7. Check Up

100 71 19
                                    

Seminggu sudah Clarissa tinggal di apartemen ini. Dan sesudah seminggu juga ia berdiam diri, tanpa mengerjakan apapun.

Hari ini hari minggu, jadi Dean ada di rumah. Satu hal yang Clarissa sadari setelah seminggu tinggal disini.

Dean tidak pernah seharipun melewati lari pagi. Entah kenapa cowok itu sangat rajin.

Clarissa duduk id sofa setelah membersihkan apartemen dan memasak untuk Dean. Cewek itu menyalakan tv untuk menemaninya.

"Nonton apalagi ya?" dialognya pada diri sendiri.

"After," sahut Dean yang baru keluar dari kamarnya.

Clarissa menoleh, "emang udah tayang?"

"Iya, di USA."

"Di indo?"

"Ya gatau."

Clarissa berdecak, malas melawan cowok itu. Ia membalikkan badan menatap kembali kearah tv.

"Rissa."

Clarissa diam, mencoba memutar kembali suara yang barusan masuk kedalam indera pendengarannya.

"Kamu?"

"Boleh panggil Rissa?"

"Jelek, aneh."

"Rissa udah makan belum?" tanya Dean jahil. Cowok itu menghampiri Clarissa lalu duduk di sampingnya.

"Dean," ucap Clarissa jengah.

"Iya sayang?"

❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹

Dua jam berlalu, mereka berdua selesai menonton satu film untuk mengisi hari liburnya.

"Endingnya ngegantung," komentar Clarissa.

"Yakan nanti ada lanjutannya, biar penonton penasaran."

"Ya ga gitu juga," keluh cewek itu.

Dean tertawa melihat wajah kesal Clarissa. Heran sendiri kenapa cewek itu harus kesal hanya karena sebuah film.

"Hari senin aku mulai masuk kerja," celutuk Clarissa.

"Really? Di mana?" sahut Dean.

"Studio, ngambil desain grafis lagi," terang cewek itu.

Dean mengangguk, "Gue anter ya?"

"Gausah, aku bisa sendiri."

"Bareng gue aja, emang masuk jam berapa?" tanya Dean.

"Jam sembilan. Nanti jam tiga sore pulang. Jadi sebelum kamu pulang, aku udah di rumah duluan."

"Dih, kata siapa?"

"Kata aku lah," sahut Clarissa.

"Gue bisa pulang jam berapa aja."

"Iya deh, si paling bos." Clarissa beranjak dari sofa untuk mengisi gelasnya yang sudah kosong. Namun gadis itu mengurungkan niatnya saat mendengar suara Dean yang sedang mengangkat menelepon.

"Iya, ketemuan jam berapa?" ucap cowok itu. Clarissa masih diam dibalik tembok. Ini cukup lancang dan tidak sopan, namun ada sedikit rasa penasaran di dalam benaknya.

terlebih mendengar cowok itu ingin bertemu. Bertemu dengan siapa?

"Harus hari ini?" cowok itu kembali menyahut di telpon.

Tanpa sadar Clarissa berdecak kesal di tempanya berdiri. Memilih meninggalkan cowok itu dan mengisi air minumnya.

"Bodo amat lah," ucap cewek itu.

Lalu ia ke dapur dan membuka kulkas, mengambil air dingin untuk mendinginkan kepalanya.

Entah kenapa tiba-tiba merasa gerah.

❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹

Dean memasuki ruangan serba putih itu, ruangan yang selama lima tahun ini selalu ia kunjungi.

"Hallo dok," sapanya.

Dokter yang tengah membereskan beberapa obat diatas mejanya menoleh, "Dean."

Dean tersenyum lalu duduk dihadapan dokter itu.

Dokter Angga.

"Gimana harinya De?" tamya dean itu sembari mengeluarkan pulpen dan buku catatannya.

"Everything is fine."

Dokter Angga mengangguk, "Lari pagi masih lancar?

"Masih, tapi sekarang makin cape."

"Berapa jarak?"

"lima ratus meter, udah kerasa cape," tutur Dean jujur.

Dokter Angga mengangguk menanggapi. Tangannya tak berhenti mencatat semua yang keluar dari mulut Dean. "Obatnya?"

Dean bungkam. Jawaban ini selalu sulit untuk dijawab.

"Kelupaan lagi?" tebak Dokter itu tepat sasaran. Dean hanya menganggukkan kepala. Tidak perlu berbohong karena Dokter ini sangat mengenal dirinya.

"Dean, tolong minum obatnya."

Cowok itu mengangkat kepalanya, "untuk apa?"

"Untuk kesembuhan kamu."

"Emang aku bakalan sembuh?"

Dokter Angga menghela napasnya berat, menatap pasiennya ini dengan lekat. "Masih ada harapan, jadi tolong jangan mudah menyerah."

"this is not easy for me."

"Iya, tapi gaada salahnya nurutin apa kata Dokterkan?" tutur Dokter Angga. "Gada satu pun Dokter di dunia ini yang mau gagal dalam mengurus pasiennya. Begitu pun saya."

"Ambil obat ini, dan diminum," suruh Dokter Angga.

Selepas itu, Dean pamit untuk keluar dari ruangan tersebut. Berjalan lesu dengan resep dokter di tangannya menuju tempat pengambilan obat.

Kalau dirinya berada disini, pasti kegagalan selalu hinggap di kepalanya.

"Eh Dean, kenapa kamu disini?" sapa seseorang membuat Dean menoleh kearahnya.

"Eh Dean, kenapa kamu disini?" sapa seseorang membuat Dean menoleh kearahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
When I'm With You✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang