Pintu kereta kuda itu terbuka, memperlihatkan Sakura yang tampak anggun dan menawan dalam balutan gaun yang sama yang ia kenakan ketika menghadiri pesta dansa penyambutannya. Sementara Sasuke mengulurkan tangannya, di depan pintu kereta kuda itu. "Ayo Grand Duchess."
Kalimat ajakan itu membuat Sakura tersenyum tipis, meletakkan telapak tangannya yang dingin di atas telapak tangan hangat yang lebih besar dibandingkan telapak tangannya. Sasuke menggenggam tangan itu, dengan hati-hati menuntunnya untuk turun dari kereta kuda.
Suara bisikan mulai terdengar ketika Sasuke dengan hati-hati menuntun tangan Sakura untuk melingkar di lengan kekarnya. Suara jeritan iri dalam hati itu rasanya sampai pada Sakura saat melihat tatapan-tatapan para perempuan bangsawan di sana. Sakura akhirnya menyadari bahwa ternyata Sasuke cukup populer.
Sakura pun sedikit mendongakkan kepalanya, menatap laki-laki yang jauh lebih tinggi dibandingkannya itu. Rasanya cukup wajar jika laki-laki itu populer di kalangan perempuan bangsawan. Lihatlah betapa sempurnanya ia dengan rambut hitam kelam, mata yang sedikit sipit namun tajam dan bola mata onyx hitam kelam yang memikat. Belum lagi jika melihat hidung mancung dan rahang tegasnya, siapa yang tidak tergila-gila kepadanya? Dengan tubuh tinggi, tegap dan perut atletis yang tersimpan dibalik pakaian jenderalnya itu. Laki-laki itu lebih dari kata sempurna, ditambah fakta bahwa dirinya adalah satu-satunya keturunan Raja Kerajaan Navier yang melegenda.
"Grand Duchess fokuslah," ucap Sasuke sedikit salah tingkah karena Sakura menatapnya dalam waktu yang begitu lama.
"Oh," sahut Sakura mengalihkan pandangannya, menatap Naruto yang kini berdiri di atas podium Kekaisaran, menyampaikan pidato sekaligus membuka acara itu.
Suara terompet terdengar nyaring usai pidato panjang itu. Sementara Sasuke akhirnya meninggalkannya karena harus berjaga. Acara yang diadakan di alam terbuka itu membuat para ksatria harus berjaga ekstra, takut-takut terjadi hal yang tidak diinginkan apalagi sampai memalukan Kekaisaran.
Di tengah-tengah keramaian itu pun Sakura seorang diri, tak ada satupun orang yang berani menyapanya antara mereka takut atau tak menganggap keberadaannya. Hingga Hinata menghampirinya.
"Salam Grand Duchess Emerald," ucap Hinata sambil memiringkan kepalanya, tersenyum sinis kepada Sakura membuat Sakura menatapnya.
Sakura tersenyum tipis sambil sedikit membungkukkan tubuhnya. "Salam Lady Hyuga."
"Oh kau tahu aku?" tanya Hinata berbicara dengan bahasa yang santai kepadanya. Padahal jelas-jelas mereka berada di level yang berbeda.
Meskipun Hinata merupakan putri dari seorang Marquess itu bukan hal yang bisa membuat ia berkedudukan tinggi. Selama masih seorang putri ia bukan apa-apa, sekalipun ia mengambil alih posisi kepala keluarga dan menjadi seorang Marchioness, ia masih berada jauh dibawah dibandingkan Sakura yang bergelar Grand Duchess, sebuah gelar yang berada di bawah Raja dan Ratu lalu di bawah Kaisar dan Permaisuri.
"Tentu saya mengenal Anda Lady, bukankah kecantikan Anda sudah melegenda bahkan sering kali terdengar di Wilayah Utara." Jawaban Sakura membuat Hinata tertawa pelan, merasa senang dengan pujian itu.
"Kau juga cantik Grand Duchess dan sepertinya Grand Duchess sangat menyukai gaun itu," ucap Hinata dengan senyuman meledek.
Dalam hati Sakura tersenyum bagaikan iblis, melihat perempuan yang yang begitu angkuh di hadapannya. Pertanyaan itu bukan sebuah pertanyaan yang tidak Sakura ketahui maknanya, jelas perempuan itu mengkritiknya karena mengenakan pakaian yang sama namun itulah tujuannya, terlihat lemah dan tak berdaya di depan lawan lalu menusuknya diam-diam.
"Sebenarnya saya dari Wilayah Utara ada sebuah urusan kemari, jadi saya tidak membawa begitu banyak gaun Lady," jawab Sakura membuat Hinata menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
"Begitu rupanya," ucap Hinata pura-pura tidak tahu, menunjukkan senyuman sinis yang tertutupi oleh telapak tangannya.
"Oh Lady Hyuga." Ino tiba-tiba muncul dari belakang tubuh Sakura membuat Hinata tampak terkejut melihatnya.
"Lady Yamanaka," ucap Hinata.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ino dengan tenang saat dimana ia berdiri di sisi Sakura, menatapnya dengan tatapan yang merendahkan.
"Aku hanya bicara dengan Grand Duchess Emerald," jawab Hinata membuat Ino tertawa terbahak-bahak sampai air mata disudut matanya keluar.
Ino mengangkat tangannya, menyeka air mata di sudut matanya sambil menatap Hinata. "Maafkan aku Lady namun aku merasa begitu lucu, kudengar Keluarga Marquess Hyuga memiliki seorang Guru Besar yang mengajarkan cara bersikap dengan benar. Oh, bukankah kau juga diajari untuk menjadi seorang Permaisuri? Bagaimana ini? Pasti Guru Besar itu telah gagal mendidikmu."
"Lady Yamanaka." Hinata mengepalkan tangannya saat melihat Ino yang tampak begitu senang merendahkannya.
"Lady, aku bisa memaklumi ketidaksopananmu kepadaku yang merupakan Putri Duke Yamanaka namun bagaimana bisa kau bersikap tidak sopan kepada Grand Duchess Emerald? Seseorang yang gelarnya jauh melambung tinggi di atas gelarmu yang bahkan hanya seorang Lady?" ucap Ino dengan pandangan mengejek.
"Cih." Hinata berbalik usai mendengar ucapan Ino yang merendahkannya, tak ingin dipermalukan lebih lama lagi oleh perempuan bagai rubah itu.
°°°
Sakura mendudukkan dirinya bersandar pada sebuah pohon rindang, menatap danau yang luas di hadapannya dengan tenang. Akhirnya ia bisa bebas dari keramaian yang membuat ia merasa sedikit pusing dan tidak nyaman.
"Grand Duchess?" Suara panggilan itu membuat Sakura menolehkan kepalanya dengan terkejut, melihat Gaara yang tiba-tiba sudah berdiri tak jauh darinya.
"Menteri Istana?" ucap Sakura kaget sementara Gaara tersenyum tipis, mendudukkan dirinya di samping Sakura.
"Pemandangan yang indah bukan?" tanya Gaara sambil memandangi danau di hadapannya membuat Sakura melakukan hal yang sama.
Sakura menganggukkan kepalanya pelan lalu kembali menatap laki-laki itu. "Mengapa Anda tidak berkunjung ke kediaman saya?"
Kata-kata itu sontak membuat Gaara menolehkan kepalanya, bertatapan dengan manik emerald hijau di hadapannya yang menatapnya dengan tatapan penuh tanya.
"Apakah Anda menunggu saya?" tanya Gaara.
Sakura menganggukkan kepalanya pelan. "Tentu saja saya menunggu Anda, saya selalu ingin menepati janji yang saya buat bersama orang lain."
"Maafkan saya, saya akhir-akhir ini sedikit sibuk sehingga saya belum punya waktu berkunjung ke kediaman Grand Duchess Emerald. Saya akan berusaha mengosongkan jadwal," ucap Gaara membuat Sakura yang mendengarnya hanya menganggukkan kepalanya.
"Grand Duchess, saya punya pertanyaan," ucap Gaara tiba-tiba membuat Sakura menatapnya, menantikan pertanyaan yang ingin laki-laki itu tanyakan.
"Apakah Grand Duchess begitu ingin menjadi seorang Permaisuri? Apakah Grand Duchess jatuh hati kepada Yang Mulia Kaisar?" tanya Gaara dengan dua pertanyaan sekaligus.
Sakura menundukkan kepalanya, tersenyum tipis lalu mendongakkan kepalanya dan menatap danau di hadapannya. "Saya datang kemari bukan untuk hal seperti itu namun saya juga tidak bisa menolak perintah Kaisar."
"Jadi Grand Duchess Emerald tidak menyukai Yang Mulia Kaisar?" tanya Gaara memastikan sekali lagi namun Sakura hanya memilih diam dan tidak menjawabnya.
"Apakah cinta itu penting bagi kami yang terlahir sebagai seorang bangsawan? Semua pernikahan pada akhirnya hanyalah hubungan politik semata," ucap Sakura membuat Gaara menatapnya nanar, seolah mengetahui pasti jawaban dari pertanyaan itu.
"Apakah Menteri Istana menyukai saya?" Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Gaara terkejut, tak menyangka perempuan itu akan menanyakan hal seperti itu dengan begitu tiba-tiba sambil menatapnya, membuat jantungnya berdebar tak karuan.
Gaara terdiam tak menjawab, lebih memilih menjatuhkan kepalanya di atas paha Sakura lalu menatap perempuan merah muda itu dari bawah. "Grand Duchess begitu indah seperti bunga musim semi yang bermekaran."
•••
To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Revenge
ФанфикSakura si ahli strategi berkepala licik dan kejam memasuki Ibukota Kekaisaran Baston dengan skema rumit guna membalaskan dendamnya atas kematian saudari kembarnya yang mati digantung sebagai pemberontak kekaisaran yang menggulingkan kekaisaran sebel...