Prologue

180 96 73
                                    

"Aku gamau nikah Mah!" Teriak Clarissa sambil terisak hebat.

Plak!

Satu tamparan mendarat mulus di pipi gadis itu. Rasa sakit dan panas mulai menjalar ke seluruh pipinya. "Kamu tinggal nurut kenapa susah hah?!" Balas mamah tak kalah nyaring.

Clarissa semakin terisak. Rasanya sudah tidak sanggup lagi berucap karena sedari tadi pipinya tidak lepas jadi sasaran empuk tangan Mamahnya.

"Kamu kalau nikah udah ga jadi beban lagi!" Mamah menarik Clarissa lalu membenturkan tubuh gadis itu ke dinding. "Paham ga Clarissa?!"

"Aku udah nurutin maunya Mamah biar ga kuliah. Sekarang Mamah minta aku buat nerima lamaran itu?" Clarissa menjeda ucapannya seraya terkekeh. Menertawakan nasibnya yang begitu kacau. "Aku gamau Mah!"

"Mah, aku baru dapetin kerja sesuai apa yang aku minati loh. Aku juga bakal berenti jadi beban Mamah!"

"Mulut kamu sekarang enteng banget ya ngejawab!"

Clarissa kembali di pukul. Kali ini sangat kencang hingga tubuhnya jatuh terpental. "Kita dikasih waktu satu bulan Clar! Ambil lamaran itu atau kamu mati aja!"

Usai mengucapkan kalimat pedih itu. Wanita yang sampai hari ini masih Clarissa anggap sebagai Mamahnya itu keluar dari kamarnya. Menyisakan Clarissa dengan semua rasa sakitnya.

❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹

Pukul menunjukkan jam enam pagi. Gadis itu, Clarissa berjalan tertatih tanpa arah. Ia tidak tau harus bagaimana dan harus apa. Bahkan kemana dia pergi pun tak tau.

Kakinya berhenti melangkah saat meninjak tepi jembatan. Perlahan namun pasti, ia melangkahkan kakinya semakin menepi, menuju pembatas jembatan.

Pemandangan di depan sana sungguh menenangkan. Aliran air yang mengalir serta geriuh air yang menabrak bebatuan membuat dirinya damai.

Kalau Clarissa menyatu dengan air, apakah ia akan ikut merasakan ketenangan? Apakah kedamaian akan menyelimutinya jika ia menghampiri air itu?

Clarissa sudah cukup lelah dengan segala permasalahannya. Terlebih permasalahan Mamahnya yang terus menuntutnya.

Ia hanya ingin merasakan kehidupan yang damai. Menjalani hidup dengan apa yang ia sukai, bukan yang orang lain suka.

Gadis itu kembali terisak. Ingatan tentang tadi malam sangat membekas di benaknya.

"Sakit banget," lirihnya seraya memukul dadanya yang terasa sangat sesak.

Clarissa berjalan dengan tatapan kosong.

"Ambil lamaran itu atau kamu mati aja!" Kalimat itu terus menerus berputar di pikirannya.

Mati.

Ayo akhiri ini semua.

Clarissa menaiki tepian jembatan. Menatap lamat aliran air dibawah sana. Ia memenjamkan matanya seraya mendongak keatas, butiran hangat mulai membasahi pipinya.

Satu hal yang ada dipikiran Clarissa saat ini. Mengakhiri hidupnya. Mengakhiri segala rasa sakit yang ia rasakan. "Aku cuman mau tenang." Ucap gadis itu.

Satu kaki sudah mengambang diatas angin. Kaki satunya masih bertanjak di pembatas jembatan.

Gadis itu memejamkan matanya. Berharap ini keputusan terbaik yang ia ambil dalam hidupnya.

Keputusan terbaik untuk mengatasi semua masalahnya.

Clarissa, gadis yang selalu bersikap baik-baik saja, kini memilih menyerah dan mengakhiri hidupnya.

Clarissa, gadis yang selalu bersikap baik-baik saja, kini memilih menyerah dan mengakhiri hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
When I'm With You✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang