"Bahan meeting-nya sudah siap, Ta?"
Sejak tadi, wanita berusia 36 tahun itu sibuk sekali mempersiapkan laporan yang akan mereka diskusikan bersama tim finance. Penentuan untuk anggaran promosi dan titik sasar yang dituju oleh tim yang dinaungi Jagad hanya tinggal selangkah lagi. Itu sebabnya Tata tak bisa melepaskan begitu saja segala macam rangkuman meeting sebelumnya, tanpa ia periksa lebih teliti.
"Sedikit lagi, Pak," kata Tata tanpa melepas tatapan matanya dari layar komputer. Bukan bermaksud untuk tak sopan, tetapi ia bisa teralih fokusnya. Data yang tengah ia periksa harus dalam keadaan sempurna untuk presentasi babak akhir.
Jagad memahami cara kerja Tata. Tak merasa tersinggung atau terabaikan lantaran anak buahnya menjawab tanpa menatap matanya. Itu menunjukkan dedikasi yang tinggi dari seorang Semesta untuk pekerjaan yang digelutinya.
"Oh iya, Ta, selepas meeting nanti kita ada undangan makan siang dengan BoD."
Ucapan ini yang membuat Tata mengangkat matanya. Sedikit membenahi posisi kacamatanya, lalu membalas perkataan Jagad.
"Di mana, Pak? Saya harus bilang suami dulu."
Jagad tersenyum. "Le Meridien. Kemungkinan sampai jam tigaan. Setelahnya kita kembali ke kantor untuk dirangkum, Jumat kita meeting dengan Sudar dan tim."
Kening Tata berkerut. "Ini ... makan siang terselubung?"
Untuk kali ini, Jagad tertawa.
"Ya. Ada petinggi Human Greetness. Brand baru. Mereka minta slot promo cukup besar."
"Oh, proyek yang dikerjakan tim Sudar?" Tata memastikan proyek yang akan dibahas.
"Iya." Jagad menyerahkan satu berkas lagi pada Tata. "Kamu pasti sudah pelajari, kan?"
"Sebagian."
"Menurut kamu?"
Jagad sedikit menarik kursi yang ia duduki. Diskusi dengan wanita ini memang menyenangkan. Biasanya dilakukan di ruangannya, tetapi karena ada satu laporan yang Tata masih harus periksa, bagi Jagad tak pernah jadi soal kalau mereka diskusi di ruang wakilnya ini.
"Bagus, sih, Pak. Tapi saya tambah untuk poin harga. Mereka tawarkan cukup tinggi, tapi kualitasnya kurang bisa bersaing dengan brand Youtness, Pak. Mereka bawa sampel beberapa T-shirt dan hoodie. Kami bandingkan dengan pesaing yang ada. Semua brand yang kerja sama dengan ShopaShop itu, kan, money oriented. Jangan sampai sudah bayar mahal ke kita, tapi ternyata jumlah checkout buyer sedikit."
Jagad mengangguk pelan.
"Sudar sudah bicara dengan tim Human Greetness. Baru sebatas itu saja, Pak," imbuh Tata.
"Mungkin makan siang ini membahas lanjutannya."
"Bisa jadi." Tata kembali menatap layarnya. Ia tak bisa terlalu lama menjeda pekerjaannya.
"Kita meeting satu jam lagi, kan? Sebelum dimulai, saya cek dulu." Jagad pun bangkit dari duduknya. "Saya tunggu, ya, Ta."
"Baik, Pak."
Sampai punggung lebar milik Jagad menghilang dari balik pintu, wanita itu sama sekali bergeming dari layar yang kini memenuhi matanya. Si bos penyuka kesempurnaan. Adalah harga mati yang akan dikejar pria itu mengenai masalah pekerjaan. Beruntung ia bisa mengimbangi kegilaan sang bos yang terkadang memang menyebalkan.
Satu kebiasan yang tak pernah luput dari sosok Jagad. Tak peduli betapa repot Tata mengoreksi laporan, pria itu akan bertanya follow up berbagai macam proyek. Konsentrasi yang cukup tinggi dibutuhkan untuk menjawab sekaligus mengerjakan laporan di waktu yang bersamaan. Hebatnya, si bos tak butuh lembar grafik perkembangan masing-masing proyek untuk sekadar mengingat, apa yang sudah dicapai dan mana yang membutuhkan perhatian khusus.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAGAD UNTUK SEMESTA
Romance[Repost] . Blurb : Sulit akur dengan mertua, berdebat terus dengan ipar satu-satunya, diperparah pria berlabel suaminya itu ... ibarat kepala dilepas ujung kaki digelayuti, membuat Semesta terus menerus memupuk sabar. Sampai cintanya yang tulus diha...