2. Apartemen

140 91 28
                                    

Setengah jam sudah berlalu. Dua orang yang tengah duduk di ruang tamu itu masih mengunci rapat mulutnya.

Teh yang sedari tadi disajikan kini sudah mulai dingin tak tersentuh.

"Clar," panggil Dean. Orang yang panggil hanya menatapnya, tak menyahut.

"Gue mau keluar sebentar," ucapnya memberitahu. "Itu sebelah sana kamar lo. Lo bisa istirahat di sana." lanjut cowok itu lalu beranjak meninggalkan Clarissa.

Clarissa memandang punggung yang telah hilang dibalik pintu itu. Merutuki kebodohan dirinya yang mau saja diajak oleh laki-laki yang tak ia kenal.

Ke apartemen lagi.

Tapi Clarissa tidak punya pilihan. Dia tidak ingin kembali ke rumah mamahnya. Kali ini, Clarissa ingin menuruti apa kata hatinya.

Gadis itu beranjak, menuju kamar yang ditunjukkan oleh Dean tadi. Tangannya memegang knop pintu lalu menurunkannya.

Pintu terbuka, gadis itu segera masuk dan menutup kembali pintunya.

Bingung ingin melakukan apa disini. Jadi, gadis itu memilih menaiki kasur dan merebahkan dirinya di sana.

Memejamkan matanya yang cukup berat karena semalam ia tidak tidur.

❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹

"Clarissa."

Gadis itu terbangun mendengar suara yang menyerukan namanya. Perlahan ia membuka mata lalu beranjak dari kasur.

Sebelum keluar, ia masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci muka. Lalu segera keluar ketika panggilan itu kembali terdengar.

"Iya sebentar," sahutnya dari dalam.

Clarissa keluar namun sempat melirik jam yang telah menunjukkan pukul lima sore. Rupanya ia tertidur begitu pulas.


Kakinya berjalan menghampiri Dean yang berada di meja makan. Cowok itu membawakan banyak sekali makanan yang sudah tersusun rapi diatas meja.

"Sorry, gue baru pulang, jadi baru sempet beliin lo makan sekarang." ucap cowok itu yang masih sibuk menyiapkan alat makan.

Melihat Clarissa yang masih diam, cowok itu kembali berucap sambil tersenyum. "Dimakan, Clar."

Clarissa duduk di hadapan Dean. Menerima pelan piring yang Dean berikan untuknya. "Makasii," cicit cewek itu.

Dean tersenyum seraya mengangguk. "Gue gatau nomer lo, jadi gabisa ngabarin tadi." Terangnya. "Maaf ya, gue lama pulangnya."

Gadis itu memelankan kunyahannya. Tertegun mendengar kalimat barusan. Kalimat yang begitu lembut memasuki telinganya.

Padahal cowok itu ga salah. Ga seharusnya dia minta maaf.

"Boleh gue minta nomer lo?"

❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹

Puluhan kali Clarissa menolak namun Dean tetap memaksanya. Cowok itu ingin membelikan handphone baru untuk Clarissa karena cewek itu bilang tidak ingin mengaktifkan handphone lamanya.

Berakhirlah mereka di store handphone di dalam mall.

"Pilih aja yang mana lo mau," suruhnya. "Ambil yang paling mahal," lanjut cowok itu sambil terkekeh.

"Kata gue ga perlu De," ucap Clarissa.

"Masa udah jauh-jauh kesini tapi gajadi beli?"

Clarissa mencibir, "lagian lo yang maksa."

"Yaudah sih, tinggal pilih doang."

"De!"

"Clar!"

Clarissa memejamkan matanya sejenak. Lelah berdebat. Matanya mengedar memandang sekitar. Cukup banyak orang yang memperhatikan mereka bertengkar tadi.

Clarissa jadi malu sendiri. Entah hal buruk apa yang ia lakukan sampai ia harus bertemu orang seperti Dean.

"Cepet ambil cepet," titah Dean seraya mendorong pelan bahu Clarissa.

Cewek itu menepis pelan, "gausah pegang-pegang!"

Setelah itu, Clarissa berlalu meninggalkan Dean yang terkikik geli. Ada sedikit perasaan bahagia dan lega dalam dirinya.

Kini perasaannya tidak seburuk pagi tadi.

Clarissa mengambil satu handphone dari dalam etalase. Menimang mau mengambil warna hitam atau putih.

"Ko ambil series jaman praaksara?" lontar orang di belakang. Clarissa begitu terkejut sampai handphone ditangannya hampir jatuh.

Cewek itu memukul lengan Dean, "bisa ga jangan ngagetin?!"

"Lo aja yang kagetan," bantah cowok itu.

Clarissa mendengus, "gue ambil yang ini," ucapnya seraya menyodorkan handphone berwarna putih itu.

"Jelek banget selera lo," ejek Dean. "Yang ini aja series tiga belas kan terbaru, ini lucu warna pink."

"Kayak lo," lanjutnya pelan dan tak terdengar oleh Clarissa.

"Terus ngapain lo nyuruh gue milih?" tanyanya nyolot.

"Gue kira selera lo tinggi, ternyata engga."

Clarissa mencibir atas ucapannya membuat Dean tertawa lepas. "Ayo bayar," ajak Dean lalu cowok itu menggandeng tangan Clarissa.

Tanpa Dean sadari.

Clarissa melirik kearah tangannya yang berada dalam genggaman Dean. Rasa hangat mengalir ke seluruh tubuhnya.

Pertemuan yang tidak sampai dua puluh empat jam ini. Mampu membuat Clarissa nyaman.

 Mampu membuat Clarissa nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
When I'm With You✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang