Keping. 17

2K 408 53
                                    


Tata menarik napasnya pelan. Memastikan barang bawaannya tak ada yang tertinggal terutama ponsel dan dompet. Agak ragu juga ia untuk turun ke lobby tapi mau bagaimana lagi? Dirinya terlanjur menyetujui ajakan Jagad makan malam di luar sekalian menjajal kuliner di sekitar hotel.

Belum Tata lupa bagaimana pembicaraan yang belum ada tiga jam berlalu.

"Saya harap ajakan ini enggak ada penolakan, Ta. Anggap saja ucapan terima kasih karena semalam mau direpoti mengenai Echa."

Wanita itu meringis jadinya. Padahal ia tak melalukan banyak hal; hanya membujuk Echa agar tak menangis, menjanjikan anak itu bermain bersama ketika ia kembali nanti, juga sedikit mendongeng sampai sang bocah terlelap tidur.

Sepanjang pagi hingga siang tadi, tak ada kendala berarti selama jalannya meeting dan bertemu pihak Jiayi. Semuanya berjalan lancar dan sesuai dengan apa yang sudah dirancang Tata melalui persetujuan Jagad. Agenda esok, berkunjung ke branch sales untuk mengecek langsung progress di sana.

"Enggak keberatan, kan, kalau saya traktir kamu makan malam?" tanya Jagad sembari memastikan ajakannya tadi tak menemukan penolakan. Wanita di depannya ini tampak meragu tapi Jagad tak bisa membiarkan begitu saja. Semalam rasanya Jagad bersalah sekali telah menganggu Tata yang seharusnya beristirahat. Makanya ajakan makan malam ini sebagai tebusan rasa tak enak hatinya.

"Di mana memangnya, Pak?" tanya Tata pelan. Mereka berdua ada di dalam lift menuju kamar masing-masing.

"Di sekitar sini aja, Ta. Kebetulan tadi saya sempat bertanya dengan orang hotel, ada restoran Soto Medan yang cukup terkenal."

Tata menghela pelan lalu mengangguk. "Iya, Pak."

Lega rasanya Tata setuju dengan ajakannya kali ini. "Saya tunggu di lobby jam tujuh, ya, Ta." Bertepatan dengan hal itu juga, denting lift pertanda lantai tujuan mereka berbunyi. "Saya duluan kalau begitu."

Dibiarkan sosok itu keluar dari kotak besi baru lah Tata keluar setelahnya. Tata mengedikkan bahu sekilas. Hanya makan malam, kan? Lagi pula pastinya itu hal yang biasa Jagad lakukan saat bersama staff lainnya saat dinas bersama. Benar. Pasti seperti itu. Ia tak perlu merasa aneh atau sungkan, kan?

Lagi juga tadi jelas Jagad bilang sebagai ucapan terima kasih.

Lantas ... kenapa Tata meragu?

"Mari," kata Jagad begitu sosok Tata sudah ada di dekatnya. Sengaja juga Jagad meminta satu mobil dinas kantornya untuk stand by di hotel tempatnya menginap. Esok juga akan ia gunakan menuju Branch Sales bersama Tata.

Wanita itu hanya mengangguk sekilas dan mengimitasi langkah Jagad yang memimpin. Tak ada yang bicara di antara mereka bahkan setelah masuk ke dalam mobil. Apa yang ingin Tata tanya? Tak ada. Semua mengenai pertanyaan seputar pekerjaan sudah selesai ia tanya dan diskusikan di akhir meeting. Instruksi Jagad mengenai agenda besok juga sudah Tata persiapkan.

"Semoga saja kamu cocok dengan rasa masakannya, ya, Ta." Jagad memecah sunyi di antara mereka.

"Semoga." Hanya itu yang bisa Tata katakan. Ia masih canggung duduk berdua Jagad seperti ini tanpa adanya rekan kerja lainnya.

Mereka ditemani audio yang terputar pelan selama perjalanan dan tak butuh waktu lama mereka pun tiba restoran yang Jagak maksud. "Nah, kita sampai."

Apa yang Jagad katakan memang benar. Mereka disambut cahaya lampu yang cukup terang berasal dari restoran yang sepertinya cukup banyak pengunjung ini. Tata pun bersiap turun demikian juga Jagad setelah pria itu berhasil memarkirkan mobilnya di salah satu sudut area di samping restoran.

JAGAD UNTUK SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang