Tubuh Naruto menegang saat ia melihat Sakura memasuki aula istana. Di kursi kekaisarannya itu mata sapphirenya terbelalak melihat rambut merah muda, manik emerald dan wajah yang sama seperti Sakira begitu pula Tiga Pilar yang berdiri di sisinya.
"Sakira." Naruto menyuarakan nama itu dengan perlahan ketika Sakura dan Sasuke berdiri di tengah-tengah aula, menghadap dirinya.
Sasuke dan Sakura berlutut secara bersamaan, menundukkan kepalanya untuk menunjukkan rasa hormat kepada penguasa Kekaisaran Baston itu.
"Sasuke de Raiden menghadap Yang Mulia Kaisar, semoga sinar matahari terus menyinari Baston," ucap Sasuke tenang.
"Haruno Sakura, Grand Duchess Emerald of the Northern Territory menghadap Yang Mulia Kaisar, semoga sinar matahari terus menyinari Baston," ucap Sakura.
Naruto terdiam usai mendengar nama yang Sakura sebutkan. Jelas perempuan itu adalah Grand Duchess Emerald dari Wilayah Utara namun dia begitu mirip dengan Sakira, rekannya yang ia gantung sebagai pemberontak kekaisaran sebelumnya.
"Berdirilah," titah Naruto setelah ia mengumpulkan kesadarannya, membiarkan dua orang yang menghadap kepadanya itu berdiri.
Sasuke dan Sakura berdiri secara bersamaan, menatap sang kaisar yang kali ini tak bisa mengalihkan pandangannya dari Sakura, melihat perempuan dengan wajah yang sama dengan Sakira namun jelas memiliki aura yang berbeda.
Sakira adalah perempuan periang yang hangat, seseorang yang bagaikan sinar matahari yang mengelilingi Naruto. Sementara perempuan di hadapannya itu terlihat seperti perempuan yang begitu dingin, sedingin lotus salju dengan tatapan tajam seolah dirimu bisa menaklukkan segalanya.
"Yang Mulia Kaisar, saya sangat berterimakasih kepada Yang Mulia yang telah mengundang saya ke Istana, sebuah kehormatan bagi saya untuk bisa bertemu Yang Mulia." Seruan Sakura dengan suara lantang menyadarkan Naruto dari pemikirannya, membuat ia kembali menatap perempuan itu.
"Saya turut berduka cita atas kematian Grand Duke Gemstone yakni Ayahmu, Grand Duchess Emerald," ucap Naruto berusaha tenang, berusaha untuk tidak menghampiri perempuan itu dan memeluknya.
"Hal itu sudah berlalu Yang Mulia. Namun jelasnya Yang Mulia tidak perlu risau, saya mengambil alih posisi Ayah saya dan memimpin Wilayah Utara dengan sebaik-baiknya sebagaimana Ayah saya memimpin Wilayah Utara," ucap Sakura sambil membungkukkan sedikit kepala hormat.
"Jasa-jasa Grand Duke Gemstone dalam memimpin Wilayah Utara tak akan pernah bisa saya lupakan, upayanya dalam memimpin Wilayah Utara dan menjadikan Wilayah Utara sebagai Wilayah dengan penghasilan tertinggi di Baston. Jika Grand Duke Gemstone dapat memimpin demikian maka saya menyakini jika Grand Duchess Emerald juga bisa melakukan hal yang serupa," ucap Naruto membuat Sakura yang tengah membungkukkan kepalanya tersenyum miring.
Dengan perlahan Sakura mendongakkan kepalanya, menatap Naruto yang berada jauh lebih tinggi dari tempat di mana ia menapak. "Saya akan melakukan yang terbaik untuk memimpin Wilayah Utara, Yang Mulia."
"Maka izinkan saya untuk mengadakan pesta penyambutan untuk Anda Grand Duchess Emerald," ucap Naruto.
"Suatu kehormatan bagi saya jika itu kemauan Yang Mulia Kaisar, semoga matahari terus menyinari Baston," ucap Sakura dengan tenang.
°°°
Sakura berjalan berdampingan dengan Sasuke, melihat laki-laki itu yang sendari tadi mendiamkannya seolah tengah marah kepadanya. "Apakah kau marah padaku Jenderal?"
"Tidak," sahut Sasuke singkat.
Sakura memicingkan matanya mendengar jawaban singkat itu, jawaban yang bahkan terkesan sedikit ketus membuat Sakura semakin yakin jika laki-laki berdarah Uchiha itu marah kepadanya. "Lalu kenapa aku merasa kau marah padaku?"
"Hn," sahut Sasuke mengeluarkan kalimat andalannya yang membuat Sakura kesal, memilih untuk diam dan tak lagi menanyai apakah laki-laki itu marah daripada menambah rasa marah di hatinya.
Hening. Keduanya terus berjalan di koridor istana itu dalam keheningan membuat Sakura akhirnya penasaran, bertanya kemana sebenarnya mereka pergi. "Sebenarnya kita pergi kemana?"
"Yang Mulia Kaisar menyuruh saya untuk mengajak Anda berkeliling sebentar lalu mengantarkan Anda ke kamar Anda," jelas Sasuke membuat Sakura memunculkan perempatan siku di keningnya.
"Kau benar-benar akan bersikap sebagai Jenderal Angkatan Darat Kaisar itu?" tanya Sakura ketika melihat Sasuke yang begitu patuh dengan perintah itu.
"Anda memanggil saya begitu," sahut Sasuke.
"Kau marah karena itu?" tanya Sakura.
"Bukan," sahut Sasuke membuat Sakura menyipitkan matanya, menatap laki-laki itu dengan pandangan penuh selidik.
"Jadi kau benar-benar marah? Kenapa?" tanya Sakura tanpa sadar telah memasuki sebuah rumah kaca dengan begitu banyak bunga di dalam sana.
"Sudah sampai," ucap Sasuke membuat Sakura tersadar, menghentikan langkah kakinya dan mulai melihat ke sekelilingnya menyadari bahwa ia berada di dalam rumah kaca yang dipenuhi tanaman bunga.
"Tempat apa ini?" tanya Sakura.
"Tempat ini adalah rumah kaca yang Kaisar hadiahkan kepada Nona Sakira," ucap Sasuke membuat Sakura menyipitkan matanya sambil melihat ke sekeliling.
"Hanya untuk mendapatkan hal tak berguna ini dia sampai rela mati digantung sebagai pemberontak kekaisaran sebelumnya? Benar-benar naif," ucap Sakura sambil tersenyum remeh.
Sasuke membalikkan tubuhnya, menatap Sakura yang kini berada di hadapannya. "Nona Sakira hanya mencintai Yang Mulia Kaisar."
"Cinta yang naif dan manipulatif," ucap Sakura mendeskripsikan perasaan cinta yang dianggapnya sebagai perasaan yang naif dan manipulatif.
"Anda tak akan melakukan hal bodoh karena cinta?" tanya Sasuke membuat Sakura mendongakkan kepalanya, menatap Sasuke yang lebih tinggi darinya.
"Tentu saja," sahut Sakura.
"Perasaan seperti itu bukan sesuatu yang bisa Anda kendalikan. Jika Anda menjadi Calon Permaisuri, Anda mungkin saja jatuh cinta kepada Kaisar," ucap Sasuke membuat Sakura yang mendengarnya mendengus geli.
"Apakah di matamu aku adalah perempuan yang seperti itu?" tanya Sakura dengan remeh sementara Sasuke terdiam, tak tahu apa jawaban dari pertanyaan itu.
"Aku bukan seseorang yang perasaannya mudah goyah," ucap Sakura hingga Sasuke menatapnya serius.
"Namun bukankah selalu ada pengecualian," sanggah Sasuke membuat Sakura tersenyum miring seraya memiringkan kepalanya.
"Benar, selalu ada pengecualian namun pengecualian itu hanya satu," jelas Sakura membuat Sasuke kali ini mengerutkan keningnya.
"Bagaimana maksud Anda?" tanya Sasuke yang tengah kebingungan, tak mengerti dengan jelas apa arti kalimat yang baru saja Sakura katakan sebagai penjelasan kepadanya itu.
"Jika ada pengecualian dimana aku jatuh cinta maka pengecualian itu hanya satu dan satu-satunya yang berhak untuk menentukan siapa pengecualian itu adalah aku," ucap Sakura menatap Sasuke yang terdiam mendengarnya, masih berusaha mencerna arti dari kalimat itu.
"Saya masih tidak mengerti apa yang Grand Duchess maksud," ucap Sasuke terang-terangan karena ia memang tidak mengerti apa yang tengah Sakura jelaskan kepadanya.
Sakura tersenyum tipis mendengar ucapan Sasuke yang masih tidak mengerti apa yang ia coba ucapkan. "Pengecualian itu adalah kau. Jika aku jatuh cinta, maka kaulah orang yang aku pilih."
"Hal seperti itu bukanlah hal yang bisa Anda tentukan seenaknya, bukan sesuatu yang bisa Anda kendalikan," ucap Sasuke sambil memalingkan wajahnya, menyembunyikan rona merah tipis di wajahnya.
Sasuke yang tampak menggemaskan dengan wajah merona itu membuat tangan Sakura terangkat, mengelus pipinya yang memerah. "Karena kau datang lebih dulu maka pengecualian itu ada."
•••
To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Revenge
FanficSakura si ahli strategi berkepala licik dan kejam memasuki Ibukota Kekaisaran Baston dengan skema rumit guna membalaskan dendamnya atas kematian saudari kembarnya yang mati digantung sebagai pemberontak kekaisaran yang menggulingkan kekaisaran sebel...