"Masuk!" kata seseorang dari dalam ruangan. Ia tak butuh mengangkat matanya dari deret laporan yang tengah diperiksa. Suara tadi sudah menjelaskan siapa sosok yang memasuki ruangan yang didominasi putih dan abu-abu ini.
"Untuk kuartal dua sudah selesai saya periksa." Tangan berkulit putih itu terjulur sembari meletakkan satu berkas yang memang dibutuhkan. "Enggak ada yang mencurigakan."
Ucapan itulah yang membuat si pemilik ruangan menghentikan kegiatannya. Sampai kacamata yang ia kenakan, dilepas. Ada desah pelan di tengah mereka. "Yakin?"
"Iya, Pak," sahut sang wanita. "Tapi," sekali lagi, tangan itu kembali terjulur meletakkan satu berkas dengan map yang berbeda, "kecurigaan Bapak ada di laporan kuartal tiga. Sudah saya tandai semua yang Bapak minta."
Seringai tipis serta wajah yang tampak puas akan hasil yang dibawa, jelas tercetak di sana.
"Bagus." Ia pun segera mengambil berkas yang tadi diserahkan. "Saya cek dulu. Kamu siapkan meeting sore ini."
"Harus sore ini meeting-nya, Pak?"
Jagad menatap lurus sang wanita. "Ada yang salah?"
"Dari jadwal yang saya tahu, divisi keuangan ada rapat membahas anggaran untuk promosi bulan ini."
"Besok agenda saya sudah berbeda, Ta," kata Jagad pelan. "Kamu tahu, kan?"
Tak perlu kata, Semesta tahu semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan Jagad. Sebagai tanggapan, ia hanya mengangguk sekilas.
"Jangan menunda terlalu lama. Toh, anggaran mereka juga berasal dari keputusan saya, kan?"
Apa yang Jagad katakan memang benar.
"Siapkan saja bahan materinya. Nanti biar saya yang bicara dengan Bu Tety mengenai meeting sore."
"Baik, Pak."
Tata pun bersiap untuk keluar dari ruangan sang bos. Ia merasa tak punya kepentingan lain untuk berlama-lama di sini. Masih banyak yang harus dikerjakan meski kesempatan untuk sekadar memperhatikan bagaimana pria berlabel hot duda itu, Tuhan pahat demikian sempurna.
Siapa yang tak mengenal Jagad Adi Bhayangkara? Namanya terkenal sampai penjuru pantri ShopaShop karena ketampanannya. Belum lagi sikapnya yang tak banyak bicara, tegas serta brilian. Oh ... tak lupa, statusnya sebagai single parent pun resmi membuat Jagad menjadi idola para wanita di ini.
Apa hal itu juga berlaku untuk Tata? Tentu saja tidak. Pikiran Tata selurus jalan tol. Berangkat kerja, tiba di kantor, bercumbu mesra dengan banyaknya deret angka dan analisis kemajuan produk, lalu pulang. Hanya itu.
Maka ketika ada yang berkata, "Ta, kamu beruntung banget bisa ada di dekat Pak Jagad. Bisa fresh terus pikirannya." Tata pun kebingungan. Selama tujuh tahun bekerja bersama atasannya, ia tak pernah memiliki pemikiran seperti itu. Pria itu bergabung dengan ShopaShop di saat ia genap bekerja di sana kurang lebih empat tahun lamanya.
"Oh iya, Ta."
Jagad kembali bersuara. Sosok wanita yang tadi ada di depannya, menghentikan langkah. Mungkin satu atau dua langkahnya lagi sudah mencapai pintu ruangan.
"Ya, Pak?"
"Minggu depan ada dinas ke Medan. Surat izinnya sudah saya e-mail. Tapi sepertinya kamu enggak bisa, ya?" Jagad tersenyum tipis.
"Itu," Tata mengerjap pelan, "saya bicara dulu dengan suami saya, Pak."
"Jangan jadikan beban, Ta. Saya mengerti." Jagad masih memasang senyum itu di bibir. "Asal kamu bantu saya dari rumah seperti biasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
JAGAD UNTUK SEMESTA
Roman d'amour[Repost] . Blurb : Sulit akur dengan mertua, berdebat terus dengan ipar satu-satunya, diperparah pria berlabel suaminya itu ... ibarat kepala dilepas ujung kaki digelayuti, membuat Semesta terus menerus memupuk sabar. Sampai cintanya yang tulus diha...