Keping 26

2.3K 400 103
                                    

Jagad menyugar rambutnya perlahan. Meski begitu, ia biarkan angin malam kembali mengacaknya. Terpejam hanya demi untuk menetralkan gemuruh amarahnya yang tadi sempat ia lontarkan.

"Minum dulu, Pak."

Suara itu membuat Jagad mendongak. "Terima kasih, Ta," katanya setelah agak ragu. Segera saja ia buka tutup botol mineral itu tanpa ada kesulitan. Diteguknya beberapa kali sampai ia merasa amarah yang ada berkurang jauh sekali.

Sementara sang pemberi hanya tersenyum tipis lalu memberanikan diri untuk duduk di samping sang pria. "Tadi itu ..." Agak takur sebenarnya untuk ia bertanya tapi rasa penasarannya sudah terlanjur terekspos dengan kata-kata barusan.

"Ibunya Echa," tukas Jagad pelan. Hampir setengah isi botolnya tandas ia minum. "Maaf sudah membuat kamu takut tadi."

Tata terkekeh. "Sepertinya yang takut itu Echa."

"Kamu benar," Jagad menatap lurus area di depannya. Resort tempat mereka menginap di Bali berdekatan dengan pantai. Dan di sinilah mereka malam ini. Debur ombak yang menyentuh bibir pantai dijadikan peneman di antara mereka. Tak ada yang bersuara baik Tata juga Jagad. Di mana memori Tata kembali terpusat pada kejadian yang belum lama berselang.

Soft lauching tadi tak terlalu lama mereka hadiri. Setidaknya bagi Tata lantaran mendadak Jagad mengajaknya pulang. Ia pikir telah terjadi sesuatu yang mana membuat Jagad tak lagi santai seperti sebelumnya. Bahkan tak segan sedikit menaikkan nada suaranya saat supir lambat melajukan mobil.

Begitu tiba di pelataran hotel, tanpa banyak kata Jagad langsung turun begitu saja. Setengah berlari menuju lobby di mana Tata kebingungan jadinya. Benar dugaan Tata, sesuatu telah terjadi. Tapi apa? Maka Tata pun melakukan hal yang sama. Namun jawaban yang Tata dapatkan setelahnya membuat wanita itu terkejut.

Baru kali ini Tata benar-benar melihat seorang Jagad marah. Sangat marah.

"Mau apa kamu ke sini, hah?!" Jagad segera menarik lengan wanita yang cantik mengenakan dress putih berpotongan dada rendah itu. "Pergi!"

Seolah tak punya sedikit rasa takut, cekalan Jagad ditepis begitu saja. Sorot sang wanita juga tanpa ragu menantang Jagad. "Echa anakku. Aku berhak bertemu dia!"

"Oh!" Jagad tertawa sumbang. "Hak? Apa hakmu setelah meninggalkannya empat tahun lalu? Anakmu," tunjuk Jagad pada Echa yang terlihat mulai histeris. "Echa yang kamu sebut anakmu, kamu tinggal begitu saja? Pikir, Yu! Pikir!"

Seorang petugas keamanan hotel langsung menghampiri mereka yang berkerumun di salah satu sudut lobby. Tata yang berdiri di belakang Jagad hanya bisa meraba situasi apa yang tengah terjadi malam ini.

"Maaf, Pak. Jangan berbuat keributan di sini."

Jagad memejam kuat. Rahangnya mengetat. "Usir wanita ini!"

"Aku ibunya Echa, Jagad! Aku berhak bertemu!" Rahayu mana mau kalah. "Ikut Mami, Cha!" Ia pun menarik lengan Echa yang sejak tadi berdiri dengan kaki gemetaran. Sorot matanya juga ketakutan mungkin karena mendengar suara di sekitarnya yang berteriak-teriak.

Yang bisa Echa lakukan adalah menangis sekeras mungkin. Ditambah mulai memukuli kepalanya dengan kuat. "Echa tidak mau! Tidak!"

"Ayo!!!" Rahayu benar-benar tak peduli kalau Echa berubah histeris. Ini satu-satunya kesempatan untuk membawa Echa pergi. Adanya Echa di sisinya, bisa membuat ia kembali berjaya. Tak akan ia sia-siakan begitu saja. Jagad akan kembali tunduk padanya kalau Echa bisa ia rayu. Tak ada yang sulit dari merayu anak sendiri, kan?

"Daddy!!!"

Jagad kalap.

Dilepasnya cekalan tangan itu dengan kuat. Tak peduli kalau Rahayu nantinya terluka karena dorongan yang ia buat. Yang ada di pikirannya hanya Echa. "Saya bilang usir wanita ini!!!" Jagad langsung menggendong Echa. "Lihat? Wanita ini mau menculik anak saya! Kalau saya enggak datang tepat waktu, saya salahkan management hotel ini yang enggak bisa menjaga keamanan pengunjungnya!"

JAGAD UNTUK SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang