Aku hari ini double update, ya.
Jangan lupa dongg apresiasinya. koment yang banyak. Hehehhehe
Anyway, ini tinggal 2 bab lagi tamat, ya. Pada penasaran yaaaa kok belum sampai pada prolognya? Sabar kakak semuanya. sabarrrr...
***
Tata masih berharap ini mimpi. Tapi tidak. Kenyataan ini harus ia hadapi. Jagad benar-benar memutuskan untuk resign. Alasannya cukup bisa diterima akal Tata tapi tetap saja, ia merasa kehilangan. Ia bukan tengah memikirkan mengenai asmara. Di matanya, Jagad seorang pemimpin yang berhasil. Di bawah komandonya, banyak proyek yang selalu mendapatkan apresiasi lebih. Bahkan tak bisa dipungkiri, Pak Jimmy sering sekali memberi pujian kala meeting berlangsung dengan seluruh divisi.
Dan dalam tiga bulan ke depan, Tata menggantikannya.
Apa ia bisa? Dengan kapasitasnya yang sekarang? Memikirkan hal ini membuat perut Tata melilit. Meski hampir seluruh staff marketing mendukungnya, ia tetap punya keraguan besar di dalamnya. Kendati begitu, ada satu orang yang ia hire untuk membantunya kini.
Gina namanya. Sama-sama berasal dari divisi marketing tapi lebih pada bagian administrasi. Yang membuat Tata menjatuhkan pilihan agar gadis itu membantunya, Gina cukup cekatan dan teliti. Itu sudah lebih dari cukup bagi Tata. Banyak proyek yang harus ia kerjakan dan diskusikan dengan Jagad. Mulai dari yang sudah berjalan, sampai yang akan mereka garap.
Entah sejak kapan juga, kedekatan mereka berdua jauh lebih lekat ketimbang sebelumnya. Mungkin karena banyak pembahasan yang mengharuskan mereka ada dalam waktu yang sama. Pada akhirnya jarak yang pernah terbentang pun terkikis.
Seperti siang ini, di mana satu cup kopi panas Tata sengaja belikan untuk Jagad mengingat diskusi mereka pastinya memakan waktu lama. "Kopinya, Pak," kata Tata.
"Tau aja ini jam orang ngantuk, Ta," Jagad terkekeh. "Acame sudah hubungi kamu, kan? Project kali ini besar, lho, Ta. Pak Jimmy sampai enggak sangka dengan nominalnya."
"Sudah ditangani dengan baik oleh Ridwan. Spesialis Acame anak itu, Pak."
Jagad tertawa. "Saya minum, ya." Ia pun mencoba merilekskan diri di mana matanya tak mau lepas dari sosok yang kini fokus pada lembaran yang ada di depannya. Rambut hitam legam itu digelung tinggi mungkin agar tak menganggu pandangannya. Sorot matanya tegas penuh percaya diri. Pipinya agak tirus berperona merah yang pas sekali bersanding dengan kulitnya yang putih.
Sosok wanita dewasa yang membuat debar lain bagi Jagad.
Tuhan, meski ini salah tapi izinkan Jagad menikmati barang sejenak. Hanya sebentar dari sisa yang ia punya di Jakarta ini. Selebihnya, tinggal di Kuala Lumpur bertiga bersama Echa dan pengasuhnya sudah lebih dari cukup. Ia yakin, perasaan yang membuatnya sering sukar tidur ini perlahan menghilang.
Merasa diperhatikan, Tata sedikit mengangkat pandangannya. Namun saat pandangan itu bertemu, Jagad mengalihkan dengan segera. Meski agak aneh, tapi Tata tak ingin mempertanyakan. Akan tetapi, hal itu kembali terulang sampai Tata merasa ... Jagad memang menatapnya jauh lebih intens ketimbang biasa.
Memberanikan diri, Tata pun bertanya. "Ada ... apa, Pak?"
"Enggak ada," Jagad tersenyum tipis. "Kopinya enak. Terima kasih."
"Terima kasih juga sarapannya tadi. Saya suka." Tadi pagi, pria itu membawakan seporsi bubur kampium khas yang terkenal di salah satu kedai di Bendungan Hilir.
"Bagaimana kalau besok kita sarapan di tempatnya langsung? Pasti lebih enak." tawar Jagad. Sejurus kemudian, Jagad sesali tawaran yang meluncur barusan.
Tata menghentikan geraknya menggaris bawahi beberapa point penting. Mata hitam itu akhirnya lekat membalas tatapan Jagad.
"Lupakan permintaan tadi, Ta. Maafkan saya." Untuk menutup gugup yang Jagad punya, ia habiskan kopi bagiannya. "Sampai mana kita tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JAGAD UNTUK SEMESTA
Roman d'amour[Repost] . Blurb : Sulit akur dengan mertua, berdebat terus dengan ipar satu-satunya, diperparah pria berlabel suaminya itu ... ibarat kepala dilepas ujung kaki digelayuti, membuat Semesta terus menerus memupuk sabar. Sampai cintanya yang tulus diha...