Chapter 07: Party Attended by Rebels

1.8K 317 10
                                    

Pintu besar aula istana terbuka, membiarkan sepatu pantofel yang dikenakan laki-laki berambut hitam gelap itu memasukinya. Wajah tampan dari laki-laki yang bergelar sebagai Jenderal Angkatan Darat Kekaisaran Baston itu kembali menjadi sorotan.

Sasuke berjalan dengan tenang di tengah lautan manusia yang menikmati pesta penyambutan Grand Duchess Emerald dari Wilayah Utara di saat bahkan pemilik acara itu belum berada di tempatnya.

Sasuke berlutut saat dirinya berada di posisi yang tepat untuk berlutut, di hadapan sang Kaisar yang duduk di kursi kebesarannya. "Sasuke de Raiden menghadap Yang Mulia Kaisar, semoga sinar matahari terus menyinari Baston."

"Berdirilah untuk berada di sisiku Jenderalku." Kata-kata yang bagaikan perintah itu membuat Sasuke menegakkan tubuhnya, berdiri tegap di hadapannya Kaisar Baston itu. Dengan tenang laki-laki itu pun akhirnya berdiri di sisi laki-laki berambut kuning itu.

"Saya mendengar Grand Duchess Emerald sudah menerima undangan sebagai Calon Kandidat Permaisuri," ucap Sasuke membuat Naruto menganggukkan kepalanya.

"Pemilihan Permaisuri sudah disiarkan," ucap Naruto menambahi ucapan Sasuke dengan tenang. Sasuke yang mendengarnya pun akhirnya menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu saya akan segera pergi ke Kuil dan menemui Uskup Agung Orochimaru, memintanya sebagai penilai dalam pemilihan itu," ucap Sasuke dengan tenang.

Tiba-tiba pintu ruangan itu kembali terbuka, kali ini menampilkan sosok Sakura dalam balutan gaun hitam yang mewah bersama Kakashi yang menggandeng tangannya memasuki aula istana. Suara decak kekaguman itu pun terdengar ketika mereka semua melihat paras indah dengan wajah dingin dan tegas itu.

"Saya akan bergerak Yang Mulia," ucap Sasuke membuat Naruto hanya meliriknya, membiarkan ia berjalan melewati Sakura yang berjalan untuk menghadap sang Kaisar.

Sakura dan Kakashi akhirnya berlutut, menghadap Naruto yang masih setia di kursi kekaisarannya itu, memperhatikan dua orang yang baru saja masuk namun sudah menjadi pusat perhatian sama halnya seperti Sasuke sebelumnya.

"Haruno Sakura, Grand Duchess Emerald of the Northern Territory menghadap Yang Mulia Kaisar, semoga sinar matahari terus menyinari Baston," ucap Sakura.

"Hatake Kakashi menghadap Yang Mulia Kaisar, semoga sinar matahari terus menyinari Baston," ucap Kakashi.

Naruto tersenyum ketika dirinya melihat Sakura, perempuan yang tampak begitu indah dalam balutan gaun hitam itu. Andai saja perempuan itu mengenakan gaun dengan warna yang lebih cerah mungkin Naruto aku mengiranya sebagai Sakira.

"Berdirilah," ucap Naruto dengan suara yang sedikit lebih tenang, masih menatap perempuan di hadapannya itu hingga perempuan itu dan Kakashi berdiri.

"Apakah kau bersedia berdansa denganku Grand Duchess?" Pertanyaan yang menjadi sebuah ajakan itu membuat Sakura mendongakkan kepalanya, menatap Naruto yang duduk lebih tinggi di bandingkan lantai marmer Istana yang ia tapaki.

Sakura tersenyum tipis, membungkukkan sedikit tubuhnya dengan anggun. "Sebuah kehormatan bagi saya Yang Mulia."

Naruto tersenyum, bangkit dari kursi Kekaisaran dan mulai berjalan menuruni tangga. Gerakan Kaisar itu menjadi sorotan membuat seisi Aula Istana itu diselimuti keheningan. Hingga laki-laki dengan rambut kuning itu mengulurkan tangannya, membungkukkan sedikit tubuhnya penuh rasa hormat.

Sakura mengulurkan tangannya, meletakkan telapak tangan lembutnya di atas telapak tangan Naruto yang sendari tadi menunggu telapak tangannya. Hingga dirasa tangannya digenggam, dibawa menuju ke tengah-tengah aula istana.

Musik kembali terdengar saat Naruto meletakkan tangannya pada pinggang ramping Sakura, menggerakkan tubuhnya sesuai dengan irama musik yang mengalun dengan indah.

Naruto memejamkan matanya sesekali, mencium aroma manis seperti cherry yang menusuk masuk ke dalam indra penciumannya. "Grand Duchess."

"Ya, Yang Mulia?" sahut Sakura menatap manik sapphire indah milik laki-laki bergelar Kaisar itu.

Waktu terasa terhenti bagi Naruto ketika dirinya melihat emerald hijau perempuan itu, sebuah manik indah yang mengingatkannya pada Sakira membuat rengkuhan pada pinggang ramping itu semakin erat. "Sakira."

"Yang Mulia?" Sakura menatapnya dengan tatapan bingung sementara Naruto menatapnya dengan tatapan berkaca-kaca.

"Yang Mulia?" Sakura memanggilnya sekali lagi menyadarkan Naruto dari dejavu yang ia rasakan. Sekilas laki-laki itu memejamkan matanya sejenak sebelum ia menatap perempuan yang sedang berdansa dengannya itu.

"Maafkan aku Grand Duchess, entah kemana pikiranku," ucap Naruto membuat Sakura tersenyum tipis.

Naruto menatap Sakura sambil terus mengikuti alunan masuk dansa, menikmati waktunya bersama perempuan itu. "Grand Duchess?"

"Ya, Yang Mulia?" ucap Sakura masih dengan senyuman tipis, berusaha menutupi rasa kesal di hatinya karena laki-laki itu terus saja memanggilnya tanpa mengatakan apa-apa.

"Dari yang kudengar kau sering mengunjungi Rumah Kaca, kau menyukainya?" tanya Naruto dengan lembut.

"Tempat itu begitu indah, saya tak menyangka jika Yang Mulia bisa begitu lembut dan pengertian hingga membuat Rumah Kaca yang indah di Istana," ucap Sakura membuat Naruto menundukkan kepalanya, menatap sepatu pantofelnya dan sepatu hak tinggi yang dikenakan perempuan itu.

"Apakah Yang Mulia membuatnya untuk seseorang?" tanya Sakura dengan hati-hati membuat Naruto mendongakkan kepalanya, memberhentikan gerakan dansanya dan membuat Sakura kaget.

"Yang Mulia? Apakah saya salah bicara?" tanya Sakura dengan wajah khawatirnya.

Naruto menggelengkan kepalanya, kembali menggerakkan tubuhnya mengikuti alunan masuk dansa. "Maafkan aku, aku hanya terkejut mendengar pertanyaan itu."

"Maafkan saya Yang Mulia," ucap Sakura dengan hati-hati membuat Naruto tersenyum mendengarnya, sekali lagi menatap perempuan merah muda itu.

"Aku membuatnya untuk seseorang yang seperti kau Grand Duchess," jawab Naruto pada akhirnya membuat Sakura sedikit tersipu malu.

"Bagaimana dengan bunga yang Grand Duchess senangi? Saya akan meminta seseorang untuk menanamnya di Rumah Kaca," tanya Naruto membuat Sakura tersenyum mendengarnya.

"Bisakah Yang Mulia melakukan itu untuk saya?" tanya Sakura membuat Naruto segera menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, bisakah Yang Mulia menanam bunga lavender di Rumah Kaca? Saya ingin melihat bunga lavender yang indah di sana," pinta Sakura membuat Naruto tersenyum mendengarnya.

Musik berhenti membuat keduanya berhenti berdansa hingga Naruto sedikit memundurkan tubuhnya. Laki-laki dengan manik sapphire indah itupun membungkukkan tubuhnya, mengecup punggung tangan Sakura dengan rasa hormat, sebuah gerakan yang membuat semua orang kini menatapnya.

"Aku akan menuruti semua keinginanmu Grand Duchess," ucap Naruto melepaskan tangan Sakura membuat Sakura tersenyum.

"Terimakasih Yang Mulia," ucap Sakura dengan senyuman yang lebih lebar dari sebelumnya.

Melihat senyum itu jantung Naruto berdebar, merasa melihat Sakira di depannya. Naruto tak bisa menahan dirinya lagi, laki-laki itu lantas menarik tubuh perempuan itu, mendekapnya begitu erat. "Sakira."

Suara yang terdengar rapuh dengan kerinduan mendalam itu membuat Sakura tersenyum, merasa senang melihat laki-laki itu bergelut dengan perasaannya sendiri.

"Yang Mulia, ada apa?" Sakura bertanya dengan suara yang terdengar begitu terkejut, menyadarkan Naruto dari apa yang baru saja dia lakukan.

Naruto melepaskan dekapannya, melihat Sakura yang tampak kebingungan. "Maafkan aku Grand Duchess, aku tidak bermaksud untuk melakukan itu."

•••

To be continued
Signed with love from your beloved Bie, YourBie♡

The Villain's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang