"Pacar Bapak malam ini cantik sekali," puji Tata dengan tulusnya. "Maafkan saya yang enggak tau kalau hari ini Echa ulang tahun. Tapi akan saya ingat-ingat karena bersamaan dengan ulang tahunnya Amel."
"Amel?" ulang Jagad.
"Keponakan saya," tukas Tata dengan senyumnya yang masih belum mau pergi. Bertemu Echa yang cantik berbalut dress berwarna putih, keceriaan yang tak mau pergi dari wajah sang bocah, menularinya. Apalagi saat mereka bertemu lagi, Echa memeluknya erat. Katanya, "Kangen, Tante. Pergi-pergi lagi kapan? Lihat pesawat?"
Itu belum seberapa dibanding tangannya yang digenggam erat Echa. Memaksa Tata untuk mengekori Jagad yang sudah memesan salah satu meja di sudut restoran. Menerima tatapan tajam dari Jenni namun lewat tatapan matanya juga, ia berjanji akan menjelaskan apa yang terjadi. Karena setelahnya, Tata ada di sini.
Duduk bersama Jagad dan Echa. Menikmati steak serta cupcake bermotif beruang bertopi merah kesukaan sang bocah yang berulang tahun.
"Hati-hati makan steaknya, Cha. Masih panas sepertinya." Tata juga tak segan membantu Echa makan meski ada Merry di sampingnya.
"Yang di meja tadi? Keluarga kamu?"
"Iya, Pak."
Jagad meringis. "Maafkan saya, kamu jadi meninggalkan keluarga kamu karena Echa."
"Enggak apa, Pak." Tata menggeleng dengan cepat. "Acara Amel diselenggarakan di sekolah tadi. Ini hanya makan malam biasa."
"Minum," pinta Echa. merry segera mengambilkan botol milik anak majikannya itu namun ditepis dengan cukup kuat oleh Echa.
"Kenapa?" tanya Merry heran.
"Minum sama Tante."
Tata yang duduk di samping Jagad pun dengan sigap menghampiri. Mengambil kembali botol yang tadi terjatuh, mengelapnya dengan tisu, dan memastikan tak ada kotoran yang menempel. Untungnya penutup botol belum sempat dibuka oleh Merry. Jadi masih aman dan bisa segera dikonsumsi Echa. "Tante suap mau? Echa baru makan sedikit."
Senyum Echa timbul lagi. Hal ini juga yang membuat Merry sedikit menggeser duduknya. Agak sungkan karena tugasnya tergantikan oleh Tata tapi sepertinya wanita cantik itu tak keberatan. Malah terlihat senang sekali bisa repot untuk Echa.
Hari ini, Echa bertambah usia. Lekat dalam ingatan Jagad bagaimana kelahirannya serta bola mata yang membuat hatinya jatuh sejatuh-jatuhnya. Meski pada akhirnya ia tau, siapa Echa yang sebenarnya, tapi cinta itu tak mudah untuk disingkirkan. Malah Jagad jadikan pemicu agar ia berubah lebih baik lagi. Banyak doa yang hatur hari ini untuk sang putri, tak peduli apa yang ada di belakangnya, bagi Jagad ia hidup di hari ini.
Maka ... akan ia lakukan yang terbaik sekarang.
"Tapi saya enggak melihat suami kamu, Ta." Dalam jarak pandang Jagad, ia masih bisa memperhatikan meja yang ia rasa duduk keluarga Tata di sana. Bahkan sampai detik ini pun, Jagad masih belum melihat sosok yang pernah ia lihat di lobby kantornya kala itu. suami Tata. Dan sosok itu sama sekali tak ada di kerumunan itu.
Tata hanya tersenyum tipis. "Sibuk mungkin." Ia mengusap sudut bibir Echa yang berlumuran saus keju. "Makannya hati-hati, ya. Nanti selesai makan mau kenalan sama Kak Amel?"
Mata Echa menatap liar ke arah lain. Bola matanya tak lagi fokus pada Echa. Tangannya juga sibuk bergerak tak tentu di atas meja. Tata yang memperhatikannya jadi sedikit kebingungan.
"Sepertinya Echa belum nyaman, Ta," info Jagad.
"Astaga," desah Tata pelan. "Maafkan saya. Saya kurang paham mengenai hal itu, Pak."
Jagad memaklumi. Ia juga masih banyak belajar untuk mengimbangi Echa dan dunianya. Bukan hanya sekadar rasa sayang dan cinta tulus yang Echa butuh, juga orang lain yang memahami apa keinginannya meski tak terucap dengan kata. Kesulitan berkomunikasi memang banyak dialami anak berkebutuhan khusus seperti Echa. "Saya juga masih belajar untuk memahami Echa, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
JAGAD UNTUK SEMESTA
Romance[Repost] . Blurb : Sulit akur dengan mertua, berdebat terus dengan ipar satu-satunya, diperparah pria berlabel suaminya itu ... ibarat kepala dilepas ujung kaki digelayuti, membuat Semesta terus menerus memupuk sabar. Sampai cintanya yang tulus diha...