22. We Need To Talk

43 24 5
                                    

Besoknya, Clarissa bangun di kamarnya. Tubuhnya masih terasa sakit. Kejadian kemarin masih berputar di pikirannya.

Terlebih soal Dean. Ia tidak bisa tidur nyenyak semalam karena memikirkan cowok itu.

Apakah cowok itu baik-baik saja? Clarissa berharap ia baik-baik saja.

Clarissa tidak tahu, apa yang harus ia lakukan sekarang. Sekeras apapun ia mengatakan tidak, mamahnya akan terus membuatnya berkata iya. Sekuat apapun ia menolak, kabur, dan memberontak, mamahnya akan terus menyakitinya agar ia mau menurut.

Tok tok tok

Pintu kamarnya di ketuk membuat ia terpaksa berdiri untuk membuka. Menampilkan wajah pembantu di rumahnya.

"Non dipanggil Nyonya," ucapnya memberi tahu.

Clarissa mengangguk, "lima menit lagi saya keluar."

Cewek itu berbalik lalu memasuki kamar mandi. Mencuci mukanya yang kusut serta menggosok gigi.

Sesuai ucapannya tadi, Clarissa turun setelah lima menit membersihkan dirinya. Kini cewek itu sudah berdiri dihadapan mamahnya.

"We need to talk," ucap Clarissa.

Anna menurunkan majalah yang sedang ia baca, senyuman miring terukir di wajah wanita itu.

"Duduk dulu sayang," sambutnya.

Clarissa berdecih dalam hati. Cewek itu mendudukkan dirinya tepat dihadapan sang ibu.

"Udah sarapan?" tanyanya. Entah ini adalah sebuah perhatian atau hanya basa-basi saja. Tapi menurut Clarissa, pilihan kedua adalah jawaban yang tepat.

"Belum," jawabnya singkat.

Mamahnya langsung menyerukan nama pembantu yang bekerja di rumah ini. Menyuruhkan orang itu untuk membawakan sarapan Clarissa.

Clarissa diam saja, membiarkan wanita itu melakukan kehendaknya.

"Kenapa manggil?" tanya Clarissa.

"Kenapa?" beo wanita itu. "Gada yang salah seorang ibu memanggil anaknya untuk menghabiskan waktu bersama."

Lagi-lagi Clarissa dibuatnya berdecih, namun masih di dalam hati.

"Apa mau mamah?" tanyanya to the point.

Wanita itu tersenyum, "you know what i want."

Clarissa menghela napasnya panjang. "Mamah pernah mikir kebahagiaan aku sih?" ucap Clarissa. Kali ini ia memang ingin membahas perkara ini dengan mamahnya.

Karena sebelumnya ia terlalu pengecut. Selalu lari dari masalah, bukan menghadapinya.

"Sekarang mamah mikirin kebahagiaan kamu loh Clarissa."

"Dengan cara nikahin paksa aku dengan Bastian?"

"Bastian bakal bahagiain kamu."

"Aku yang ga bakal bahagiain dia!" sela Clarissa lantang.

Mamahnya mulai terpancing, "kamu terlalu keras kepala Clarissa. Mau sampai kapan? Kamu hampir ngehancurin bisnis mamah loh."

"Mamah lebih mikirin bisnis sialan itu dari pada aku?" Clarissa membuang pandangannya ke arah lain karena matanya mulai berkaca-kaca. "Hebat!"

"Aku cuman mau hidup sesuai apa yang aku mau mah," ucap cewek putus asa itu.

"Setelah kamu menikah dengan bastian, kamu bisa Clar hidup sesuai apa yang kamu mau. Bastian pasti ngedukung kamu terus."

"Mah, please."

"Clarissa tolong nurut sama mamah kali ini. Mamah gamau ada kekerasan lagi."

"Aku ga cinta sama Bastian," lirihnya.

"Kamu yang nutup akses buat itu Clar, cobalah kamu nerima dia," balas wanita itu. Masih bertahan dengan keinginannya. Bahkan air mata Clarissa yang sudah berjatuhan pun tak membuat dirinya tersentuh.

Entah terbuat dari apa hati wanita itu sampai tidak bisa peduli dengan orang lain.

"Hasilnya ga akan bagus kalau dipaksain mah" ucap Clarissa.

"Kamu harus buka akses buat Bastian masuk Clar."

Clarissa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Rasa sesak mulai menggerogoti dadanya. Menahan isakkannya karena tidak ingin terlihat lemah, terlebih di hadapan mamahnya.

"Clarissa, coba buka akses buat Bastian. Cinta itu datangnya karena terbiasa. Kamu pasti bisa suka, cinta, sayang, dan nyaman sama dia. Dia orangnya baik loh." Mamahnya berdialog panjang menjelaskan perihal cowok itu.

"Apa kamu gini gara-gara cowok yang meluk kamu malem tadi Clar?"

Clarissa tertegun, teringat kembali pada Dean. Kira-kira cowok bagaimana keadaan cowok itu. Clarissa sangat mengkhawatirkannya. "Dia cuman temen aku." Balas Clarissa.

"Temen sampai meluk?"

"Dia nenangin lewat pelukannya, teman selalu melakukan hal seperti itu. Agar temannya aman." Jelas Clarissa. Lebih kepada menonjolkan sifat Dean yang begitu baik kepadanya.

"Sejak kapan kamu temenan sama cowok? pasti Naura yang membuat kamu gini."

"Tolong jangan menyeret orang lain dalam masalah kita," balas Clarissa tak suka.

Wanita itu mengangguk, "kamu bisa dekat dan nyaman sama orang baru, kenapa sama Bastian engga?" jawabannya ya karena kamu ga ngasih izin Bastian masuk dalam hidup kamu Clar, dia ga sejelek apa yang kamu pikirkan.

Wanita itu mengangguk, "kamu bisa dekat dan nyaman sama orang baru, kenapa sama Bastian engga?" jawabannya ya karena kamu ga ngasih izin Bastian masuk dalam hidup kamu Clar, dia ga sejelek apa yang kamu pikirkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
When I'm With You✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang