Part ini kita bermanis-manis dulu, ya.
***Tata tak bisa mengalihkan pandangannya sejak tadi. Bukan lantaran di pesawat yang sudah mengudara dengan tenangnya, tapi tingkah Jagad yang demikian lembut pada putrinya. Agak sedikit lama saat pemeriksaan awal memasuki kabin pesawat lantaran Echa ikut dinas kali ini. Bersama Merry tentu saja.
"Echa ngotot mau ikut, Ta," info Jagad sesaat setelah mereka bertemu di bandara beberapa waktu lalu. "Saya enggak bisa meninggalkannya begitu saja kalau sudah seperti ini."
Jagad membicarakan hal itu dengan tenang sekali. tak ada rasa keberatan, kerepotan karena tingkah Echa nantinya, atau tidak suka disebabkan banyaknya barang yang harus ia bawa. Sama sekali hal itu tak tercetak di wajahnya. Senyumnya justru tambah lebar. Tangannya terus menggenggam Echa dengan eratnya. Sang putri juga terlihat santai juga gembira. Mungkin merasa kalau perjalanan kali ini adalah liburan.
"Ayo, Ta, kamu mau di sini terus?"
"Ah, iya Pak." Tata pun mengekori langkah Jagad dengan segera. Tidak. Tata sama sekali tak terpengaruh apakah Echa ada atau tidak. Hanya saja yang menganggu pikirannya adalah, bagaimana Jagad bersikap. Betapa beruntungnya sang istri memiliki suami macam Jagad. Seharusnya. Namun Tata tau, Jagad single parent. Tinggal bersama seorang putri yang kabarnya berkebutuhan khusus. Itu benar adanya.
Dan kabarnya juga, Jagad ditinggalkan sang istri.
Itu Tata tak tau secara pasti. Ia tak ingin terlalu jauh untuk tau mengenai pribadi sang bos.
Entah bagaimana cara Jagad mengatur duduk, mereka semua dalam satu jajar. Echa diapit Merry dan Jagad sementara Tata duduk di sisi kanan Jagad. Gadis itu duduk dengan tenang meski matanya menatap sekitar tanpa bisa fokus. Serta tangannya yang terus saja memutar rubik mungkin sebagai bentuk dari kegiatan mengasah gerak motoriknya. Satu headset besar sudah dipasang serta selimut untuk menutupi bagian dada.
Meski perjalanan Jakarta-Bali tak lama, namun sepertinya Jagad paling memahami kebutuhan Echa.
"Acara nanti malam hanya pertemuan bisnis biasa, kok, Ta," kata Jagad memecah lamun Tata. Ekor mata sang pria sejak tadi tau, kalau wanita yang duduk di sampingnya ini terus memperhatikannya. "Sejak tadi kamu agak aneh, Ta. Ada apa?"
"Aneh?" Tata mengerjap pelan. "Aneh kenapa, ya, Pak?"
"Saya tau saya tampan, Ta." Jagad menarik sudut bibirnya tipis.
Ucapan itu membuat Tata segera menutup mulutnya. Takut lepas derai tawanya. "Saya baru tau kalau Bapak sepercaya diri itu," tukas Tata setelah bisa mengendalikan dirinya. "Sejak tadi yang saya perhatikan itu cara Bapak bersikap ke Echa. kentara sekali sayangnya."
Jagad terkekeh. "Namanya anak, Ta, ya disayang."
"Beruntungnya Echa punya Daddy seperti Bapak."
"Benarkah?" Jagad sedikit mengubah posisi duduknya. Agak condong ke arah Tata dan menatap rekan kerjanya penuh lekat. "Kamu berpikiran seperti itu?"
Tak perlu banyak berpikir bagi Tata untuk mengangguk sebagai jawaban. "Saya bisa merasakan ketulusan Bapak ke Echa, kok. Enggak mudah pastinya jadi Bapak, kan?"
Jagad termangu sejenak, lalu kembali menarik sudut bibirnya. Namun kali ini senyum itu terasa sendu. "Saya harap Echa bisa merasakan ketulusan saya, Ta."
"Saya yakin bisa, Pak."
Pria itu terdiam.
"Setiap anak pasti tau, siapa yang memang menyayanginya sepenuh hati. Sama seperti Echa yang enggak mau jauh dari Bapak. Karena apa? Pasti rasa sayangnya sampai ke hati."

KAMU SEDANG MEMBACA
JAGAD UNTUK SEMESTA
Romance[Repost] . Blurb : Sulit akur dengan mertua, berdebat terus dengan ipar satu-satunya, diperparah pria berlabel suaminya itu ... ibarat kepala dilepas ujung kaki digelayuti, membuat Semesta terus menerus memupuk sabar. Sampai cintanya yang tulus diha...