Mas Bhumi:
Aku pulang telat. Ada urusan kantor.
Tata terdiam menatap ponselnya. Tanpa ia sadari, jemarinya meng-scroll balon percakapan dengan suaminya. Tak ada yang aneh, hanya akhir-akhir ini Bhumi lebih sering pulang telat. Kadang memberi kabar, kadang lagi alasannya lupa. Wanita itu tak ingin banyak mendebat suaminya.
Ada rasa lelah tiap kali ia menyinggung masalah kabar, Bhumi selalu menyudutkan dengan satu kalimat. "Kamu sendiri? Sama, kan, sibuk? Aku juga, lah."
Bukan ingin Tata mengabaikan suaminya. Tuntutan pekerjaannya memang seperti itu. Namun, diberi penjelasan panjang lebar pun, Bhumi tak mau terima. Daripada membuat hatinya makin lelah, lebih baik ia diam dan melanjutkan kewajibannya; melayani sang suami sepulang kerja. Ia mendesah pelan. Disimpannya ponsel itu ke dalam laci kerjanya. Kembali ia pungut keping fokus yang terserak.
Human Greatness sudah menyetujui segala arahan dari divisi marketing. Belum lagi beberapa brand yang sudah berjalan, tetapi masih dalam pemantauannya. Secara berkala, Tata tetap harus memberi report pada Jagad mengenai klien yang mereka tangani ini.
Intercom berbunyi pelan yang membuat Tata teralih. Extention sang bos muncul di layar indikator. "Ya, Pak?"
"Kita diskusi sebentar, Ta."
Tata mengerjap pelan. "Ada ... masalah, Pak?"
"Cukup urgent."
"Tentang?" Tata jadi bertanya-tanya juga.
"Acame. Persiapkan berkasnya, Ta. Cek grafik bulan Januari. Mereka komplain."
"Baik, Pak."
Tak lama berselang, telepon itu terputus. Tata dengan cepat mempersiapkan apa yang Jagad inginkan tadi. Juga beberapa poin yang bisa ia beri setelah membaca ulang grafik milik Acame. Tak ada yang aneh sepanjang penglihatannya, tetapi kenapa Jagad ingin membahas?
Cukup lama mereka membahas Acame; tentu saja tak hanya berdua. Divisi marketing terdiri dari empat tim. Berhubung kali ini berkaitan dengan elektronik dan gadget, maka mereka berdiskusi bersama Ridwan. Menurutnya, mereka sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Namun, pihak Acame ini memang sejak awal mengajukan kerja sama, agak sedikit merepotkan.
Mereka ingin penjualan seimbang biaya yang sudah dikeluarkan untuk menaikkan brand yang ada. Apalagi ShopaShop memang membuat penawaran tersendiri untuk brand apa saja yang muncul di beranda aplikasi ShopaShop. Pihak Acame merasa adanya indikasi penipuan. Mereka lampirkan juga respons brand lain yang sejenis dengan apa yang mereka jual, tetapi tanggapannya cukup baik.
Permasalahannya, tuduhan mereka tak langsung tertuju pada tim marketing atau manajemen ShopaShop. Melainkan pada BoD serta pengacara yang ditunjuk.
"Enggak logis, Pak, kalau menyalahkan IT serta slot promosi yang sudah disepakati. Lucu!" dengkus Ridwan dengan tangan bersedekap. "Bisa jadi kualitas mereka memang enggak terlalu bagus," Ridwan segera membuka bagian review produk Acame. "See?" Disodorkannya ponsel itu pada Jagad yang sesekali mengangguk paham.
"Semuanya sudah kamu catat, Ta? Kita banding besok."
"Segala banding, Pak?"
Ridwan tampak terperangah. Tak menyangka kalau masalahnya cukup darurat. Jagad hanya tanggapi dengan senyum tipis.
"Iya. Segera persiapkan apa yang tadi saya minta. Kita tunggu tim IT menjelaskan juga."
"Baik, Pak." Semua yang ada di ruang kerja Jagad kompak bicara. Kemudian, mereka kembali sibuk mengurus masalah ini, jangan sampai tak menemukan jalan keluar terbaik. Meski sebagian dari mereka percaya, ini hanya sebatas tuduhan aneh, tetapi data berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAGAD UNTUK SEMESTA
Romance[Repost] . Blurb : Sulit akur dengan mertua, berdebat terus dengan ipar satu-satunya, diperparah pria berlabel suaminya itu ... ibarat kepala dilepas ujung kaki digelayuti, membuat Semesta terus menerus memupuk sabar. Sampai cintanya yang tulus diha...