Tata sedikit mendorong punggung Jagad. "Pak, please ... kalau Bapak enggak berangkat sekarang, nantinya terlambat tiba di grand opening. ShopaShop ada di bahu Bapak, lho.""Tapi, Ta," Jagad sedikit berkelit. "Saya benar-benar enggak enak sama kamu."
"Kenapa mesti enggak enak?" Tata berdecak. "Sudah, lebih baik Bapak bergegas. Biar Echa sama saya. Toh ada Merry."
Jagad sekali lagi menghela panjang. Matanya tertumbuk pada sang putri yang terbaring memeluk Holy; boneka beruang bertopi merah kesayangannya. Di keningnya ada sebuah plester penurun panas. Sejak jam dua dinihari, suhu tubuh Echa mulai tinggi. Membuat Merry khawatir sampai memberanikan diri mengetuk pintu kamar Jagad. Akhirnya mereka berdua tak bisa kembali terpejam lantaran kondisi Echa.
Sementara hari ini dijadwalkan, Jagad serta Tata harus menghadiri grand opening Jiayi di salah satu mall di Denpasar.
"Kabari saya segera kalau ada apa-apa."
"Iya, Pak."
"Merry, jangan terlalu banyak merepotkan Bu Tata," pesannya pada sang pengasuh. Merry segera mengangguk patuh.
"Semoga saja keadaan Echa segera membaik." Hanya itu yang Jagad harap sebelum melangkah keluar dari kamar Echa. "Saya minta maaf sudah merepotkan kamu."
"Iya, Pak." Tata tersenyum saja.
"Saya pamit kalau begitu. Semoga acaranya juga enggak terlalu lama."
Tata diam saja. Kalau ditanggapi, sang bos tak akan segera kamar. Bukan apa, nama ShopaShop dalam grand opening Jiayi ini cukup berpengaruh. Kalau sampai Jagad tak bisa hadir lantaran Echa yang mendadak demam, akan jadi apa mereka bertemu Pak Jimmy sekembalinya ke Jakarta nanti? Maka yang bisa Tata lakukan adalah mengalah. Terutama saat Echa tak mau lepas darinya. Padahal niat aslinya memastikan sang bos berangkat tepat waktu bersamanya setengah jam lalu.
Selepas kepergian Jagad, Tata kembali memperhatikan bagaimana gadsi kecil itu terlelap. Pejamnya terlihat damai sekali. meski ada titik peluh di sekitar dahinya, tapi tak sampai mengganggu tidurnya kali ini. mungkin karena pengaruh obat penurun panas yang baru Merry berikan, atau juga karena lelah beberapa jam belakangan ia hanya menangis sesegukan saja. Merry yang menceritakan bagaimana kondisi Echa pada Tata.
"Saya pesankan sarapan untuk Ibu, ya."
Tata tersenyum tipis. "Boleh. Sekalian sama kamu juga, Mbak Merry. Jangan sampai kamu juga sakit."
"Biasanya juga Echa happy banget kalau diajak dinas sama Bapak."
Kening Tata berkerut. "Echa sering ikut Pak Jagad?"
"Sering, Bu. Makanya Echa enggak pernah rewel naik pesawat. Pertamanya aja mungkin penyesuaian."
Penjelasan Merry membuat Tata mengangguk paham.
"Mungkin karena kemarin bertemu ibunya dan melihat hal yang enggak semestinya dilihat," kata Merry dengan nada sendu. "Saya sedih kalau Echa sakit, Bu. Lama soalnya untuk pulih. Badannya lemas, enggak mau makan, enggak ceria lagi. Padahal susah bikin Echa ini tertawa gembira gitu, Bu."
"Mbak Merry sayang sekali, ya, sama Echa?" Pelan, tangan Tata terulur untuk mengusap titik peluh di dahi Echa. Lembut sekali geraknya agar bocah itu tak terganggu.
"Yah ... gimana lagi, Bu. Saya tau Echa dari bayi. Saya yang asuh sampai sekarang, Bu. Enggak tega kalau Echa dimarahin, diteriakin sama ibunya dulu."
Ucapan Merry barusan membuat Tata menghentikan gerakannya. "Apa ibunya enggak sayang, Mbak?"
"Enggak tau, tuh." Merry menggerutu. "Mana ada, sih, ibu yang enggak sayang sama anaknya? Tapi saya melihat sendiri ada ibu yang seperti itu. padahal Echa ini pintar, lho, Bu. Cuma memang terhambat komunikasinya. Tingkahnya yang sering over dan kadang membuat kita repot. Yah ... namanya juga berkebutuhan khusus. Harus telaten merawat dan mendampingi."

KAMU SEDANG MEMBACA
JAGAD UNTUK SEMESTA
Romance[Repost] . Blurb : Sulit akur dengan mertua, berdebat terus dengan ipar satu-satunya, diperparah pria berlabel suaminya itu ... ibarat kepala dilepas ujung kaki digelayuti, membuat Semesta terus menerus memupuk sabar. Sampai cintanya yang tulus diha...