5. Talking

105 80 18
                                    

Tidak ada yang aneh ketika baru bertemu sudah merasa nyaman. Perasaan itu akan datang dengan sendirinya, entah itu cepat ataupun lambat.

Namun menyadari yang lambat. Menyadari bahwa, ini beneran nyaman atau cuman perasaan lalu doang?

Itu yang tengah mereka rasakan saat ini.

"Ko masak? kan gada bahannya." Tanya Dean ketika sampai di dapur.

Clarissa mematikan kompor terlebih dahulu sebelum menghadap kearah Dean. "Tadi ke warung depan apart."

"Warung?"

"Iya orang jualan, toko lah toko."

"Ko ga bilang?"

"Udah di chat, kamu yang ga balas."

Dean mengeluarkan handphonenya untuk melihat apakan benar cewek ini memberi kabar kepadanya. Ternyata benar, ada chat yang masuk dari Clarissa tanpa ia sadari.

Jarinya berhenti diatas layar handphone. Tertegun dengan pembicaraan barusan. Clarissa menggunakan 'kamu' dalam ucapannya.

Ah mungkin hanya ucapan yang tak disengaja. Tidak perlu dibahas dan dipertanyakan.

"Ada ko, tadi banyak kerjaan jadi ga pegang handphone," terang Dean. "Maaf ya."

Clarissa kembali tertegun. Untuk yang kedua kalinya Dean meminta maaf atas hal yang tidak terlalu penting.

"Masak apatuh?" tanya Dean memecahkan keheningan diantara mereka.

"Telur sosis aja sih," sahutnya seraya terkekeh.

"Gue mau coba." Dean berjalan menuju wajan diatas kompor tapi dengan sigap Clarissa menahannya.

"Mandi dulu, bersih-bersih. Abis itu baru makan." Suruh cewek itu.

Dean mengangguk menuruti permintaan cewek itu. Ia berlalu meninggalkan Clarissa di dapur. Pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri.

❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹

Setengah jam lamanya Clarissa menunggu hingga Dean keluar dari kamarnya. Bahkan makanan yang tadinya panas sudah mulai dingin.

"Maaf ya lama," ucap Dean seraya menarik kursi dihadapan Clarissa.

Clarissa mengangguk, "Gapapa." Cewek itu berdiri berinisiatif mengambil alat makan dan menyiapkan hidangan untuk Dean.

Cowok itu mengucapkan terimakasih setelah mengambil makanan yang Clarissa berikan. Baru kali ini ia merasa excited mencoba makanan.

Dean menyuap potongan sosis kemulutnya. Kagum karena merasakan rasa yang sangat enak. Makanan buatan Clarissa ini patut diacungi jempol. "Enak banget," pujinya membuat Clarissa tersenyum.

Cewek itu ikut menyuap bagiannya. Tidak ada yang perlu dikomentari karena dia sendiri cukup percaya diri mengatakan bahwa makanan buatannya itu enak.

"Biasanya pulang kerja jam segini?" tanya Clarissa memulai pembicaraan.

"Sebenarnya terserah aja mau pulang jam berapa," balas Dean.

"Terserah?"

Dean mengangguk, "iya terserah."

"Ko bisa?"

"Kan gue bosnya," jawab Dean dengan penuh percaya diri. Clarissa sampai tersedak mendengarnya, Dean pun dengan sigap berdiri memberikan minum untuk cewek itu. "Santai aja."

"Gue mimpin studio yang bergerak dalam bidang dokumentasi. Tapi kebanyakan wedding." Dean menerangkan tanpa Clarissa memintanya.

Clarissa mengangguk, "Dulu aku juga pernah kerja di studio wedding."

Dean terdiam sebentar, Clarissa kembali memakai 'aku' dalam pembicaraannya. "Oh ya?" tanya Dean sumringah, "terus terus, kerja dibagian mana?"

"Graphic designer."

"Wah berarti jago desain dong."

"Ya gitulahh."

"Nanti kalau studio gue perlu desain, minta tolong ke lo bisa dong?"

Clarissa mengangguk, "ya bisa, tapi aku gada laptop."

"Punya gue ada Clar," Dean memberitahu. "Lo kalau perlu sesuatu tinggal bilang, okay?"

Clarissa tersenyum, "kamu ngasih izin aku tinggal disini aja udah lebih dari cukup kok," tutur cewek itu. "Secepatnya aku cari tempat sendiri," lirihnya.

"Clar, tinggal selama apapun disini. Gue ga keberatan."

"Tapi-"

"Just do itu, Clar."

Clarissa mengangguk pasrah. Dia tidak bisa juga pergi secepatnya. Karena posisinya sangat genting. Kalau ia keluar dari sini, pasti mamahnya dengan mudah menemukan keberadaannya.

"Aku boleh kerja?" tanya cewek itu.

"Gue pernah bilang kalau lo boleh ngelakuin apapun yang lo suka, remember?"

Clarissa mengangguk setelah mendengar ucapan itu. Dia tidak lupa.

"Bagus," puji Dean. "Tapi ada syaratnya."

"Syaratnya?"

"Sebelum lo mau ngelakuin sesuatu, apapun itu. Lo harus bilang dulu ke gue. Paham?"

Clarissa mengangguk, "paham."

Dean tersenyum mendengar sahutan dari Clarissa. Cewek ini sangat mudah diatur. Tangannya terulur menyentuh kepala Clarissa, mengusap pelan rambut cewek itu.

tok tok tok

Setelah ketukan pintu itu, terdengar suara pintu terbuka. Dan bertepatan dengan itu, seseorang masuk.

 Dan bertepatan dengan itu, seseorang masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
When I'm With You✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang