilar menatapnya, menatap ia dengan ekspresi terkejut yang tak bisa ditutup-tutupi.
"Yang Mulia, jangan-jangan dia benar-benar saudara Sakira?" tanya Temari dengan ketidakpercayaannya.
"Kita tidak tahu siapa dia, mungkin saja ia mencoba menipu jadi kita harus segera menemukannya," ucap Naruto sambil mengepalkan tangannya yang berada di bawah meja.
°°°
Sakura duduk di atas meja kerjanya saat perempuan dengan wajah yang mirip dengannya itu memasuki ruangannya, perempuan berambut merah muda pendek dengan potongan seperti laki-laki.
"Nona." Perempuan itu memanggilnya, memanggil Sakura yang menatapnya dengan ekspresi datar. Hingga perempuan yang mendatangi Sakura itu merubah bentuk tubuhnya kembali menjadi sosok Uzumaki Karin dengan rambut merahnya.
"Kerja bagus Karin," ucap Sakura dengan senyuman miring, begitu senang karena akhirnya ia bisa mengecoh Naruto dan Tiga Pilar.
Tentu saja, Sakura tidak mungkin menyelamatkan Karin dengan sia-sia jika perempuan itu tidak punya kekuatan apapun. Kekuatan garis keturunan perempuan Uzumaki adalah kemampuan mereka untuk merubah tubuh mereka.
"Saya yakin sekarang Tiga Pilar dan Naruto sedang heboh karena bertemu dengan Sakura Obelia," ucap Karin membuat Sakura tertawa pelan.
"Tentu saja, itu pasti membingungkan bagi Naruto yang selama ini mengira aku adalah suadara Sakira. Lalu tiba-tiba seseorang yang mengaku sebagai Sakura Obelia muncul," ucap Sakura tampak begitu senang, begitu menikmati permainan peran ini.
"Nona benar namun Nona, mengapa Anda tidak membangkitkan Nona Sakira seperti Nona membangkitkan saya?" tanya Karin membuat Sakura menatapnya.
Sakura menggelengkan kepalanya pelan. "Itu tidak bisa terjadi, jiwanya sudah dimakan oleh Kyubi sehingga tubuhnya hanyalah cangkang kosong dengan memori kehidupan. Jika bisa kubangkitkan, sejak awal sudah kulakukan."
"Mengapa tubuh Nona Sakira tidak hancur? Tubuhnya masih utuh seperti saya waktu itu?" tanya Karin dengan dua pertanyaan sekaligus.
"Karena dia adalah Separuh Pemilik Jiwa Pohon Kehidupan," jawab Sakura sambil turun dari meja kerjanya.
Sakura melangkahkan kakinya menuju jendela besar di ruangan itu, menatap ke luar jendela dengan wajah datarnya. "Disaat seperti ini kita harus risau memikirkan rakyat yang terluka karena insiden ini."
"Siapa pelakunya menurut Nona?" tanya Karin dengan serius membuat Sakura tersenyum sinis, menolehkan kepalanya dan menatap Karin yang masih berdiri di tempatnya.
"Uzumaki Naruto," ucap Sakura.
Manik ruby Karin bergetar mendengar ucapan Sakura, tangannya pun terkepal memikirkan hal segila ini dilakukan oleh adiknya. "Mengapa?"
"Untuk menjadi Dewa, ia harus terlihat melindungi semua orang namun ia tak mungkin melindungi orang-orang jika tak terjadi kekacauan bukan? Ia ingin semua orang bergantung kepadanya," jelas Sakura membuat Karin semakin marah, memikirkan begitu banyak rakyatnya yang terluka karena obsesi gila Naruto.
Sakura kembali melangkahkan kakinya, berdiri di depan Karin yang tampak menahan rasa amarah di hatinya. "Lalu, sejak awal ia tak menginginkan pernikahan sama sekali. Dia membunuh begitu banyak Kandidat Calon Permaisuri lewat insiden ini. Sekali dayung dua pulau terlampaui, dia berhasil membuat rakyat sengsara dan bergantung kepadanya, di sisi lain dia berhasil menyingkirkan Kandidat Calon Permaisuri dengan jumlah banyak."
•••
To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Revenge
Hayran KurguSakura si ahli strategi berkepala licik dan kejam memasuki Ibukota Kekaisaran Baston dengan skema rumit guna membalaskan dendamnya atas kematian saudari kembarnya yang mati digantung sebagai pemberontak kekaisaran yang menggulingkan kekaisaran sebel...