26. Siska

39 23 4
                                    

Dean sendiri lagi saat Nathan izin ke studio untuk mengurus beberapa klien hari ini. Begitulah kalau Dean tidak masuk, pasti Nathan yang mengambil alih semuanya.

Cowok itu menghidupkan handphone miliknya. Tangannya membuka room chat dengan Clarissa. Masih centang dua namun masih tidak ada balasan. Bahkan centang itu berubah menjadi biru pun masih belum.

Tapi Dean mengingat apa yang disampaikan Naura kemaren. Bukan cuman dirinya saja yang tidak dibalas Clarissa, tapi Naura maupun Kai juga sama tidak di balasnya.

"Permisi," ucap seorang suster lalu memasuki ruangan Dean.

"Jam makan siang," beritahunya. Suster itu meletakkan nasih serta lauk diatas nakasnya.

"Kapan saya pulang?" cowok itu bertanya.

Suster itu menoleh, "abis ini Dokter Angga kesini ngecek kamu, jadi bisa langsung tanyakan."

Setelah itu, suster tadi keluar dari kamar Dean. Selang beberapa menit, dokter Angga masuk ke dalam ruangannya.

"Siang Dean, gimana keadaan kamu?"

"Enakan," jawab Dean.

"Kapan saya boleh pulang dok?"

"Lusa."

"Lusa?" ulang Dean.

Dokter Angga mengangguk dengan yakin, "kelamaan?" tebak dokter itu.

Dean mengangguk.

"Makanya jangan bandel kalau di bilangin. Kamu tergeletak di tanah tuh gimana ceritanya."

"Panjang ceritanya."

Jawaban dari Dean itu membuat Dokter Angga menggelengkan kepalanya. "Kenapa ga dimakan?" tanyanya saat melihat makanan yang masih utuh di atas nakas Dean.

"Ga selera," jawab cowok itu.

"Kalau gitu pulangnya minggu depan aja," balas Dokter Angga tak mau kalah.

Dean menghela napasnya, "abis ini saya makan."

"Sekarang," suruh Dokter Angga. "Saya tungguin."

Mau tak mau Dean memakan makanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit itu. Rasanya benar-benar hambar ketika masuk ke dalam mulutnya.

Dean baru menghabiskan setengah dari porsi yang diberikan. Ia sudah tidak sanggup untuk menghabiskan. "Udah cukup," ucapnya.

Dokter Angga mengangguk lalu menyerahkan beberapa pil obat yang harus di minum oleh Dean. Dean ini memang harus sedikit dipaksa untuk minum obat. Kalau tidak, jangan harap obat itu masuk ke dalam mulutnya.

"Bagus," puji Dokter Angga setelah Dean menegak obatnya. "Bakalan ada efek samping kayak biasa."

Pintu tertutup setelah Dokter Angga keluar dari ruangannya. Lalu selang beberapa menit, tangan Dean mulai bergetar ringan. Kakinya pun kini mulai ikutan bergetar.

Dengan tangan yang bergetar itu, ia menarik selimut sampai dadanya. Walaupun agak susah namun ia tetap mencobanya.

Cowok itu memejamkan matanya dibalik selimut dengan tubuh bergetar. Namun seiring dengan berjalannya waktu, tubuhnya mulai kembali normal. Sampai akhirnya cowok itu terlelap dalam tidurnya.

❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹

Siska berada di rumah sakit setelah mengikuti Nathan dari kantor. Ia curiga kenapa Dean tidak masuk selama dua hari dan tadi pagi ia mendengar percakapan Nathan kalau Dean sedang berada di rumah sakit.

Lalulah dirinya berinisiatif untuk menjenguk namun dengan cara diam-diam. Karena jika ia menanyakan langsung dengan Nathan pasti cowok itu tidak akan memberi tahu.

Entah kenapa Nathan itu seperti menyimpan dendam pada dirinya.

Kali ini Siska bersama Laras, karena malas saja jika sendirian. Kalau dia diusir Nathan nantinya, jadi ia tidak malu sendiri.

"Lo bener yang ini Sis?" tanya Laras.

Siska mengangguk mantap, "gue liat Nathan keluar dari situ tadi."

"Lagian lo kenapa sih seniat ini jengukin Pak Dean."

Siska menatap malas kearah Laras, "diakan bos kita, lo gimana sih!"

Mereka tiba di depan ruangan yang Siska tebak tadi. "Lo tunggu di luar Ras, takut Nathan tiba-tiba nongol."

Laras memutar bola matanya malas, "iya-iya."

"Makasi sayang," ucap Siska lalu memasuki kamar inap Dean. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Siska menghampiri kasur yang disana ada Dean terbaring lemas. Ia menarik kursi lalu duduk di hadapan cowok itu.

"Lo kok ganteng banget sih De," ucapnya pelan karena tidak ingin membangunkan bosnya itu.

Karena jika bosnya bangun, ia tidak akan bisa menikmati keindahan wajah tampan itu.

Beruntung sekali dirinya, berkunjung kesini dan Dean tengah tertidur pulas.

"Dia sakit apa ya?" gumamnya sendiri.

"Demam kali ya?" tangan cewek itu terulur untuk menyentuh dahi Dean. Lebih tepatnya, meletakkan telapak tangannya diatas dahi cowok itu.

Lama, sangat lama. Cewek itu masih belum mengangkat tangannya dari dahi Dean.

Siska mendengar sedikit suara bising dari luar. Persis di depan pintu. Cewek itu dengan cepat menarik tangannya dari dahi Dean serta mengambil tasnya lalu segera keluar dari ruangan Dean.

Setelah itu ia mendapati Laras yang berada di depan pintu. "Kenapa?" tanya Siska.

"Tadi tuh ada cewek mau jengukin Dean deh kayaknya," ucap Laras menerangkan. "Lo inget ga anak baru di studio itu? Yang sering nempelin Dean."

Siska mengangguk, "iya tau kok gue."

"Nah itu ceweknya!" Seru cewek itu. "Terus gue bilang lo pacarnya jadinya dia pulang deh," terang Laras.

Siska tertawa dengan kencang, "pinter banget sih lo!"

"Gue gitu loh," ucap Laras seraya mengibaskan rambutnya.

"Yuk pulang, nanti ada Nathan." Ajak Siska. Lalu kedua cewek itu berjalan beriringan seraya mengobrol dan sesekali tertawa.

 Lalu kedua cewek itu berjalan beriringan seraya mengobrol dan sesekali tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
When I'm With You✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang